Tuesday, 24 November 2020

TOKOH SOSIOLOGI INDONESIA : Prof Dr Paulus Wirutomo sang Sosiolog Pendidikan

Basa Meilinda Manalu


Prof Dr Paulus Wirotomo adalah pria kelahiran pada tanggal 29 Mei 1949 (usia 71 tahun) di kota Solo. Paulus Wirotomo adalah seorang pakar dibidang sosiologi dan guru besar FISIP di Universitas Indonesia oleh karena itu ia di gelari sebagai Tokoh Sosiologi Indonesia. Ia menyelesaikan program studi S1 Sosiologi dengan jurusan FISIP di Universitas Indonesia pada tahun 1976.Setelah itu ia mendapatkan gelar Master di University College of Swansea Wales, Inggris tahun 1978 dengan jurusan Social Planning, Dan ia meraih gelar Doktor Sosiologi Pendidikan pada tahun 1986 di State University of New York at Albany, USA. Jabatan yang pernah dipegang oleh Paulus Wirotomo adalah sebagai Ketua Departemen Sosiologi FISIP UI pada tahun 2005-2009 dan Ketua Program Magister Manajemen Pembangunan Sosial Pascasarjana UI pada tahun 1997-sekarang.[1]

Pada profil Paulus Wirotomo di google shcolar artikel jurnal pertama yang ia rilis adalah berjudul

Indonesian non formal education program: problems of access and the effect of the programs on the attitudes of learners” pada tahun 1986 yang membahas tentang bagaimana program pendidikan non-formal di Indonesia dan masalah yang timbul serta pengaruh program tersebut dengan sikap dari peserta didik. Tulisan-tulisan nya mengacu pada masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat di Indonesia seperti Integrasi Sosial dan Pembangunan Sosial. Telah banyak buku-buku hasil karya dari Paulus Wirotomo seperti buku yang berjudul “Sistem Sosial Indonesia” yang diterbitkan pada tahun 2012, “Perang Tanpa Alasan” yang terbit pada tahun 2017 , “Pengembangan Nilai Strategis”, Lokakarya Sekjen Depdagri pada tahun 2005, “Civil Society” pada tahun 2004, “Perlindungan Sosial Terhadap Kelompok Margina pada tahun 2004.dan “Perjalanan Sosiologis REVOLUSI MENTAL”.

Pada buku Sistem Sosial Indonesia,Paulus Wirotomo membahas tentang integrasi sosial masyarakat Indonesia,Pisau analisis untuk membedah kondisi integrasi adalah dimensi integrasi sosial.(wirotomo,2012). Apabila kita mengikuti pandangan dasar dari para penganut fungsionalisme struktural, mulai dari Auguste Comte melalui Emile Durkheim sampai Talcott Parsons dan para pengikutnya, maka faktor yang mengintegrasikan masyarakat Indonesia akan nilai-nilai umum tertentu. Mengikuti pandangan Parsons, maka kelangsungan hidup masyarakat Indonesia tidak saja menuntut tumbuhnya nilai-nilai umum tertentu yang disepakatai bersama oleh sebagian besar orang-orang Indonesia, akan tetapi lebih daripada itu nilai-nilai umum tersebut harus pula mereka hayati benar melalui proses sosialisasi.(Nasikun,2007) [2]

Berdasarkan sudut pandang dari Wirotomo , sifat integrasi sosial terbagi menjadi 3 bagian yaitu :

        ·         Integrasi Normatif , yang biasanya terjadi pada masyarakat yang memiliki solidaritas mekanik atau masyarakat sederhana.

Contoh : Masyarakat yang ada di Kalimantan Barat yang dapat hidup sederhana dengan masyarakat Jawa,Madura dan Dayak.

 

        ·         Integrasi Fungsional , yang biasanya berkembang dalam masyarakat yang memiliki tingkat spesialisasi kerja tinggi.

Contoh : Masyarakat Suku asli yang hidup di Jakarta adalah Suku Betawi dan suku yang ada di Jawa Barat

        ·         Integrasi Koersif , merupakan hasil kekuatan yang mengikat masyarakat secara paksa.

Contoh : Lembaga Hukum yang bersifat mengikat masyarakat dengan keras pada semua pihak yang berlawanan secara universal

Selain membahas tentang integrasi sosial, Paulus wirotomo juga membahas tentang pembangunan sosial. Dalam upaya menyelamatkan peradaban manusia, konsep pembangunan perlu lebih ditopang oleh ilmu sosial-budaya guna mengimbangi dominasi ilmu-ilmu yang lebih berorientasi kebendaan. Tantangannya, ilmu sosial-budaya tidak cukup melakukan pengkajian atau evaluasi capaian pembangunan (social impact assesment),yang bukan hanya analytical-evaluative , tetapi juga harus lebih prescriptive . Implikasinya, perlu perubahan pendekatan dari diubah dari sekedar the enlightment model menjadi the engineering model.[3]

Strategi pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan telah gagal untuk mengembangkan kepentingan rakyat kesejahteraan, kesetaraan sosial dan kualitas kehidupan sosial budaya yang lebih baik. Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan: pengangguran,kejam, pertumbuhan tanpa akar, tanpa suara dan tanpa masa depan (UNDP,1997) . Baru-baru ini, beberapa pendekatan pembangunan baru telah diperkenalkan, seperti Pembangunan yang Berpusat pada Orang, MDGs Pembangunan Manusia, tetapi pendekatan-pendekatan itu adalah mengusulkan lebih banyak untuk peningkatan beberapa “sektor sosial”, daripada berorientasi pada pengembangan “barang masyarakat”.

Pembangunan sosial-budaya mempunyai prinsip yang tidak mudah diterima oleh logika pertumbuhan kebendaan, yakni adanya variabel-variabel sosial dan humanniora seperti kerukunan, kemandirian, kesetiakawanan, demokrasi,kesejahteraan , bahkan kebahagiaan. Semua variabel ini harus bisa masuk kedalam perhitungan input-output pembangunan yang menekankan dimensi kuantitatif. Logika perencanaan yang sangat berpengaruh pada azas efisiensi harus bisa menerima logika sosial-budaya yang cenderung berorientasi pada efektifitas (menghasilkan kesejahteraan nyata bagi masyarakat).(wirotomo,2012)[4]

Dalam wawancara yang dilakukan Kompas di ruangan kerja nya di Kampus FISIP Universitas Indonesia, Prof Dr Paulus Wirotomo berpendapat bahwa pembangunan sosial saat ini masih disalahpahami. Bagi pemerintah, pembangunan sosial hanya dianggap sebagai sektor pembangunan saja. Meskipun sebenarnya hal ini tidak dapat dikatakan sepenuhnya salah, namun juga tidak dapat dibenarkan.

Pasalnya, Menurut Paulus Wirotomo pengertian pembangunan sosial yang benar adalah yang lebih dari sekadar hanya pembangunan sektor. Karena dalam pembangunan sosial harus termuat peningkatan interaksi dan hubungan sosial dalam masyarakat. Tanpa terjadinya kualitas hubungan sosial dari langkah pembangunan sosial yang di lakukan, sulit mengatakan adanya proses pembangunan sosial.

Selain dari itu Paulus Wirotomo juga mengemukakan pendapatnya tentang pembangunan sosial, yang dimana pembangunan sosial bukan hanya meliputi pemerintahan saja. Karena menurutNya “ Pembangunan sosial bukan hanya sekedar charity yang tidak menghasilkan uang”. Maksudnya disini yaitu mengikuti logika pembangunan sosial sebagai sektor, maka pembangunan sosial ini membutuhkan masukan berupa penyediaan anggaran, perlu pembiayaan dan mengikuti pemahaman pembangunan sosial sebagai charity, maka pembangunan sosial itu dianggap sebagai sebuah langkah yang tidak menghasilkan apa pun atau paling tidak output-nya dinyatakan tidak menghasilkan uang.

Paulus Wirotomo berharap sebagai pengambil kebijakan untuk memberikan dukungan pada usaha-usaha anak bangsa yang memilki kreatif untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang lebih baik lagi. “Persoalan ini tidak sulit kalau memang pemerintah mau dan punya keberpihakan pada usaha kreatif. Inilah yang harus dilakukan sekarang, yaitu membuat kebijakan nasional yang berpihak pada usaha kreatif. Tanpa ini, saya kira bangsa ini akan tetap seperti sekarang, kualitas hubungan sosialnya tidak meningkat”-(wirotomo 2012)

            Pada dasarnya semua usulan Pembangunan Sosial memang merupakan sumbangan penting untuk menyeimbangkan penekanan pada pembangunan yang bisa ekonomi, tetapi secara umum konseptualisasi tersebut masih sangat “parsial” dan “residual”. Dimana dibutuhkan kepastian sosiologis bahwa program-program tersebut menghasilkan dampak nyata dan pengaruh bagi unsur-unsur dasar kehidupan sosial budaya.

 

        Kesimpulan

Pengembangan konsep “Pembangunan Sosial” adalah suatu tantangan substansial bagi para ilmuwan Sosial-Budaya termasuk bagi Paulus Wirotomo yaitu seorang pakar dibidang sosiologi yang membahas tentang sosial dan pembangunan didalam masyarakat.

Menurut Paulus Wirotomo sifat Integrasi Sosial terbagi menjadi 3 bagian yaitu Normatif, Fungsional dan Koersif. Dan pengertian dari Integrasi Sosial tersebut adalah suatu hal yang komponen membuat masyarakat menjadu satu padu atau menjadi satu kesatuan. Dengan begitu Integrasi sosial memiliki manfaat memberikan kenyamanan didalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Adanya integrasi sosial di harapkan mampu memecahkan masalah yang terjadi di lingkungan sosial masyarakat, sama hal nya dengan masalah pembangunan sosial yang menurut Paulus Wirotomo masih disalahpahami. Strategi pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan telah gagal untuk mengembangkan kepentingan rakyat kesejahteraan, kesetaraan sosial dan kualitas kehidupan sosial budaya yang lebih baik. Karena pembangunan sosial bukan hanya tentang untuk meningkatkan atau mempercepat ekonomi tetapi Pembangunan Sosial bukan hanya sekedar charity yang tidak menghasilkan uang yang berarti mengikuti logika pembangunan sosial sebagai sektor, maka pembangunan sosial ini membutuhkan masukan berupa penyediaan anggaran, perlu pembiayaan dan mengikuti pemahaman pembangunan sosial sebagai charity, maka pembangunan sosial itu dianggap sebagai sebuah langkah yang tidak menghasilkan apa pun atau paling tidak output-nya dinyatakan tidak menghasilkan uang.Pada dasarnya hal ini bukan bertujuan untuk memisahkan pembangunan ekonomi dengan pembangunan sosial tetapi lebih tepat nya menyatukannya secara sistematik.

Pada masa yang akan datang diharapkan pembangunan yang ada di Indonesia lebih mengarah kepada pembangunan kehidupan sosial-budaya, hal ini bertujuan agar terciptanya kenyamanan didalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

 


[1] Tokoh Sosiolog,”Tokoh Sosiolog Indonesia[Paulus Wirotomo]”. https://tokoh.id/biografi/2-direktori/sosiolog-universitas-indonesia/ . di akses pada 27 Oktober,2006

[2] Dr. Nasikun, Sistem Sosial Indonesia(Jakarta: PT.RAJAGRAFINDO PERSADA,2007), Hlm72

[3] Paulus Wirotomo,” Mencari Makna Pembangunan Sosial: Studi Kasus Sektor Informal di Kota Solo”. MASYARAKAT, Jurnal Sosiologi, Vol. 18, No. 1, Januari 2013: 102.

[4] Paulus Wirotomo, “Sociological Reconceptualization of Social Development: With Empirical Evidence from Surakarta City, Indonesia”. Asian Social Science; Vol. 10, No. 11; 2014:283

  

DAFTAR PUSTAKA 

Dr. Nasikun, 2007. Sistem Sosial Indonesia(Jakarta: PT.RAJAGRAFINDO PERSADA) 

https://tokoh.id/biografi/2-direktori/sosiolog-universitas-indonesia/

Paulus Wirotomo,” Mencari Makna Pembangunan Sosial: Studi Kasus Sektor Informal di Kota Solo”. MASYARAKAT, Jurnal Sosiologi, Vol. 18, No. 1, Januari 2013: 102.

Paulus Wirotomo, “Sociological Reconceptualization of Social Development: With Empirical Evidence from Surakarta City, Indonesia”. Asian Social Science; Vol. 10, No. 11; 2014:283

 

No comments:

Post a Comment

MINUMAN KHAS MELAYU RIAU

Salsabila Asri Negara Indonesia memiliki berbagai macam masyarakat dengan latar belakang dan keinginan yang berbeda. Indonesia juga memp...