Wednesday, 2 December 2020

TOKOH ANTROPOLOGI : RUTH BENEDICT

Dewi Ayuni             


Ruth Fulton Benedict ( lahir 5 juni 1887 di New York, Amerika Serikat -meninggal 17 September 1948 di New York pada umur 61 tahun). Ruth Benedict adalah seorang antropolog berkebangsaan Amerika yang menciptakan teori yang berpengaruh besar pada antropologi budaya, khususnya di bidang budaya dan kepribadian. Benedict lahir dari pasangan Beatrice (Shattuck) dan Frederick Fulton. Ayahnya adalah seorang dokter dan ahli bedah homeopati, sedangkan ibunya bekerja di kota sebagai guru sekolah. Benedict lulus di Perguruan Tinggi Vasar pada tahun 1909, kemudian ia tinggal di Eropa selama satu tahun. Sepulang dari Eropa, Benedict menetap di California dan mengajar di sekolah – sekolah perempuan. Pada tahun 1914 Benedict kembali lagi ke New York, kemudian menikah dengan Stanley Benedict, namun pernikahan Benedict tidak berlangsung lama karena mereka bercerai beberapa tahun setelah menikah. Pada musim gugur tepatnya tahun 1919, Benedict terdaftar di sebuah sekolah

baru untuk melakukan penelitian sosial dan mengambil dua jurusan antropologi. Menurut Benedict mempelajari antropologi sangatlah penting karena dengan mempelajari antropologi kita dapat memahami konflik yang terjadi antara negara yang satu dengan lainnya.

Salah satu guru Benedict ialah Elsie Clews Parsons yang menyarankan Benedict agar menjadi seorang antropolog dan kemudian memperkenalkan Benedict kepada Franz Boaz yang berasal dari Universitas Columbia. Dia menerima gelar Ph. D dan bergabung dengan fakultas pada tahun 1923. Di Columbia Benedict melakukan penelitian lapangan terhadap beberapa suku primtif diantaranya yaitu : suku Indian Serrano (1922), Zuni Pueblo (1924), Apache (1931) dan Blackfoot India (1939).[1] Benedict adalah Presiden American Anthropological Association dan juga anggota terkemuka dari American Folklore Society. Selain itu, Benedict juga menjadi wanita pertama yang diakui sebagai pemimpin terkemuka dari profesi terpelajar dan dipandang sebagai sosok transisi di bidangnya yang mengarahkan antropologi untuk menjauh dari batasan studi difusi sifat budaya menuju ke teori kinerja sebagai bagian dari adanya interpetasi budaya.[2]

Ruth Benedict mengungkapkan adanya hubungan yang erat antara kebudayaan dan kepribadian dalam salah satu bukunya yang berjudul Pattern Of Culture (1934).[3] Di dalam Bukunya Benedict membandingkan kepribadian tiga budaya primtif diantaranya yaitu : Kwakiult di Pasifik Barat Laut, Zuni dari Amerika Serikat Barat Daya dan Dobuan di Pasifik Selatan.

  1. Orang Kwakiult bermata pencaharian sebagai nelayan. Orang ini berpola kebudayaan “Dionysian” karena mempunyai kepribadian yang terbuka, pemboros, suka bertindak ekstrim, menganggap dirinya lebih baik dari orang lain dan selalu curiga bahwa dirinya akan di celakai orang lain.
  2. Orang Zuni bermata pencaharian sebagai petani. Orang ini berpola kebudayaan “Apollian” karena mereka memiliki kepribadian yang tertutup, dapat menahan diri, saling tolong menolong, mementingkan upacara agama yang tenang tanpa adanya histeris sehingga dalam kebudayaan orang Zuni tidak saling menunjukkan ketegangan.
  3. Orang Dobuan berpola kebudayaan “Paranoid” karena mereka saling mencurigai antar sesamanya, hidu mereka juga selalu takut kena sihir atau guna – guna dan memiliki sifat penghianat.

Ketiga kasus ini menggambarkan adanya kekuatan budaya dalam setiap kepribadian normatif itu berbeda – beda dan menghasilkan definisi penyimpangan yang berbeda juga. Dalam setiap kebudayaan terdapat nilai – nilai tertentu yang mendominasi ide yang terus berkembang yang akan membentuk dan mempengaruhi aturan – aturan dalam bertindak masyarakatnya  serta aturan – aturan bertingkah laku yang membentuk pola kultural dalam masyarakat. Maka dari itu penyimpangan tidak dapat ditentukan secara alami. Setelah Patterns Of Culture, Benedict terus menerapkan pendekatan Boasian dengan mempromosikan relativisme budaya dan memerangi entnosentrisme serta rasisme baik secara intelektual maupun politik. Untuk menunjukkan konsep ras secara ilmiah yang lemah dan destruktif, Benedict mengungkapkan dalam tulisannya yaitu “Race : Science and Politics” pada tahun 1945. Benedict juga bergabung dalam Perang Dunia II bersama antropolog lain untuk membantu mengalahkan Nazisme dan kekuatan Axis yang bekerja untuk pemerintah federal Amerika tepatnya di Washington DC.[4]

Benedict mengungkapkan bahwa budaya lebih menekankan pada aspek kehidupan yang ada di dalam masyarakat. budaya bukan berasal dari hasil karya manusia melainkan hasil dari pola pikir, perilaku dan tindakan yang dilakukan oleh manusia secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.[5] Benedict juga menekankan budaya pada kekuatan kebiasaan adat dan proses pembelajaran yang digunakan sebagai argumen untuk melawan alam dan berusaha untuk tidak membatasi kemampuan  setiap manusia.[6]

Ruth Benedict (1970) menyatakan bahwa budaya dan kebiasaan saling berkaitan satu sama lain. Keterkaitan antara budaya dan kebiasaan dapat dibuktikan dengan struktur sosial yang ada di dalam masyarakat mencakup kelompok sosial dan institusi sosial. Kelompok sosial adalah berbagai kategori sosial yang mendukung tindakan disetiap anggotanya untuk mencapai satu tujuan bersama. Mereka ini terdiri dari status sosial dan peran yang memungkinkan pola perilaku untuk mencapai tujuan yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, anggota masyarakat dalam kelompok sosial harus memiliki pola perilaku untuk mencapai tujuan bersama. Contohnya norma sosial yang dijadikan pedoman anggota masyarakat untuk memenuhi tujuan. Sedangkan Institusi sosial adalah institusi yang berhubungan dengan tradisi perkawinan, praktik pengasuhan anak dan hubungan natar gender yang diakui sah dalam lingkungan masyarakat. Lembaga sosial yang penting diklasifikasikan ke dalam lima kategori diantaranya yaitu : lembaga keluarga, lembaga agama, lembaga ekonomi, lembaga politik dan lembaga pendidikan.[7]

Ruth Benedict percaya bahwa setiap budaya mampu untuk memilih dari banyaknya sifat manusia yang akan digunakan sebagai norma – norma atau cita – cita. Setiap individu akan bertindak sesuai dengan norma – norma ataupun yang menyimpang hukum. Pandangan dunia banyak yang bersifat homogen sehingga muncul kepribadian antar kelompok.[8] Dalam kelompok sosial akan selalu terjadi perubahan, karena setiap kelompok dalam masyarakat tidak bersifat statis atau tetap. Dinamika kelompok sosial dapat diartikan sebagai sebuah proses perubahan dan perkembangan akibat adanya hubungan antara beberapa orang dalam suatu masyarakat yang bersifat terus – menerus dan akhirnya memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan di dalam lingkungannya. Menurut Rudh Benedict (2005) pokok persoalan atau aspek yang harus di pelajari dalam dinamika kelompok sosial diantaranya yaitu :

1.      Kohesi atau persatuan. Dalam persoalan kohesi akan terlihat bagaimana tingkah laku para anggota dalam suatu kelompok. Contohnya dapat dilihat dari proses pengelompokkan, intensitas anggota, arah pilihan dan nilai – nilai yang ada dalam kelompok.

2.      Motif atau dorongan. Persoalan motif berkaitan dengan perhatian anggota terhadap kehidupan kelompoknya. Contohnya yaitu kesatuan dalam kelompok, tujuan bersama yang akan di capai dan orientasi diri terhadap kelompok.

3.      Struktur. Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokkan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan setiap anggotanya dan pembagian tugas.

4.      Pimpinan. Persoalan pimpinan tidak kalah pentingnya pada kehidupan kelompok. Hal ini terlihat pada bentuk – bentuk kepemimpinan, tugas pemimpin dan sistem kepemimpinan.

5.      Perkembangan kelompok. Persoalan perkembangan kelompok dapat menentukkan kehidupan kelompok selanjutnya yang terlihat pada perubahan yang terjadi dalam kelompok.[9]

Dinamika kelompok memiliki beberapa kegunaan salah satunya yaitu dapat membentuk keja sama yang saling menguntungkan diantara anggotanya dan dapat mengatasi masalah yang muncul dalam kelompok yang dilakukan melalui musyawarah kelompok. Aktualisasi pendapat dapat dilakukan melalui keadaan yang lebih demokratis, dimana kinerja kelompok dilakukan secara bersama – sama sehingga menjadi lebih baik, efektif dan efisien. Saat ini banyak pihak yang menyadari pentingnya mempelajari dinamika kelompok sosial karena ada beberpaa alasan diantaranya yaitu :

  1. Kelompok sosial merupakan kesatuan – kesatuan sosial yang selalu ada dalam setiap masyarakat.
  2. Dinamika kelompok sosial yang berkaitan dengan perubahan sosial dan kebudayaan dalam masyarakat.

Kebiasaan dan sikap yang dirasakan sebagai sesuatu yang normal dalam suatu kelompok, belum tentu dianggap abnormal oleh kelompok masyarakat lainnya. Menurut Ruth Benedict penggolongan kepribadian normal dan abnormal berhubungan erat dengan perumusan konfigurasi atau pola kebudayaan dari suatu masyarakat. hal tersebut kemungkinan tidak akan berlaku jika keabnormalan sudah sangat mencolok dan sangat berbeda dengan tingkah laku normal yang ada pada umumnya. Dalam hal ini masyarakat merupakan laboratorium bentuk – bentuk sosial dan kebudayaan. Untuk memahami bentuk – bentuk kebudayaan serta prosesnya kita perlu mempelajari kebudayaan primtif yang dihubungkan dengan perkembangan budaya pada zaman sekarang tepatnya pada saat ini. Kebudayaan primtif menggambarkan adanya kenyataan tentang variasi perilaku manusia baik sebagai individu maupun anggota dalam masyarakat.[10]


KESIMPULAN

            Ruth Fulton Benedict adalah seorang antropolog berkebangsaan Amerika yang menciptakan teori yang berpengaruh besar pada antropologi budaya, khususnya di bidang budaya dan kepribadian. Menurut Benedict mempelajari antopologi sangatlah penting, karena dengan mempelajari antropologi kita dapat memahami konflik yang terjadi di berbagai negara. Suatu budaya lebih menekankan pada aspek kehidupan yang ada di dalam masyarakat karena budaya awalnya berasal dari pola pikir, perilaku dan tindakan yang dilakukan manusia secara turun temurun dari satu generasi ke generasi lainnya. Dalam kelompok sosial akan selalu terjadi perubahan hal ini terjadi karena setiap kelompok dalam masyarakat tidak bersifat statis atau tetap. Untuk itu kita perlu memahami dan mempelajari setiap bentuk kebudayaan dalam kelompok sosial serta prosesnya dengan baik.

 


[1] Wikipedia. “Ruth Fulton Benedict”. https://id.wikipedia.org/wiki/Ruth_Fulton_Benedict. Diakses 27 November 2020.

[2] Wikipedia. “Ruth Benedict”. https://translate.googleusercontent.com/translate_c?client=srp&depth=5&hl=id&nv=1&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&tl=id&u=https://en.m.wikipedia.org/wiki/Ruth_Benedict&usg=ALkJrhgEnBD-qHnSnGgu0rJmvTERSl1wsw. Diakses 27 November 2020.

[3] Ratih Baiduri.  Teori – teori Antropologi (Kebudayaan). Yayasan Kita Menulis. 2020. Hal. 116.

[4] Paul A. Erickson dan Liam D. Murphy. Sejarah Teori Antropologi Komprehensif. Jakarta : Prenamedia Group. 2018.  Hal. 72 – 74.

[5] Burhan Nudin. Peran Budaya Organisasi Ipnu – Ippnu Dalam Pengembangan Pendidikan Agama Islam Di Kabupaten Sleman. Jurnal El – Tarbawi. Vol. X. No. 1, 2017. Hal 92 – 93.

[6] Adi Prasetijo. “ Ruth Benedict dan Pola Kebudayaan”. 3 Februari 2012. Diakses 27 November 2020.

[7] Wilailak Ounjit. Memahami Budaya Melalui Kepribadian. Jurnal Ilmu Sosial dan Perilaku, 2012. Hal. 216.

[8] Nurcahyo Tri Arianto.  Pengasuhan dan Kepribadian Anak Tengger. Surabaya. Biokultur. Vol. V. No. 1, 2016. Hal. 108 – 109.

[9] Tim Sosiologi. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Yudhistira. 2007. Hal. 101.

[10] Zulkarnen. Budaya Timur Tengah Pasca Arab Spiring. Jakarta. Jurnal Al – Azhar Indonesia Seri Humaniora. Vol. 4. No. 2, 2017. Hal 73.

  

DAFTAR PUSTAKA

Arianto, Nurcahyo Tri. Pengasuhan dan Kepribadian Anak Tengger. Surabaya. Biokultur. Vol. 5. No. 1. 2016.

Baiduri, Ratih. Teori – teori Antropologi (kebudayaan). Yayasan Kita Menulis. ISBN : 978 – 623 – 7645 – 22 – 1. 2020.

Erickson, Paul. A dan Liam. D. Murphy. 2018. Sejarah Teori Antropologi Penjelasan Komprehensif. Jakarta : Prenamedia Group.

Nudin, Burhan. Peran Budaya Organisasi IPNU – IPPNU dalam Pengembangan Pendidikan Agama Islam Di Kabupaten Sleman. Jurnal El – Tarbawi. Vol. X. No. 1, 2017.

Ounjit, Wilailak. Memahami Budaya Melalui Kepribadian. Jurnal Ilmu Sosial dan Perilaku, 2012.

Prasetijo, Adi. “Ruth Benedict dan Pola Kebudayaan”.

https://etnobudaya.net/2012/02/03/ruth-benedict-dan-pola-kebudayaan/ .

Tim Sosiologi. 2007. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Yudhistira.

Wikipedia. “Ruth Fulton Benedict”. 

https://id.wikipedia.org/wiki/Ruth_Fulton_Benedict. Diakses 27 November 2020.

Wikipedia. “ Ruth Benedict”.

https://translate.googleusercontent.com/translate_c?client=srp&depth=5&hl=id&nv=1&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&tl=id&u=https://en.m.wikipedia.org/wiki/Ruth_Benedict&usg=ALkJrhgEnBD-qHnSnGgu0rJmvTERSl1wsw. Diakses 27 November 2020.

Zulkarnen. Budaya Timur Tengah Pasca Arab Spiring. Jakarta. Jurnal Al – Azhar Indonesia Seri Humaniora. Vol. 4. No. 2, 2017.

No comments:

Post a Comment

MINUMAN KHAS MELAYU RIAU

Salsabila Asri Negara Indonesia memiliki berbagai macam masyarakat dengan latar belakang dan keinginan yang berbeda. Indonesia juga memp...