Bella Oktavia Aritonang
Indonesia dikenal dengan julukan heaven
earth. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah.
Mulai dari sumber daya emas, sumber daya batu bara, sumber daya gas alam,
sumber daya minyak bumi, sumber daya nikel, sumber daya bauksit, sumber daya
bijih besi, sumber daya tembaga, dan lain sebagainya. Begitupula dengan
kebudayaan. Salah satu bentuk kebudayaan Indonesia yaitu batik. Indonesia
dengan keberagamannya telah memperkaya motif dan jenis batik dari tiap daerah
masing-masing.
Batik adalah kain bergambar yang
pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain
itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki
kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta
pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan
sebagai Warisan Kemanusian untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpiesces
of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak Oktober 2002. [1]
Hal ini menjadi suatu kebanggan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Hasil keputusan dai UNESCO ini juga sebagai bukti bahwa budaya kita, batik yang bersal dari Indonesia sudah diakui secara internasional. Batik Indonesia dinilai memiliki cerita dan banyak simbol yang berkaitan erat dengan kebudayaan lokal, status sosial, alam dan sejarah. Batik juga bisa menjadi identitas dan jati diri sebagai bangsa Indonesia yang telah ada sejak zaman terdahulu sampai sekarang.
Pengertian batik secara etimologi
yaitu, berasal dari bahasa Jawa ambhatik,
dari kata amba yang berarti lebar, luas, kain; dan titik yang berarti
titik atau matik (kata kerja dalam bahasa Jawa yang berarti membuat
titik) dan kemudian berkembang menjadi istilah batik, yang berarti
menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu pada kain yang luas atau
lebar. Secara harfiah batik dijelaskan sebagai kain bergambar yang dibuat
secara khusus dengan menuliskan atau menorehkan malam (lilin) pada kain,
kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu.[2]
Secara umum batik disebut sebagai kain yang dilukis dengan cairan
lilin malam menggunakan alat sehingga diatas kain tersebut terdapat lukisan
yang memiliki makna dan pola yang berbeda-beda. Makna tersebut dapat berapa
pesan-pesan yang tersembunyi dalam gambar. Pesan-pesan tersebut tidak terlepas
dari pengalaman atau pandangan hidup pembuatnya.
Sedangkan teknik pembuatan batik dikenal sudah sejak abad ke-4 SM.
Dari penemuan kain pembungkus mumi yang dilapisi malam untuk membentuk suatu
pola. Sejarah awal batik dipercaya oleh J.L.A Brandes (arkeolog Belanda) dan
F.A Sutjipto (arkeolog Indonesia) berasal dari tanah Toraja, Flores, Halmahera,
dan Papua. G.P Rouffaer berpendapat bahwa teknik batik pertama kali
diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. Ia juga
menambahkan bahwa canting pertama kali
ditemukan di Jawa. Hal ini dikarenakan gipsing hanya dapat dibentuk dengan
menggunakan alat canting. Proses pembuatan batik sendiri memerlukan alat dan
bahan yaitu kain mori atau kain yang dapat terbuat dari sutra atau katun, alat
pembentuk motif yaitu canting, gawangan sebagai alat bantu meletakkan kain
mori, malam batik yang sudah dicairkan dengan menggunakan wajan dan kompor
kecil dan zat pewarna pakaian sebagai warna dari motif batik.[3]
Proses pembuatan batik melalui
tahapan-tahapan berikut :
1. Tahapan yang pertama yaitu nganji. Kain mori terlebih dahulu dicuci
untuk menghilangkan kanji aslinya. Kemudian, kain mori tersebut dikanji
kembali. Mori harus dilapisi dengan ketebalan tertentu. Apabila, kanji terlalu
tebal malam kurang melekat dengan baik. Namun, jika terlalu tipis malam akan
sulit untuk dihilangkan. Kain mori dengan kualitas yang baik, kanji aslinya
tidak perlu dihilangkan.
2. Tahapan yang kedua yaitu
ngemplong. Tahapan ini biasanya hanya untuk kain yang bahanya halus. Hal ini
dilakukan untuk membuat kain mori menjadi licin dan lemas. Ngemplong dilakukan
dengan cara menaruh mori diatas sembilah kayu dan dipukul secara teratur dengan
pemukul kayu.
3. Tahapan yang ketiga dalam proses pembatikan yaitu molani. Molani
adalah proses menggambar motif diatas mori. Proses molani dilakukan untuk
mempermudah proses melukis malam pada kain.
4. Tahap yang keempat yaitu nglowong, yaitu proses melukis pola motif
pada mori sesudah dipola menggunakan canting.
5. Setelah di nglowong, proses
membatik pada bidang dibalik. Proses ini disebut tahap nerusi.
6. Tahap keenam yaitu nembok. Sebelum dilakukan pencelupan warna, bagian
pada kain yang dikehendaki tetap berwana putih harus ditutup dengan malam.
Lapisan malam ini ibarat tembok yang menahan zat pewarna.
7. Tahapan yang ketujuh yaitu medel. Proses pencelupan warna (biru tua)
yang pertama kali sebagai warna dasar kain.
8. Ngerok adalah tahapan selajuntnya. Yaitu, proses menghilangkan malam
pada saat proses sebelumnya ngolowong. Bagian
yang akan disoga agar berwarna coklat dikerok dengan cowuk (semacam
pisau tumpul yang terbuat dari seng) untuk menghilangkan malamnya.
9. Tahapan yang kesembilan yaitu mnironi. Proses melukiskan malam pada
kain yang ingin tetap berwarna biru, sedangkan untuk bagian yang akan disoga
dibirkan tetap terbuka. Pekerjaan mbironi ini dilakukan pada dua sisi mori.
10. Tahapan kesepuluh pembatikan
yaitu menyoga. Menyoga merupakan proses pewarnaan yang kedua. Menyoga merupakan
proses yang memerlukan waktu yang cukup lama, jika menggunakan soga alami maka
proses pencelupan dilakukan berkali-kali. Setiap telah dilakukan pencelupan,
mori harus dikeringakn diudara terbuka.
11. Tahapan terakhir dalam proses pembatikan yaitu nglorod. Proses
menghilangkan malam. Setelah mendapatkan warna yang dikehendaki, malam yang
masih tertinggal pada mori dihilangkan dengan cara dicelupkan dalam air
mendidih.
Selain dengan tahap-tahap diatas,
batik sudah berkembang dan dapat dibuat dengan beberapa teknik yaitu teknik batik cap, teknik celup ikat, teknik
printing, dan teknik colet. Perbedaan batik teknik cap dengan batik tulis
adalah motif dalam batik. Cara membuat batik dengan teknik cap yaitu kain mori
dibentangkan diatas permukaan yang rata, kemudian lilin dipanaskan dengan
menggunakan loyang khusus untuk batik cap. Loyang diletakkan diatas kompor.
Lalu, celupkan canting cap ke dalam lilin lalu capkan ke atas kain. Tekan
dengan kuat agar lilin meresap dalam pori kain.
Teknik batik celup ikat dilakukan
dengan cara mengikat sebagian kain lalu mencelupkannya kedalam cairan pewarna.
Dalam teknik ini, kain terkadang dicelupkan ke dalam beberapa warna untuk
mendapatkan warna yang bervariasi. Sedangkan, untuk motif kain tergantung dari
variasi ikatan-ikatan yang dibuat. Teknik celup juga dikenal dengan sebutan
jumputan, tritik, sasirangan, dan pelangi.
Teknik printing adalah teknik modern
dengan menggunakan alat. Proses pewarnaan hanya pada satu sisi. Namun, memiliki
banyak variasi motif yang lebih sempurna, detail, dan rapih. Teknik yang
terakhir yaitu teknik colet. Teknik colet dilakukan dengan mengoleskan pewarna
kain dengan kuas atau kapas atau terkadang dibuat dengan proses mencanting
malam panas yang sudah diberi warna. Kemudian, melukiskan motif diatas kain
mori. Pola yang dibuat biasanya dibentuk oleh coretan malam. Dalam teknik ini
dibutuhkan kehati-hatian dan ketekunan pembatik.
Batik ada di Riau sejak zaman
Kerajaan Daek Lingga dan Kerajaan Siak. Dan diketahui bahwa sekitar tahun 1985
provinsi Riau melaukan upaya untuk mengembangkan kembali budaya batik. Lambat
laun budaya batik mulai berkembang dengan pesat. Banyak orang yang antusias dan
timbul banyak para pengrajin batik.
Batik banyak digunakan dalam berbagi kegiatan masyarakat. Baik kegiatan formal maupun nonformal. Batik
juga digunakan diberbagai kalangan usia. Batik banyak diperdangankan di mall,
toko dan pasar. Batik melayu Riau dikenal sebagai batik tabir yang berciri
khas garis vertikal atau menyimpang
diagonal yang dalam pembuatannya tidak diperkenankan garis horizontal. Dalam budaya melayu Riau hal ini diibaratkan
dengan ketika seseorang terjatuh dan tidak dapat bangkit kembali. Terdapat 39
motif batik tabir yang telah terdaftar
hak karya intelektualnya. Motif batik riau juga hanya dibuat sekali. Umunya
kain batik melayu Riau berwana merah, biru dan kuning. Motif batik melayu Riau
adalah motif lokal yang berasal dari Riau itu sendiri. Kebanyakan batik dibuat
bermotif flora.
Motif-motif batik melayu Riau: motif
mangga, bunga hutan, fan lingga, bunga bintang, bungan tanjung, bunga matahari,
bunga cempaka, kuntum mekar tajuk,
kembang kayangan, bunga kiambang, motif pulang petang, motif kaluk paku, motif
pucuk rebung, bunga sosoun, bunga keduduk bunga kesumbo, sari bertabur kuntum
penuh, bunga kundru putri bangsawan, kembang berisi keluk anak, daun baku puluh
bertunas, kembang penuh siku beradu, bunga kasih tak sampai, tampuk manggis,
kuntum mekar belambai, wajik susun bertabur anak, kembang berhias tumpang
tindih, bunga penuh awan jingga, kembang penuh wajik bersambung, kuntum
bercabang bintang-bintang dan masih banyak lagi. Setiap motif memiliki makna
tersendiri. Misalnya, motif bunga air
mata pengantin yang memiliki arti keramah-tamahan kepada para tamu. Untuk cara
pembuatan batik melayu Riau awalnya hanya dilakukan dengan teknik cap. Cap
terbuat dari perunggu dengan berbagi motif khas Riau.Namun, saat ini pembuatan
batik melayu Riau dilakukan dengan teknik celup ikat, teknik canting tulis, dan
teknik printing. Hasil produksi batik Riau saat ini juga sudah beragam. Mulai
dari pakaian, outer, tas, dompet, tempat tissue, selendang dan
lain-lain.Berikut beberapa gambar motif batik melayu Riau.[4]
Dalam kebudayaan melayu Riau terdapat album yang berjudul “ Tu Bulan
Tu Bintang” yang diproduksi oleh Rumah
Seni Riau Art . Album ini berisikan makna yang berarti bahwa kita harus menjaga
dan melestarikan budaya terkhusus budaya batik. Begitupula dengan generasi muda
sebagai generasi penerus harus mencintai dan melestarikan budaya tersebut.
Lirik
dari album “ Tu Bulan Tu Bintang” [5]
Begitu
banyak ragamnya warna
Serasi
dipandang corak yang ada
Baju
dipakai bujang dan dara
Batik
Riau diberi nama
Aduhai
cantik dan gagah
Negeri
bertuah penuh pesona
Berbagi
bentuk seni budaya
Batik
Riau salah satunya
Mari
kita jaga lestari sepanjang masa
Wahai
dikau penerus generasi
Kembangkan
terus budaya tradisi
Kalau
tidak kita siapa lagi
Janganlah
asing dinegeri sendiri
Pusaka
lama tenunan batik
Tinggi
mutunya menjungjung marwah
Dara
yang memakai bertambah cantik
Bujang
yang memakai bertambah gagah
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan pengertian dari batik secara etimologi dan harfiahnya. Secara
etimologinya, batik yang berarti menghubungkan titik-titik menjadi gambar
tertentu pada kain yang luas atau lebar. Secara harfiahnya, batik sebagai kain
bergambar yang dibuat secara khusus dengan menuliskan atau menorehkan malam
(lilin) pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu. Teknik
pembuatan batik sendiri sudah dikenal sejak abad ke-4 SM. Teknik pembuatan
batik terdiri dari teknik canting tulis, teknik cap, teknik celup ikat, teknik
printing, teknik colet dan teknik cap perunggu. Batik di provinsi Riau sudah
ada sejak zaman kerajaan Daek Lingga dan Kerajaan Siak. Batik melayu Riau
dikenal dengan batik tabir.
[1]Wikipedia.
Indonesia. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Batik. Diakses 18 November 2020
[2] Wulandari, Ari. Batik
Nusantara : Makna Filosofis, Cara Pembuatan, dan Industri Batik .
Yogyakarta.2011. Hal. 10
[3] Prasetyo, Anindito. Batik :
Karya Agung Warisan Budaya Dunia .
Yogyakarta. 2010. Hal. 25
[4] Fitiline. “ Batik Riau “, 13 Januari 2013, https://fitinline.com/article/read/batik-riau/
. Diakses 24 November 2020
[5]Begawai Insitute.” Aguaria Jr.
Batik Riau “ , 25 Januari 2020, https://youtu.be/DomfgtydTqE. Diakses 18 November 2020
DAFTAR
PUSTAKA
Begawai
Institute. “Aguaria Jr. Batik Riau.”https://youtu.be/DomfgtydTqE.Diakses 18 November 2020.
Fitiline.
“Batik Riau.”https://fitinline.com/article/read/batik-riau/.Diakses pada 24 November 2020.
Prasetyo,
Anindito. 2010. Batik : Karya Agung Warisan Budaya Dunia. Yogyakarta.
Wikipedia.
“ Indonesia “. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Batik. Diakses 18
November 2020
Wulandari,
Ari. 2011. Batik Nusantara : Makna Filosofis, Cara Pembuatan, dan Industri
Batik. Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment