Eli Yusnita
Indonesia
adalah negara kepulauan karena terdiri dari begitu banyak pulau. Tidak hanya
itu, Indonesia juga memiliki keberagaman suku bangsa yang membuat indonesia
kaya akan kebudayaan. Kebudayaan tersebut berasal dari berbagai daerah dan
sampai sekarang masih tetap dilestarikan oleh masyarakat asli di daerah
tersebut.
Misalnya
kebudayaan yang terdapat di daerah Jawa Barat. Jawa Barat merupakan salah satu
provinsi di Indonesia. Jawa barat berbatasan dengan laut jawa di utara, Jawa
Tengah di timur, Samudera Hindia di selatan, Banten serta DKI Jakarta di barat.
Ada banyak kesenian yang berasal dari Jawa Barat. Salah satu kesenian
tradisional khas Jawa Barat adalah wayang golek.
Wayang
golek sangat terkenal di daerah Jawa Barat dan juga sangat populer dikalangan
masyarakat. Acara kesenian wayang golek juga selalu ramai, dan sering
ditunggu-tunggu oleh para peminat wayang golek. Wayang golek termasuk kesenian
yang masih bertahan sampai saat ini karena masih sangat digemari oleh lapisan masyarakat,
khususnya masyarakat Suku Sunda.
Wayang
golek merupakan kesenian yang dalam pertunjukannya menggunakan alat sejenis
boneka. Bentuk boneka wayang golek menyerupai manusia dan boneka wayang
tersebut terbuat dari kayu. Tetapi tidak semua jenis kayu dapat digunakan dalam
pembuatan boneka tersebut. Biasanya kayu yang sering dipergunakan adalah jenis
kayu lame atau albasia. Kayu tersebutlah yang kemudian diolah sedemikian rupa
oleh seorang pengrajin hingga kemudian kayu tersebut menyerupai suatu
tokoh-tokoh dalam pewayangan, tokoh tersebut secara umum identik dengan manusia,
namun tidak sesempurna manusia sungguhan. Pakaian yang biasanya digunakan dalam
acara wayang golek adalah kain tenun yang berwarna-warni atau kain beludru yang
dijahit dalam proses pembuatannya.
Wayang
golek terdiri atas dua kata yaitu “wayang” dan “golek”. Pemaknaan wayang
berasal dari Wad dan Hyang, artinya leluhur. Sementara kata “golek” sering
diambil dari istilah bahasa Sunda berupa kirata (dikira-kira tapi nyata) yaitu ugal-egol ulak-olek yang artinya
dapat melakukan gerakan (menari) seperti halnya manusia. Unsur pokok pada
wayang golek adalah tangan dan kepala. Kepala dan lengan golek termasuk pada
bagian yang bisa di ugal-egol ulak-olek.[1]
Wayang golek berbeda dengan wayang kulit, karena wayang golek merupakan salah satu jenis wayang trimatra. Wayang golek dibuat dengan tujuan untuk menunjukkan sebuah lakon. Wayang golek didaerah Sunda terbagi menjadi dua, yaitu wayang golek papak dan wayang golek purwa.
1.
Sejarah singkat wayang golek
Di
Jawa Barat, tempat berkembangnya wayang pertama kali adalah Cirebon, yaitu pada
masa Sunan Gunung Jati (abad ke-15). Jenis wayang yang pertama kali dikenal
adalah jenis wayang kulit. Sementara wayang golek mulai mulai terkenal di
Cirebon pada awal abad ke-16 dan dikenal dengan nama wayang golek papak atau
cepak. Dalam perkembangannya, kita lebih mengenal wayang golek purwa, yaitu
wayang yang berlatar belakang dari cerita Ramayana dan Mahabrata.[2]
Pada
awal pertunjukkan, wayang golek hanya digelaran untuk kaum bangsawan saja, pertunjukan wayang golek pada
saat itu hanya diselenggarakan oleh para priyayi (kaum bangsawan Sunda)
dilingkungan Istana atau Kabupaten untuk kepentingan pribadi maupun untuk
keperluan umum. Selain itu, peran yang sangat mendukung perkembangan wayang
golek adalah Bupati di Jawa Barat yang bernama Wiranatakoesoema III.
Wayang golek berdasarkan bentuknya
dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Wayang
bentuk klasik
Wayang klasik ini berbentuk seperti
manusia, tetapi bentuknya tidak
menyerupai bentuk asli manusia sungguhan.
b. Wayang
bentuk orang
Wayang bentuk orang merupakan wayang
penyempurna dari wayang klasik, wujud dari wayang ini berbentuk lebih
menyerupai manusia. Biasanya jenis wayang ini digunakan dalam cerita Maha
Brata.
c. Wayang
cepak
Wayang cepak hampir sama dengan wayang klasik. Hanya saja yang membedakannya terletak pada tokoh yang diperankan. Tokoh dari wayang cepak dibuat berdasarkan kisah para wali atau tokoh-tokoh kerajaan Sunda.
2. Fungsi Wayang golek
Kesenian wayang golek memiliki berbagai
fungsi, secara khusus wayang golek memiliki fungsi sebagai sarana-sarana
seperti, tradisi, media penyebaran nilai sosial, politik, kritik, dan hiburan.
a. Tradisi
Wayang golek merupakan salah satu
tradisi masyarakat Sunda yang terkenal. Kehadiran wayang golek tersebut sering
dikaitkan dengan kepercayaan dari masyarakat Sunda untuk menghindari
malapetaka.
b. Media
penyebaran nilai sosial
Cerita wayang selalu memberikan pesan
sosial tentang kebaikan maupun larangan jika manusia membuat suatu kesalahan.
Dengan adanya wayang ini, membuat penonton tidak hanya terhibur tetapi juga
mendapatkan nilai sosial yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam bertindak.
c. Politik
Wayang melakukan sebuah lakon seperti
manusia, artinya kehidupan wayang bercermin pada kehidupan manusia. Oleh karena
itulah mengapa wayang sering digunakan dalam menanamkan politik kepada
masyarakat menjelang pemilu. Dalam pertunjukan wayang bercerita bagaimana kita
menggunakan hak suara untuk berpartisipasi dalam pemili dan sebagainya.
d. Kritik
Di dalam cerita pewayangan, yang
dilaksanakan secara sempalan (adanya bagian penyesuaian dengan zamannya),
dalang sebagai pengatur cerita sering menuturkan kondisi yang terjadi di
masyarakat saat itu. Dengan dialog-dialog kocak seperti yang dilakukan oleh
tokoh Cepot atau Dewala seringkali berupa celoteh atau kritik yang ditujukan
kepada pihak tertentu terutama pada elit kekuasaan yang bertindak sesuai dengan
aturan yang ada. Lelucon yang pada akhirnya berupa kritik dikemas sedemikian
rupa sehingga masyarakat tersadarkan akan pentingnya suatu keadilan.[3]
e. Hiburan
Seperti yang kita ketahui, wayang golek disetiap pertunjukkannya sangat menghibur penonton. Selain terhibur, menyaksikan pertunjukan wayang juga memberikan nilai-nilai sosial.
3.
Golongan utama bentuk wayang golek
Wayang golek memiliki bentuk yang
berbeda-beda, sesuai dengan karakter wayang itu sendiri. Secara garis besar,
bentuk wujud tubuh serta raut wajah wayang golek dikelompokkan dalam empat
golongan utama, yaitu satria, ponggawa, buta dan panakawan.
a. Satria
Bentuk tubuh wayang golek golongan
utama satria menggambarkan karakter dengan kelembutan, ketenangan, kedamaian
dan kelemahlembutannya dalam lakonnya tanpa meninggalkan unsure kegagahan,
kecerdasan dan ketegasannya.
b. Ponggawa
Bentuk tubuh wayang golek golongan
utama ponggawa digambarkan memiliki bentuk tubuh yang tegap, tegas, dengan mata
besar, alis tebal, berkumis, hidung mancung dan berani. Tokoh-tokoh golongan
ponggawa antara lain Gatotkaca, Bima dan Duryadana.
“Gatotkaca, salah seorang tokoh dari
epos Mahabrata. Dikenal dengan julukan otot kawat, tulang baja, daging besi.
Dia memiliki jiwa seni yang tinggi, pembuat arca, patung-patung dari batu”.[4]
c. Buta
Buta merupakan raksasa yang memiliki
tubuh yang tinggi besar, mata melotot, alis tebal, hidung besar, bertaring atas
bawah. Seperti yang kita tahu, raksasa yang tinngi besar sangat menyeramkan.
d. Panakawan
Panakawan yang digambarkan pada
golongan ini merupakan tokoh yang kocak dan jenaka. Tokoh ini tentunya akan
sangat menghibur dan dapat menciptakan tawa saat menonton wayang golek
tersebut.
Kesimpulan
:
Wayang
golek merupakan salah satu kesenian khas yang berasal dari daerah Jawa Barat. Wayang
golek sangat terkenal dikalangan masyarakat Suku Sunda. Bahkan sampai saat ini
kesenian wayang masih sangat dicintai oleh penggemarnya. Wayang golek terkenal
di Cirebon pada awal abad ke-16 dan dikenal dengan nama wayang golek papak atau
cepak.
Wayang
golek merupakan kesenian yang dalam pertunjukannya menggunakan alat sejenis
boneka. Dan bentuk boneka dari wayang golek tersebut menyerupai manusia. Boneka
wayang sendiri terbuat dari kayu-kayu pilihan. Pembuatan boneka wayang golek
terbilang cukup sulit, karena tidak semua orang dapat membuat wayang tersebut.
Biasanya wayang golek dibuat oleh para pengrajin kayu. Wayang golek berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu wayang bentuk klasik, wayang bentuk orang dan wayang bentuk cepak.
Kesenian wayang golek memiliki
berbagai fungsi, secara khusus wayang golek memiliki fungsi sebagai
sarana-sarana seperti, tradisi, media penyebaran nilai sosial, politik, kritik,
dan hiburan. Wayang
golek memiliki bentuk yang berbeda-beda, sesuai dengan karakter wayang itu
sendiri. Secara garis besar, bentuk wujud tubuh serta raut wajah wayang golek
dikelompokkan dalam empat golongan utama, yaitu satria, ponggawa, buta dan
panakawan.
[1]
Masdudi, Ivan. 2009. Mengenal Kesenian Wayang Golek. Banten: Penerbit Kenanga
Pustaka Indonesia. Hal-2
[2]
Cindro, Merena. 2010. Aneka Wayang Nusantara. Jakarta Barat: Penerbit Multi
Kreasi Satu Delapan. Hal-11
[3]
Cindro, Merena. 2010. Aneka Wayang Nusantara. Jakarta Barat: Penerbit Multi
Kreasi Satu Delapan. Hal-9
[4]
Masdudi, Ivan. 2009. Mengenal Kesenian Wayang Golek. Banten: Penerbit Kenanga
Pustaka Indonesia. Hal-13
Daftar Pustaka
Cindro,
Merena. 2010. Aneka Wayang Nusantara. Jakarta Barat: Penerbit Multi Kreasi Satu
Delapan
Masdudi,
Ivan. 2009. Mengenal Kesenian Wayang Golek. Banten: Penerbit Kenanga Pustaka
Indonesia
No comments:
Post a Comment