Wednesday, 25 November 2020

Wayang Golek

Eli Yusnita


          Indonesia adalah negara kepulauan karena terdiri dari begitu banyak pulau. Tidak hanya itu, Indonesia juga memiliki keberagaman suku bangsa yang membuat indonesia kaya akan kebudayaan. Kebudayaan tersebut berasal dari berbagai daerah dan sampai sekarang masih tetap dilestarikan oleh masyarakat asli di daerah tersebut.

          Misalnya kebudayaan yang terdapat di daerah Jawa Barat. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia. Jawa barat berbatasan dengan laut jawa di utara, Jawa Tengah di timur, Samudera Hindia di selatan, Banten serta DKI Jakarta di barat. Ada banyak kesenian yang berasal dari Jawa Barat. Salah satu kesenian tradisional khas Jawa Barat adalah wayang golek.

          Wayang golek sangat terkenal di daerah Jawa Barat dan juga sangat populer dikalangan masyarakat. Acara kesenian wayang golek juga selalu ramai, dan sering ditunggu-tunggu oleh para peminat wayang golek. Wayang golek termasuk kesenian yang masih bertahan sampai saat ini karena masih sangat digemari oleh lapisan masyarakat, khususnya masyarakat Suku Sunda.

          Wayang golek merupakan kesenian yang dalam pertunjukannya menggunakan alat sejenis boneka. Bentuk boneka wayang golek menyerupai manusia dan boneka wayang tersebut terbuat dari kayu. Tetapi tidak semua jenis kayu dapat digunakan dalam pembuatan boneka tersebut. Biasanya kayu yang sering dipergunakan adalah jenis kayu lame atau albasia. Kayu tersebutlah yang kemudian diolah sedemikian rupa oleh seorang pengrajin hingga kemudian kayu tersebut menyerupai suatu tokoh-tokoh dalam pewayangan, tokoh tersebut secara umum identik dengan manusia, namun tidak sesempurna manusia sungguhan. Pakaian yang biasanya digunakan dalam acara wayang golek adalah kain tenun yang berwarna-warni atau kain beludru yang dijahit dalam proses pembuatannya.

          Wayang golek terdiri atas dua kata yaitu “wayang” dan “golek”. Pemaknaan wayang berasal dari Wad dan Hyang, artinya leluhur. Sementara kata “golek” sering diambil dari istilah bahasa Sunda berupa kirata (dikira-kira tapi nyata) yaitu ugal-egol ulak-olek yang artinya dapat melakukan gerakan (menari) seperti halnya manusia. Unsur pokok pada wayang golek adalah tangan dan kepala. Kepala dan lengan golek termasuk pada bagian yang bisa di ugal-egol ulak-olek.[1]

          Wayang golek berbeda dengan wayang kulit, karena wayang golek merupakan salah satu jenis wayang trimatra. Wayang golek dibuat dengan tujuan untuk menunjukkan sebuah lakon. Wayang golek didaerah Sunda terbagi menjadi dua, yaitu wayang golek papak dan wayang golek purwa.

1. Sejarah singkat wayang golek

          Di Jawa Barat, tempat berkembangnya wayang pertama kali adalah Cirebon, yaitu pada masa Sunan Gunung Jati (abad ke-15). Jenis wayang yang pertama kali dikenal adalah jenis wayang kulit. Sementara wayang golek mulai mulai terkenal di Cirebon pada awal abad ke-16 dan dikenal dengan nama wayang golek papak atau cepak. Dalam perkembangannya, kita lebih mengenal wayang golek purwa, yaitu wayang yang berlatar belakang dari cerita Ramayana dan Mahabrata.[2]

          Pada awal pertunjukkan, wayang golek hanya digelaran untuk kaum bangsawan saja,  pertunjukan wayang golek pada saat itu hanya diselenggarakan oleh para priyayi (kaum bangsawan Sunda) dilingkungan Istana atau Kabupaten untuk kepentingan pribadi maupun untuk keperluan umum. Selain itu, peran yang sangat mendukung perkembangan wayang golek adalah Bupati di Jawa Barat yang bernama Wiranatakoesoema III.

          Wayang golek berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

a. Wayang bentuk klasik

          Wayang klasik ini berbentuk seperti manusia, tetapi  bentuknya tidak menyerupai bentuk asli manusia sungguhan.

b. Wayang bentuk orang

          Wayang bentuk orang merupakan wayang penyempurna dari wayang klasik, wujud dari wayang ini berbentuk lebih menyerupai manusia. Biasanya jenis wayang ini digunakan dalam cerita Maha Brata.

c. Wayang cepak

          Wayang cepak hampir sama dengan wayang klasik. Hanya saja yang membedakannya terletak pada tokoh yang diperankan. Tokoh dari wayang cepak dibuat berdasarkan kisah para wali atau tokoh-tokoh kerajaan Sunda.

2. Fungsi Wayang golek

          Kesenian wayang golek memiliki berbagai fungsi, secara khusus wayang golek memiliki fungsi sebagai sarana-sarana seperti, tradisi, media penyebaran nilai sosial, politik, kritik, dan hiburan.

a. Tradisi

          Wayang golek merupakan salah satu tradisi masyarakat Sunda yang terkenal. Kehadiran wayang golek tersebut sering dikaitkan dengan kepercayaan dari masyarakat Sunda untuk menghindari malapetaka.

b. Media penyebaran nilai sosial

          Cerita wayang selalu memberikan pesan sosial tentang kebaikan maupun larangan jika manusia membuat suatu kesalahan. Dengan adanya wayang ini, membuat penonton tidak hanya terhibur tetapi juga mendapatkan nilai sosial yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam bertindak.

c. Politik

          Wayang melakukan sebuah lakon seperti manusia, artinya kehidupan wayang bercermin pada kehidupan manusia. Oleh karena itulah mengapa wayang sering digunakan dalam menanamkan politik kepada masyarakat menjelang pemilu. Dalam pertunjukan wayang bercerita bagaimana kita menggunakan hak suara untuk berpartisipasi dalam pemili dan sebagainya.

d. Kritik

          Di dalam cerita pewayangan, yang dilaksanakan secara sempalan (adanya bagian penyesuaian dengan zamannya), dalang sebagai pengatur cerita sering menuturkan kondisi yang terjadi di masyarakat saat itu. Dengan dialog-dialog kocak seperti yang dilakukan oleh tokoh Cepot atau Dewala seringkali berupa celoteh atau kritik yang ditujukan kepada pihak tertentu terutama pada elit kekuasaan yang bertindak sesuai dengan aturan yang ada. Lelucon yang pada akhirnya berupa kritik dikemas sedemikian rupa sehingga masyarakat tersadarkan akan pentingnya suatu keadilan.[3]

e. Hiburan

          Seperti yang kita ketahui, wayang golek disetiap pertunjukkannya sangat menghibur penonton. Selain terhibur, menyaksikan pertunjukan wayang juga memberikan nilai-nilai sosial.

3. Golongan utama bentuk wayang golek

          Wayang golek memiliki bentuk yang berbeda-beda, sesuai dengan karakter wayang itu sendiri. Secara garis besar, bentuk wujud tubuh serta raut wajah wayang golek dikelompokkan dalam empat golongan utama, yaitu satria, ponggawa, buta dan panakawan.

a. Satria

          Bentuk tubuh wayang golek golongan utama satria menggambarkan karakter dengan kelembutan, ketenangan, kedamaian dan kelemahlembutannya dalam lakonnya tanpa meninggalkan unsure kegagahan, kecerdasan dan ketegasannya.

b. Ponggawa

          Bentuk tubuh wayang golek golongan utama ponggawa digambarkan memiliki bentuk tubuh yang tegap, tegas, dengan mata besar, alis tebal, berkumis, hidung mancung dan berani. Tokoh-tokoh golongan ponggawa antara lain Gatotkaca, Bima dan Duryadana.

          “Gatotkaca, salah seorang tokoh dari epos Mahabrata. Dikenal dengan julukan otot kawat, tulang baja, daging besi. Dia memiliki jiwa seni yang tinggi, pembuat arca, patung-patung dari batu”.[4]

c. Buta

          Buta merupakan raksasa yang memiliki tubuh yang tinggi besar, mata melotot, alis tebal, hidung besar, bertaring atas bawah. Seperti yang kita tahu, raksasa yang tinngi besar sangat menyeramkan.

d. Panakawan

          Panakawan yang digambarkan pada golongan ini merupakan tokoh yang kocak dan jenaka. Tokoh ini tentunya akan sangat menghibur dan dapat menciptakan tawa saat menonton wayang golek tersebut.

 

Kesimpulan :

          Wayang golek merupakan salah satu kesenian khas yang berasal dari daerah Jawa Barat. Wayang golek sangat terkenal dikalangan masyarakat Suku Sunda. Bahkan sampai saat ini kesenian wayang masih sangat dicintai oleh penggemarnya. Wayang golek terkenal di Cirebon pada awal abad ke-16 dan dikenal dengan nama wayang golek papak atau cepak.

          Wayang golek merupakan kesenian yang dalam pertunjukannya menggunakan alat sejenis boneka. Dan bentuk boneka dari wayang golek tersebut menyerupai manusia. Boneka wayang sendiri terbuat dari kayu-kayu pilihan. Pembuatan boneka wayang golek terbilang cukup sulit, karena tidak semua orang dapat membuat wayang tersebut. Biasanya wayang golek dibuat oleh para pengrajin kayu. Wayang golek berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 3 jenis, yaitu wayang bentuk klasik, wayang bentuk orang dan wayang bentuk cepak.

          Kesenian wayang golek memiliki berbagai fungsi, secara khusus wayang golek memiliki fungsi sebagai sarana-sarana seperti, tradisi, media penyebaran nilai sosial, politik, kritik, dan hiburan. Wayang golek memiliki bentuk yang berbeda-beda, sesuai dengan karakter wayang itu sendiri. Secara garis besar, bentuk wujud tubuh serta raut wajah wayang golek dikelompokkan dalam empat golongan utama, yaitu satria, ponggawa, buta dan panakawan.

 



[1] Masdudi, Ivan. 2009. Mengenal Kesenian Wayang Golek. Banten: Penerbit Kenanga Pustaka Indonesia. Hal-2

[2] Cindro, Merena. 2010. Aneka Wayang Nusantara. Jakarta Barat: Penerbit Multi Kreasi Satu Delapan. Hal-11

[3] Cindro, Merena. 2010. Aneka Wayang Nusantara. Jakarta Barat: Penerbit Multi Kreasi Satu Delapan. Hal-9

[4] Masdudi, Ivan. 2009. Mengenal Kesenian Wayang Golek. Banten: Penerbit Kenanga Pustaka Indonesia. Hal-13

  

Daftar Pustaka 

Cindro, Merena. 2010. Aneka Wayang Nusantara. Jakarta Barat: Penerbit Multi Kreasi Satu Delapan

Masdudi, Ivan. 2009. Mengenal Kesenian Wayang Golek. Banten: Penerbit Kenanga Pustaka Indonesia

 

No comments:

Post a Comment

MINUMAN KHAS MELAYU RIAU

Salsabila Asri Negara Indonesia memiliki berbagai macam masyarakat dengan latar belakang dan keinginan yang berbeda. Indonesia juga memp...