frans Sebastian P.S
Toleransi merupakan sikap menghargai, mengizinkan,
tidak melarang seseorang atau masyarakat dengan pendirian nya baik dalam
mengemukakan pendapat, maupun hal yang dilakukannya sesuai dengan keinginan
masyarakat atau seseorang itu sendiri. sikap empati adalah merasakan diri
seolah olah ikut dalam keadaan orang lain, dan dapat tergerak untuk membantu
orang lain [1]. toleransi tumbuh ditegah
masyarakat dengan dengan melihat keberagaman serta keanekaragaman agama, suku,
ras, budaya, maupun bahasa dengan tidak disadari. toleransi berlandas pada pancasila dan UUD
1945 , yang yang terletak pada sila 1 (ketuhanan yang maha esa), sila ke 2
(kemanusiaan yang adil dan beradab), silla ke 3 (persatuan Indonesia, dan sila
ke 5 (keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ).
Dalam melakukan toleransi didasari oleh sikap lapang dada terhadap orang lain dan tetap memeperhatikan prinsip prinsip kita. sikap toleransi sering dijumpai dalam kehidupan sehari hari seperti menghormati agama lain yang sedang beribadah, menghargai pendapat seseorang, memandang semua orang itu sama. Toleransi terjadi sebab seseorang kelompok yang ingin sependapat menghindarkan diri dari perselisihan antar belah pihak.
Empati
adalah perasaan baru atau iba dimana seseorang melihat orang lain mengalami
sesuatu yang menarik perhatian, perasaan haru ini akan berbeda dari orang yang
satu dengan yang lain. orang yang muda merasa iba melihat kesedihan orang lain
dapat digolongkan kepada orang yang memiliki rasa empati tinggi. Orang tersebut
biasanya memiliki perasaan yang halus dan peka terhadap ketidakadilan [2]
Manusia
telah menunjukkan tanda tanda empati sejak bayi dan semakin remaja empatiny
bisa terlihat, namun setiap orang berbeda tingkat empatinya. Ada yang langsung
dapat berempati , ada yang tidak dapat berempati langsung melainkan sulit
berempati. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh factor-faktor diantaranya
lingkungan tempat tinggal di waktu kecil maupun sekarang, lalu dari sikap
memandang sesuatu, cara asuh orang tua, kejadian masa lali, dan keinginan/harapan
yang dimiliki.
Empati ini menekankan pada pentingnya mengindra perasaan seseorang untuk dasar membangun hubungan sosial yang sehat antara dirinya dengan seseorang itu. Semakin orang tersebut mengetahui emosi sendiri maka semakin pula ia terampil membaca emosi orang.
Ciri-ciri
empati
Menurut
golleman ada 3 ciri-ciri kemampuan empati yang harus dimiliki sebagai bagian
dari kecerdasan emosional diantaranya
- Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik: yang artinya seorang individu harus mampu memberi perhatian menjadi pendengar yang baik bagi segala permasalahan yang diungkapkan orang lain kepadanya.
- Menerima sudut pandang orang lain: individu mampu memandang permasalahan dari titik pandang orang lain sehingga akan menimbulkan toleransi dan kemampuan dalam menerima segenap perbedaan.
- Peka terhadap perasaan orang lain : yang berarti individu mampu membaca perasaan orang lain dari isyarat verbal dan non verbal, seperti nada bicara ekspresi wajah gerak gerik dan bahasa tubuh orang lain.[3]
Orang yang tidak bisa mendengar pembicaraan orang lain dengan baik merupakan orang yang acuh tak acuh dan tidak memerdulikan orang lain, sedangkan orang yang tampak mudah diajak bicara dengan baik dan mendalam artinya orang yang bisa mendengarkan dan memerhatikan orang yang bercerita lebih dalam
Keanekaragaman
Keanekaragaman
adalah salah satu realitas utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan masa
silam, kini dan di waktu waktu mendatang. Keanekaragaman kelompok sosiaal terus
tumbuh dan berkembang semakin komplek dalam kehidupan masyarakat majemuk yang
tidak hanya didasarkan pada perbedaan suku, agama, dan ras. [4]
Manusia
diciptakan tidak tahu wujud dan bentuknya dan tempat mereka tinggal dan berdiam
ada yang tinggal di desa ada yang tinggal di perkotaan. Manusi itu
bersosialisasi dengan lingkungan tempat tinggalnya atau tempat yang dia
diaminya, bertegur sapa dan melakukan aktifitas bersama manusia lainnya dengan
berbeda suku agama ras, maupun budaya,
pertemuan
antara manusia yang satu dengan yang lain juga terkadang tidak berjalam mulus
diakibatkan berbeda dari segi derajat keluarga maupun derajat kelompok, namun
di sebagian juga bisa menerima karena adanya pemahaman yang diajarkan orangtua
untuk menerima sesame
Kesimpulan
Sikap
empati dan toleransi terhadap keanekargaman dan perubahan budaya yaitu sebagai
manusia yang hidup di muka bumi dan khususnya di Indonesia haruslah saling
tolong menolong dan tidak iri dengki terhadap orang lain, apalagi jika berbeda
pendapat. Apalagi dizaman sekarang yang teknologi informasi dan komunikasi
semakin berkembang pesat membuat banyak berita yang simpang siur dan
menimbulkan banyak opni maupun prinsip yang di teguhkan,
jikakalau ada yang berbeda pendapat antar
umat manusia saling menerima dan berlapang dada, jika ada yang bentuk tubuh
atau rasnya berbeda dengan kita sendiri baiknya merangkul bukan
mendiskriminasi, maupun membully. Apalagi diindonesia sendiri mempunya semboyan
yaitu bhineka tunggal ika : berbeda beda tetapi tetap satu.
[1]
Wijayanti fitria, Muhammad sri kusumantoro. Detik-
Detik USBN Sosiologi. Intan Pariwara. Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal 81
[2] andreas Drs. Soeroso M.S. “Sosiologi 1” Yudhistira Ghalia Indonesia, 1972 hal 69
[3]
D goleman “Kecerdasan emosional (Jakarta PT gramedia pustaka utama 1996) hal
219
[4]
bagja waluya, “sosiologi menyelami fenomena sosial”, PT.grafindo media pratama
hal 109
Daftar Pustaka
andreas
Drs. Soeroso M.S. “Sosiologi 1” Yudhistira
Ghalia Indonesia, 1972
bagja
waluya, “sosiologi menyelami fenomena sosial”, PT.grafindo media pratama
D
goleman “Kecerdasan emosional (Jakarta PT gramedia pustaka utama 1996)
Wijayanti
fitria, Muhammad sri kusumantoro. Detik-
Detik USBN Sosiologi. Intan Pariwara. Daerah Istimewa Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment