Anggun Santika
Claude
Lévi Strauss adalah
seorang antropolog dan etnolog Prancis yang lahir di Belgia
dari orang tua Prancis-Yahudi Pada 28 November 1908 dan meninggal pada 30
Oktober 2009) .Ia pernah menjabat sebagai ketua Antropologi Sosial
di College de France antara tahun 1959 dan 1982, terpilih sebagai
anggota akademi Prancis pada tahun 1973 dan menjadi anggota Sekolah
untuk Studi Lanjutan di Ilmu Sosial di Paris. Levis juga menerima
banyak penghargaan dari universitas dan institusi di seluruh dunia dan telah
dikenal, sebagai"bapak antropologi modern dan telah berhasil dalam
mencetuskan teori Strukturalisme".[1]
Konsep strukturalisme Levi-Staruss awalnya muncul disebabkan oleh ketidak puasan Strauss terhadap fenomenologi dan eksistensialisme.Yang mana,pada saat itu ahli antropologi di anggap tidak pernah mempertimbangkan peranan bahasa yang sebenarnya sangat dekat dengan kebudayaan manusia
itu sendiri. Oleh sebab itu,dalam konsep strukturalismenya, Levi-Strauss menekankan pemikirannya pada aspek bahasa karena ia menganggap bahwa apa yang ada di dalam kebudayaan atau perilaku manusia tidak akan pernah terlepas dari ucapan dalam bahasa yang digunakan. Oleh sebab itu akan terdapat kesamaan antara konsep bahasa dan budaya manusia .Levi-Strauss
menyebutkan beberapa pemahaman mengenai keterkaitan bahasa dan budaya . Ahimsa
(2006: 24-25) :
- Bahasa yang digunakan oleh suatu masyarakat merupakan refleksi dari keseluruhan kebudayaan masyarakat tersebut.
- Bahasa merupakan salah satu unsur dari kebudayaan yang menjadikan bahasa merupakan bagian dari kebudayaan itu sendiri.
- Bahasa merupakan kondisi bagi kebudayaan sehingga melalui bahasa manusia dapat mengetahui kebudayaan suatu masyarakat dalam arti diakronis.[2]
Hal
yang perlu kita perhatikan dalam strukturalisme Levi-Strauss ini yaitu
perubahan pada struktur suatu benda atau aktivitas.Dimana, yang berubah itu hanya
sebagian saja dan bersifat tidak
menyeluruh atau biasa disebut sebagai proses transformasi. Prinsip dasar yang
terdapat di dalam struktur teori
Levi-Strauss yaitu bahwasanya struktur sosial itu tidak ada kaitannya dengan
realitas empiris, melainkan berkaiatan dengan model yang dibangun oleh realitas
empiris tersebut.Pembagian struktur menurut levi-Strauss ada dua yaitu struktur
luar yang merupakan hubungan antar unsur yang dapat di buat atau dibangun berdasarkan ciri-ciri
empiris dari relasi tersebut dan
struktur dalam yaitu susunan yang kita bangun berdasarkan ciri-ciri struktur
lahir yang sudah kita buat akan tetapi
tidak selalu nampak.
Pengembangan
konsep levi-Strauss yang terkenal yaitu penerapan konsepnya pada analisis
mitos. Menurut Levi Strauss sebuah mitos selalu terkait dengan masa lalu dan
nilai yang terkandung di dalamnya ditaksir terjadi pada waktu tertentu serta
membentuk sebuah struktur yang permanen. Yang mana,Struktur tersebut berkaitan
dengan masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Mitos pada
hakikatnya berisi hubungan urutan kejadian yang
terletak pada kejadian-kejadian itu sendiri dan detail yang
melengkapinya sehingga mitos selalu
terbuka untuk digunakan ulang dan khususnya untuk menyadarkan diri pada
terjemahan.[3]
Dengan
adanya penerapan analisis mitos,Claude Levi-Strauss berhasil menyimpulkan bahwa adanya kesamaan mitos dari
berbagai budaya di seluruh dunia yang ditandai dengan adanya kemiripan secara
berulang-ulang kali pada berbagai macam dongeng yang berasal dari beraneka
ragam kebudayaan tersebut. Dan tidak termasuk kepada hasil dari kontak ataupun
interaksi antara faktor eksternal yang ada di luar nalar manusia, melainkan hal
tersebut bisa terjadi meskipun kebudayaan di berbagai dunia berbeda,namun
struktur dasar semua manusia sama.
Untuk
membentuk suatu konsep Strukturalisme yang logis dan sempurna ,Levi-Strauss
tidak terlepas dari konsep pemikiran
para ahli lainnya seperti dalam penerapan strukturalisme di bidang antropologi
budaya ,Levi-Strauss menggunakan beberapa konsep dari Ferdinan de Saussure
yaitu konsep tanda bahasa yang terdiri dari 1) tinanda dan penanda, 2) bentuk
(form) dan (contens) isi, 3) langue dan parole, 4) sinkronis dan diakronis, dan
5) sintagmatik dan paradigmatik[4]
Selain
Ferdinand de saussure Levi-Strauss juga mangikuti pemikiran N.Trubetzkoy yang mengungkapkan bahwa konsep linguistik
atau bahasa ternyata mampu mengalihkan dari gejala yang hanya bersifat
kebahasaan, yang bersifat sadar, ke dalam gejala yang bersifat kebahasaan yang
unconscious atau ketidak sadaran.
Ahimsa
menyebutkan bahwa Levi-Strauss memiliki beberapa asumsi dasar dalam menunjang
keberhasilan pengembangan konsep strukturalisme nya antara lain:
- Dalam strukturalisme terdapat anggapan bahwa upacara,sistem kekerabatan, perkawinan, pola tempat tinggal dan pakaian secara formal dapat dikatakan sebagai bahasa.
- Adanya anggapan penganut strukturalisme bahwa dalam diri semua manusia terdapat kemampuan alami yang diwariskan secara genetis .
- Berdasarkan pandangan de Saussure yaitu bahwa suatu istilah dapat ditentukan maknanya oleh relasi-relasinya pada suatu titik waktu tertentu secara sinkronis.
- Hubungan dan keterkaitan yang ada pada struktur dalam dapat disederhanakan menjadi oposisi berpasangan .[5]
Dengan demikian dari asumsi yang digunakan
oleh Levi-Strauss dapat disimpulkan bahwa strukturalime Levi Strauss sangat
jelas menekankan pada aspek bahasa dan struktur bahasanya juga mencerminkan
struktur sosial masyarakat. Disamping itu kebudayaan juga diyakini memiliki struktur
sebagaimana yang terdapat dalam bahasa yang digunakan dalam suatu masyarakat.
Kesimpulan.
Claude
Levi-Srauss dikenal sebagai bapak antropologi yang telah berhasil mencetuskan
konsep Strukturalisme terhadap kaitannya dengan bahasa dan budaya.Keberhasilan Levi tersebut tidak dapat dipungkiri awalnya
berasal dari konsep yang ia pahami dan telaah dari para ahli terkemuka seperti
Ferdinan de Saussure dan N. Trubetzkoy dengan adanya konsep tersebut ia dapat
mengemukakan konsep linguistik modern dan berhasil menerapkan Strukturalisme
pada Antropologi sosial dan budaya
terhadap,mitos,seni,dongeng dan praktisi sosial lainnya.
Dalam
praktek nya,Levi-strauss lebih menekankan aspek kebahasaan dalam Struktural
karena ia menganggap bahwa apa yang ada di dalam kebudayaan atau perilaku
manusia tidak akan pernah terlepas
bahasa yang digunakan.Oleh karena itu ia meyakini akan terdapat kesamaan konsep
antara bahasa dan budaya manusia .
[1] Wikipedia. Indonesia. https://en.m.wikipedia.org/wiki/Claude_Lévi-Strauss.Diakses 15 Desember 2020.
[2] Heddy Shri
Ahimsa Putra. Strukturalisme Levi-Strauss, Mitos dan Karya Sastra.Kepel Press.Yogyakarta. 2012. Hal.24-25
[3] Zakridatul
Agusmaniar. “Teori
Strukturalisme Levi Strauss.” , 12 November 2013, http://rydhasnote.blogspot.com/2013/11/teori-strukturalisme-levi-strauss.html. Diakses 15 Desember 2020.
[4] Claude Levi Strauss.Antropologi Struktural . Kreasi Wacana. Yogyakarta.2007.hal. 72
[5] Heddy Shri
Ahimsa-Putra. Strukturalisme Levi-Strauss, Mitos dan Karya Sastra.Kepel Press.Yogyakarta. 2012. Hal. 66-71
DAFTAR PUSTAKA
Ahimsa-Putra, Shri, Heddy. 2012. Strukturalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya Sastra. Yogyakarta: Kepel Press.
Levi-Strauss, Claude. 2007. Antropologi Struktural. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Zakridatul Agusmaniar. “Teori Strukturalisme Levi Strauss”, http://rydhasnote.blogspot.com/2013 /11/teori-strukturalisme-levi-strauss.html .
Wikipedia.
“Indonesia”.https://en.m.wikipedia.org/wiki/Claude_Lévi-Strauss. Diakses 15 Desember
2020.
No comments:
Post a Comment