Santa Brigita Erawati Silaban
Permainan kaki anggau
merupakan permainan tradisional yang ada dan tersebar di seluruh Indonesia namun
memiliki nama yang berbeda-beda di setiap daerah. Umumnya, kita menyebutnya
dengan engrang atau egrang. Orang Minangkabau menyebutnya tengkak-tengkak, orang Jawa Tengah menyebutnya jangkungan, dan dalam Bahasa Banjar di Kalimantan Selatan disebut batungkau. Permainan ini mulai dimainkan
sejak dulu di berbagai tempat pedesaan dan perkotaan oleh anak laki-laki yang
berusia 7-13 tahun, tetapi seiring berjalannya waktu, anggau juga dimainkan
oleh perempuan. Permainan anggau ini dimainkan dengan menggunakan dua batang
bambu atau kayu yang digunakan sebagai pengganti kaki tetapi masyarakat lebih
sering menggunakan bambu. Jenis bambu yang biasa dipakai adalah bambu apus atau
wulung dibanding bambu petung yang ukurannya besar dan mudah patah.
Umumnya, panjang masing-masing
bambu yang digunakan sekitar dua setengah meter, tergantung panjang kaki
pemain. Bambu yang digunakan pun harus sama panjang. Untuk membuatnya, lubangi
bambu tersebut di bagian bawah atau kurang lebih 30 cm dari permukaan tanah.
Selanjutnya, potong dua buah bambu lain berukuran 30 cm dan dimasukkan ke dalam
lubang yang tadi. Bambu yang kecil berguna sebagai pijakan kaki. Adapun bambu
yang panjang sebagai tempat berpegangan.
Permainan ini bisa
dimainkan di tanah, di lapangan, di pinggir pantai, atau di jalanan Luas arena
permainannya kurang lebih tujuh sampai lima belas meter dan lebar empat sampai
lima meter. Anggau biasa dimainkan di atas tanah untuk menjaga keamanan pemain
anggau agar tidak terluka saat terjatuh karena permainan anggau membutuhkan
bidang datar dan kokoh agar memudahkan berjalan di anggau. Selain untuk
bersenang-senang, permainan anggau juga biasa dijadikan kompetisi baik di
lingkungan pedesaan, perkotaan maupun lingkungan sekolah jenjang Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Tantangan yang akan
dihadapi dalam permainan kaki anggau adalah menjaga keseimbangan tubuh saat
berdiri. Langkah pertama yang kita lakukan saat menggunakan kaki anggau adalah
menaikkan kaki ke pijakan pada anggau sambil berpegangan pada gagang anggau.
Setelah itu kita berjalan menggunakan anggau. Saat pertama kali bermain anggau,
sebaiknya kita mulai secara perlahan dan langkah demi langkah untuk menghindari
cedera saat bermain. Kemudian bersikaplah tenang agar tubuh bisa berdiri tegak
dan anggau tidak goyang.
Kompetisi yang
dilakukan adalah berlomba lari menggunakan anggau dan perlombaan menjatuhkan
lawan dengan saling memukul anggau lawan. Perlombaan ini biasa dilakukan oleh
2-5 orang, baik secara individu maupun berkelompok. Untuk kompetisi lomba lari
dengan anggau, dibutuhkan 2-5 pemain dalam satu ronde. Para pemain berdiri di
kaki anggau di garis start.
Perlombaan ini membutuhkan seorang wasit untuk memberi aba-aba perlombaan
dimulai ataupun selesai. Aba-aba lomba lari di garis start permainan anggau berbeda dengan lomba lari biasanya. Pemain
tidak perlu menggunakan start jongkok
maupun start berdiri. Wasit hanya
perlu menghitung satu sampai tiga, setelah itu para pemain berlari. Jika tidak
ada wasit, pemberian aba-aba bisa dilakukan oleh penonton maupun pemain lain
yang sedang tidak berlomba. Aturan perlombaan anggau cukup sederhana. Siapa
yang sampai di garis finish, dialah
pemenangnya.
Sementara, untuk
perlombaan saling menjatuhkan lawan, dibutuhkan paling sedikit 2 orang. Aturan
bermainnya cukup mudah. Kedua peserta hanya perlu berdiri di atas kaki anggau
secara berhadapan sambil menunggu aba-aba. Saat perlombaan dimulai, kedua
pemain boleh saling mengadu bambu atau kayu anggau hingga lawan terjatuh. Siapa
yang bisa tetap berdiri di akhir permainan, maka dialah pemenangnya. Sedangkan
pemain yang terjatuh maka akan dianggap gugur atau kalah.
Selain untuk melatih
kita menjaga keseimbangan tubuh, permainan kaki anggau juga dapat melatih fokus
dan konsentrasi. Saat berdiri di anggau, kita harus tetap fokus untuk menjaga
keseimbangan tubuh. Melatih fokus dan konsentrasi sangat penting bagi pelajar
agar tidak mudah terpengaruh sekitar saat sedang belajar sehingga mudah
menangkap dan mengerti ilmu yang diberikan guru. Permainan kaki anggau
dilakukan diluar rumah dan membutuhkan tenaga dapat dijadikan sebagai olahraga
sehingga badan lebih sehat dan bugar. Bermain anggau bersama teman-teman juga
dapat dijadikan sebagai sarana untuk menghindari stress karena tekanan saat
belajar yang dialami anak-anak dan remaja.
Permainan kaki anggau
dapat menumbuhkan sifat kompetitif bagi anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa.
Sifat kompetitif sangat dibutuhkan dalam kehidupan ini supaya kita mau terus
berkembang dan tidak tertinggal dari orang lain. Bagi anak-anak dan remaja,
sifat kompetitif sangat dibutuhkan saat belajar di sekolah untuk terus belajar
dan meningkatkan prestasi supaya berguna bagi diri sendiri bahkan nusa dan
bangsa. Bagi orang dewasa, sifat kompetitif dibutuhkan dalam dunia kerja. Saat mencari
kerja, kita bersaing dengan ribuan bahkan jutaan pencari kerja lainnya. Bahkan
saat sudah memiliki pekerjaan pun kita tetap terus bersaing untuk mendapatkan
posisi yang kita inginkan.
Bermain anggau bersama
teman-teman juga bermanfaat untuk melatih sosialisasi kita. Anak yang jarang
keluar rumah dan bermain dengan teman sebayanya cenderung menjadi pendiam dan
sulit bergaul. Manfaat bermain anggau yang lainnya adalah melatih ketangkasan dan
kelincahan tubuh dan pikiran. Saat bermain anggau, kita membutuhkan tangan dan
kaki yang lincah dan cepat saat anggau mulai goyang dan tubuh mulai tidak
seimbang. Melatih ketangkasan pikiran dapat dilihat dari cara kita memikirkan
taktik yang harus dilakukan saat mulai tertinggal lawan saat sedang berlomba
lari dan taktik menjatuhkan lawan saat tubuh lawan lebih besar dari kita.
Sayangnya, di zaman
sekarang permainan kaki anggau atau engrang mulai jarang dimainkan. Hal ini
disebabkan karena beberapa faktor, yaitu, pertama karena bermain anggau cukup
sulit. Menjaga keseimbangan tubuh dan menjaga konsentrasi saat berdiri di
anggau bukanlah hal yang mudah karena saat kita takut dan tidak yakin, maka
kaki kita akan sulit berdiri dengan kokoh. Kedua, latihan permainan kaki anggau
membutuhkan waktu yang lama. Sementara, anak-anak di zaman sekarang lebih
menyukai sesuatu yang dapat dilakukan dengan mudah dan singkat.
Sulitnya mendapatkan
jenis bambu yang kuat dan kokoh di kota besar juga merupakan faktor penyebab
anggau mulai jarang dimainkan. Faktor keempat adalah orangtua yang tidak
memperkenalkan adanya permainan tradisional ini. Faktor yang terakhir adalah
karena perkembangan game online yang
sangat cepat dan memiliki pengaruh yang besar. Game online pun mudah dilakukan dimana saja saat kita memiliki
waktu luang. Sayangnya, permainan kaki anggau di masa kini sudah berada di
museum dan lembaga penelitian tentang ilmu sejarah dan budaya.
Setiap permainan
tentunya memiliki nilai-nilai dan pesan yang terkandung didalamnya, termasuk
permainan tradisional. Nilai tersebut bisa nilai sosial maupun nilai budaya.
Nilai yang pertama adalah nilai kerja keras dan pantang menyerah. Kerja keras
tampak dari perjuangan para peserta perlombaan yang berusaha untuk menang dan
terus berlari hingga sampai ke garis finish.
Nilai yang kedua adalah nilai keuletan. Agar bisa berdiri, berjalan, bahkan
berlari menggunakan anggau dibutuhkan latihan yang giat dan rutin. Waktu
latihan yang tidak sebentar dan tenaga yang dibutuhkan juga tidak sedikit, akan
mendorong kita untuk terus latihan.
Nilai yang ketiga
adalah nilai kreativitas dan ketelitian. Membuat anggau yang kuat, sama panjang
dan nyaman digunakan juga membutuhkan kreativitas dan ketelitian. Jika panjang
bambu dan letak pijakan tidak sejajar, maka sulit bagi kita untuk
menyeimbangkan tubuh. Ketiga adalah nilai sportivitas. Dalam sebuah permainan
pasti ada yang menang dan kalah. Cara kita menerima kekalahan saat kalah dan
tetap menghargai yang kalah saat menang adalah yang terpenting. Sebaiknya kita
menghindari rasa iri hati yang timbul saat mengalami kekalahan.
Kesimpulan
Jadi, permainan kaki
anggau atau engrang merupakan permainan tradisional yang terbuat dari 2 buah
bambu atau kayu yang ukurannya sama panjang dan memiliki pijakan. Untuk bisa
bermain kaki anggau, dibutuhkan konsentrasi dan keseimbangan tubuh dari pemain.
Permainan kaki anggau mulai jarang dimainkan adalah karena masyarakat yang
menyukai melakukan kegiatan yang mudah, latihan menggunakan anggau yang tidak
sebentar, sulitnya mendapat bambu dengan kualitas yang baik di kota besar, dan game online yang berkembang pesat.
Oleh sebab itu, kita harus melestarikan permainan tradisional ini. Alasan permainan tradisional harus dilestarikan adalah karena permainan tradisional adalah ciri khas budaya dari suku bahkan bangsa itu sendiri. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melestarikan permainan ini seperti mengadakan perlombaan kaki anggau saat hari kemerdekaan, para orang tua mengajarkan dan memperkenalkan permainan kaki anggau kepada anak sejak usia 7 tahun, sebagai bahan ajar pelajaran olahraga di sekolah, bahkan ditambahkan dalam pilihan ekstrakurikuler. Nilai sosial dan budaya yang terkandung dalam permainan anggau adalah nilai kerja keras dan pantang menyerah, nilai keuletan, nilai kreativitas, dan nilai sportivitas.
1 H. Taufik Ikram
Jamil dkk. Pendidikan Budaya Melayu Riau Buku Sumber Pegangan Guru. Lembaga
Adat Melayu Riau (LAMR). Pekanbaru. 2018. Hal. 416
2 Andreas
Supriyono. Serunya Permainan Tradisional
Anak Zaman Dulu. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta Timur. 2018. Hal. 12
3 Rizky Yulita. Permainan Tradisional Anak Nusantara. Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta
Timur. 2017. Hal. 55
DAFTAR PUSTAKA
Jamil, H. Taufik Ikram,dkk. 2018. Pendidikan Budaya Melayu Riau Buku Sumber Pegangan Guru. Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR). Pekanbaru.
Supriyono, A. 2018. Serunya Permainan Tradisional Anak Zaman Dulu. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta Timur.
Yulita,
R. 2017. Permainan Tradisional Anak
Nusantara. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan. Jakarta Timur.
No comments:
Post a Comment