Wednesday, 16 December 2020

TOKOH ANTROPOLOGI : CLAUDE LEVI-STRAUSS

Anggun Santika


Claude Lévi Strauss adalah seorang antropolog dan etnolog Prancis yang lahir di Belgia dari orang tua Prancis-Yahudi Pada 28 November 1908 dan meninggal pada 30 Oktober 2009) .Ia pernah menjabat sebagai ketua Antropologi Sosial di College de France antara tahun 1959 dan 1982, terpilih sebagai anggota akademi Prancis pada tahun 1973 dan menjadi anggota Sekolah untuk Studi Lanjutan di Ilmu Sosial di Paris. Levis juga menerima banyak penghargaan dari universitas dan institusi di seluruh dunia dan telah dikenal, sebagai"bapak antropologi modern dan telah berhasil dalam mencetuskan teori Strukturalisme".[1]

Konsep strukturalisme Levi-Staruss awalnya muncul disebabkan oleh ketidak puasan Strauss terhadap fenomenologi dan eksistensialisme.Yang mana,pada saat itu ahli  antropologi di anggap tidak pernah mempertimbangkan peranan bahasa yang sebenarnya sangat dekat dengan kebudayaan manusia

itu sendiri. Oleh sebab itu,dalam konsep strukturalismenya, Levi-Strauss menekankan pemikirannya  pada aspek bahasa  karena ia menganggap bahwa apa yang ada di dalam kebudayaan atau perilaku manusia tidak akan  pernah terlepas dari ucapan dalam bahasa yang digunakan. Oleh sebab  itu akan terdapat kesamaan antara konsep  bahasa dan budaya manusia .

Levi-Strauss menyebutkan beberapa pemahaman mengenai keterkaitan bahasa dan budaya . Ahimsa (2006: 24-25) :

  1. Bahasa yang digunakan oleh suatu masyarakat merupakan refleksi dari keseluruhan kebudayaan masyarakat  tersebut.
  2. Bahasa merupakan salah satu unsur dari kebudayaan yang menjadikan bahasa merupakan bagian dari kebudayaan itu sendiri.
  3. Bahasa merupakan kondisi bagi kebudayaan sehingga melalui bahasa manusia dapat mengetahui kebudayaan suatu masyarakat dalam arti diakronis.[2]

Hal yang perlu kita perhatikan dalam strukturalisme Levi-Strauss ini yaitu perubahan pada struktur suatu benda atau aktivitas.Dimana, yang berubah itu hanya sebagian saja dan  bersifat tidak menyeluruh atau biasa disebut sebagai proses transformasi. Prinsip dasar yang terdapat di dalam struktur  teori Levi-Strauss yaitu bahwasanya struktur sosial itu tidak ada kaitannya dengan realitas empiris, melainkan berkaiatan dengan model yang dibangun oleh realitas empiris tersebut.Pembagian struktur menurut levi-Strauss ada dua yaitu struktur luar yang merupakan hubungan antar unsur yang dapat  di buat atau dibangun berdasarkan ciri-ciri empiris dari relasi  tersebut dan struktur dalam yaitu susunan yang kita bangun berdasarkan ciri-ciri struktur lahir yang sudah kita buat akan tetapi  tidak selalu nampak.

Pengembangan konsep levi-Strauss yang terkenal yaitu penerapan konsepnya pada analisis mitos. Menurut Levi Strauss sebuah mitos selalu terkait dengan masa lalu dan nilai yang terkandung di dalamnya ditaksir terjadi pada waktu tertentu serta membentuk sebuah struktur yang permanen. Yang mana,Struktur tersebut berkaitan dengan masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Mitos pada hakikatnya berisi hubungan urutan kejadian yang  terletak pada kejadian-kejadian itu sendiri dan detail yang melengkapinya sehingga  mitos selalu terbuka untuk digunakan ulang dan khususnya untuk menyadarkan diri pada terjemahan.[3]

Dengan adanya penerapan analisis mitos,Claude Levi-Strauss berhasil  menyimpulkan bahwa adanya kesamaan mitos dari berbagai budaya di seluruh dunia yang ditandai dengan adanya kemiripan secara berulang-ulang kali pada berbagai macam dongeng yang berasal dari beraneka ragam kebudayaan tersebut. Dan tidak termasuk kepada hasil dari kontak ataupun interaksi antara faktor eksternal yang ada di luar nalar manusia, melainkan hal tersebut bisa terjadi meskipun kebudayaan di berbagai dunia berbeda,namun struktur dasar semua manusia sama.

Untuk membentuk suatu konsep Strukturalisme yang logis dan sempurna ,Levi-Strauss tidak terlepas dari  konsep pemikiran para ahli lainnya seperti dalam penerapan strukturalisme di bidang antropologi budaya ,Levi-Strauss menggunakan beberapa konsep dari Ferdinan de Saussure yaitu konsep tanda bahasa yang terdiri dari 1) tinanda dan penanda, 2) bentuk (form) dan (contens) isi, 3) langue dan parole, 4) sinkronis dan diakronis, dan 5) sintagmatik dan paradigmatik[4]

Selain Ferdinand de saussure Levi-Strauss juga mangikuti pemikiran N.Trubetzkoy  yang mengungkapkan bahwa konsep linguistik atau bahasa ternyata mampu mengalihkan dari gejala yang hanya bersifat kebahasaan, yang bersifat sadar, ke dalam gejala yang bersifat kebahasaan yang unconscious atau ketidak sadaran.

Ahimsa menyebutkan bahwa Levi-Strauss memiliki beberapa asumsi dasar dalam menunjang keberhasilan pengembangan konsep strukturalisme nya antara lain:

  1. Dalam strukturalisme terdapat anggapan bahwa upacara,sistem kekerabatan, perkawinan, pola tempat tinggal dan pakaian secara formal dapat dikatakan sebagai bahasa.
  2. Adanya anggapan penganut strukturalisme bahwa dalam diri semua manusia terdapat kemampuan alami yang diwariskan secara genetis .
  3. Berdasarkan pandangan de Saussure yaitu bahwa suatu istilah dapat ditentukan maknanya oleh relasi-relasinya pada suatu titik waktu tertentu secara sinkronis.
  4. Hubungan dan keterkaitan yang ada pada struktur dalam dapat disederhanakan menjadi oposisi berpasangan .[5]

 Dengan demikian dari asumsi yang digunakan oleh Levi-Strauss dapat disimpulkan bahwa strukturalime Levi Strauss sangat jelas menekankan pada aspek bahasa dan struktur bahasanya juga mencerminkan struktur sosial masyarakat. Disamping itu kebudayaan juga diyakini memiliki struktur sebagaimana yang terdapat dalam bahasa yang digunakan dalam suatu masyarakat.


Kesimpulan.   

Claude Levi-Srauss dikenal sebagai bapak antropologi yang telah berhasil mencetuskan konsep Strukturalisme terhadap kaitannya dengan bahasa dan budaya.Keberhasilan  Levi tersebut tidak dapat dipungkiri awalnya berasal dari konsep yang ia pahami dan telaah dari para ahli terkemuka seperti Ferdinan de Saussure dan N. Trubetzkoy dengan adanya konsep tersebut ia dapat mengemukakan konsep linguistik modern dan berhasil menerapkan Strukturalisme pada Antropologi sosial dan  budaya terhadap,mitos,seni,dongeng dan praktisi sosial lainnya.

Dalam praktek nya,Levi-strauss lebih menekankan aspek kebahasaan dalam Struktural karena ia menganggap bahwa apa yang ada di dalam kebudayaan atau perilaku manusia tidak akan  pernah terlepas bahasa yang digunakan.Oleh karena itu ia meyakini akan terdapat kesamaan konsep antara bahasa dan budaya manusia .



[1] Wikipedia. Indonesia. https://en.m.wikipedia.org/wiki/Claude_Lévi-Strauss.Diakses 15 Desember 2020.

[2] Heddy Shri Ahimsa Putra. Strukturalisme Levi-Strauss, Mitos dan Karya Sastra.Kepel Press.Yogyakarta. 2012. Hal.24-25

[3] Zakridatul Agusmaniar. “Teori Strukturalisme Levi Strauss. , 12 November 2013, http://rydhasnote.blogspot.com/2013/11/teori-strukturalisme-levi-strauss.html. Diakses 15 Desember 2020.

[4] Claude Levi Strauss.Antropologi Struktural . Kreasi Wacana. Yogyakarta.2007.hal. 72

[5] Heddy Shri Ahimsa-Putra. Strukturalisme Levi-Strauss, Mitos dan Karya Sastra.Kepel Press.Yogyakarta. 2012. Hal. 66-71

  

DAFTAR PUSTAKA 

Ahimsa-Putra, Shri, Heddy. 2012. Strukturalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya Sastra. Yogyakarta: Kepel Press.

Levi-Strauss, Claude. 2007. Antropologi Struktural. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Zakridatul Agusmaniar. “Teori Strukturalisme Levi Strauss, http://rydhasnote.blogspot.com/2013 /11/teori-strukturalisme-levi-strauss.html . 

Wikipedia. “Indonesia”.https://en.m.wikipedia.org/wiki/Claude_Lévi-Strauss. Diakses 15 Desember 2020.

 

No comments:

Post a Comment

MINUMAN KHAS MELAYU RIAU

Salsabila Asri Negara Indonesia memiliki berbagai macam masyarakat dengan latar belakang dan keinginan yang berbeda. Indonesia juga memp...