MISRINA LUTHFIYAH
Sampai
saat ini masih banyak orang yang bingung membedakan antara konflik dan kekerasan.
Tidak sedikit yang kesulitan untuk membedakan antara keduanya sehingga
kekerasan selalu dianggap memiliki arti yang sama dengan konflik. Pada dasarnya
konflik dalam kehidupan bermasyarakat adalah hal yang sangat alami. Namun yang
menjadi masalah utama adalah apakah konflik tersebut berakibat pada kekerasan
atau tidak
Kekerasan
merupakan indikasi dari perwujudan sebuah konflik yang tidak atau belum
ditangani dengan baik. Sementara itu konflik yang dapat ditangani dengan baik
akan diselesaikan dengan cara yang damai.
Konflik
akan terjadi secara kolektif
dalam masyarakat karena adanya
kesenjangan relatif.
Kesenjangan tersebut berkaitan dengan adanya ketidakpuasan dalam
kelompok yang tidak
hanya timbul dari kesenjangan
secara objektif, tetapi juga
perasaan kurang secara subjektif yang
relatif lebih besar dibandingkan dengan kelompok atau
orang lain[1].
Kekerasan sosial cenderung lebih mengarah ke wujud nyata atau bentuk fisik dari suatu aksi yang dilakukan oleh sekelompok massa atau sekelompok orang pada suatu tempat dan waktu tertentu. Sementara itu konflik sosial lebih mengarah ke permasalahan yang lebih mendasar dari kemunculan suatu tindakan kekerasan sosial.
Dalam pandangan para sosiolog, bahwa akar dari timbulnya konflik yaitu adanya hubungan sosial, ekonomi, politik yang akarnya adalah perebutan atas sumbersumber kepemilikan, status sosial, dan kekuasaan (power) yang jumlah ketersediaannya sangat terbatas dengan pembagian yang tidak merata di masyarakat[2].
Berikut ini adalah perbedaan antara konflik
dan kekerasan secara umum :
1.
Dari segi pengertian
Konflik dan kekerasan sebenarnya memiliki
makna yang sangat berbeda. Konflik merupakan suatu proses sosial antara 2 orang
atau suatu kelompok di mana salah satu pihak ingin menyingkirkan pihak lawan
dengan membuatnya tidak berdaya atau bahkan menghancurkannya. Konflik terjadi
hampir di seluruh lapisan masyarakat seperti konflik yang terjadi antar anggota
atau kelompok masyarakat.
Suatu konflik yang terjadi biasanya akan hilang seiring dengan hilangnya
masyarakat itu. Sementara itu kekerasan diartikan sebagai sebuah ekspresi yang
dilakukan secara verbal maupun fisik yang mencerminkan tindakan menyerang
terhadap kebebasan maupun martabat seseorang yang dilakukan oleh suatu kelompok
atau perorangan. Dengan kata lain, kekerasan merupakan konflik yang sudah
diwujudkan dalam bentuk fisik.
2.
Konflik sosial
merupakan pertentangan antar anggota masyarakat dan bersifat menyeluruh dalam
kehidupan.
Pada dasarnya konflik tidak hanya bersifat lahiriah tetapi juga dapat terjadi di dalam batin yakni konflik batin. Konflik batin merupakan konflik yang disebabkan oleh dua gagasan atau lebih yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga berpengaruh terhadap tingkah laku. Seseorang dapat berkonflik dengan diri sendiri misalnya mengalami konflik batin. Sementara itu kekerasan selalu melibatkan lebih dari satu pihak yang mengalami konflik[3].
3.
Dari segi penyebab
terjadinya
Konflik dilatarbelakangi oleh berbagai alasan tetapi bukan dilandasi oleh tindakan yang sewenang-wenang. Setiap manusia merupakan pribadi yang unik dan mempunyai perasaan dan pendiriannya masing-masing. Perbedaan perasaan dan pendirian terhadap suatu hal atau lingkungan itulah yang dapat menjadi faktor penyebab terjadinya konflik. Pasalnya, dalam menjalani hubungan sosial, kadang-kadang seseorang tidak selalu sepaham atau sepemikiran dengan kelompoknya. Sebagai contoh saat berlangsung konser musik rock, setiap warga tentu memiliki perasaan yang berbeda. Ada yang merasa terhibur dan ada yang merasa terganggu karena suara berisik. Hal ini tentu sudah dianggap sebagai konflik[4].
Sementara itu, kekerasan sudah melibatkan unsur kesewenang-wenangan yang tidak terkontrol di mana salah satu pihak sudah tidak mampu lagi menghadapi konflik tersebut di dalam dirinya. Ada seorang tokoh yang bernama Mahatma Gandhi beranggapan bahwa akar kekerasan adalah kesenangan tanpa hati, kekayaan tanpa bekerja, pengetahuan tanpa karakter, ilmu tanpa kemanusiaan, perdagangan tanpa moral, dan politik tanpa prinsip.
4.
Dari segi jangka waktu
penyelesaiannya
Konflik biasanya merupakan sebuah fakta sosial. Oleh sebab itu konflik tidak dapat dihindari oleh salah satu pihak yang berkonflik dan konflik akan terjadi secara berkelanjutan sebelum mendapat penyelesaian. Sementara itu kekerasan bersifat relatif. Aksi kekerasan bisa terjadi berdasarkan kemampuan dan kekuatan pelaku kekerasan itu sendiri. Jadi akibat dari kekerasn mempunyai tingkatan yang berbeda sesuai apa yang bisa dilakukan oleh pelaku kekerasan. Jika emosi pelaku dapat dijaga, maka kekerasan yang terjadi masih dapat dihindari. Namun kebanyakan aksi kekerasan disebabkan karena emosi yang sudah tidak terkendali lagi sehingga dilampiaskan pada pihak lawan.
5.
Konflik memiliki
tujuan yang lebih kompleks daripada kekerasan.
Sebuah konflik pada umumnya mempunyai tujuan yang lebih kompleks. Tujuan akhir dari konflik cenderung untuk meraih kemenangan. Karena itu jika ada dua pihak yang bersangkutan tidak mencoba berdamai dan mengalah, maka konflik tidak akan selesai. Jika konflik mempunyai tujuan yang jelas, kekerasan tidak mempunyai tujuan yang jelas, Biasanya kekerasan merupakan hasil pelampiasan emosi yang meluap pada seseorang. Pada seseorang yang melakukan kekerasan, biasanya akan muncul rasa penyesalan setelah melakukan hal itu, Berbeda dengan konflik, pelakunya cenderung terus berambisi menang tanpa memikirkan rasa penyesalan serta akibat yang mungkin ditimbulkan.
6.
Dari segi dampak yang
dihasilkan
Walaupun merupakan suatu hal yang negatif, ternyata konflik juga dapat memberikan dampak yang positif. Dampak positif tersebut di antaranya adalah perubahan ke arah yang lebih baik setelah konflik usai. Selain itu, bertambahnya solidaritas intern dan rasa in-group suatu kelompok. Apabila terjadi pertentangan antara kelompok-kelompok, solidaritas antar anggota di dalam masing-masing kelompok itu akan meningkat. Solidaritas di dalam suatu kelompok, yang pada situasi normal sulit dikembangkan, akan langsung meningkat pesat saat terjadinya konflik dengan pihak-pihak luar. Konflik di dalam masyarakat juga biasanya akan menggugah warga masyarakat yang semula pasif menjadi aktif dalam memainkan peranan tertentu di dalam masyarakat. Hal ini berbeda dengan kekerasan yang biasanya menimbulkan dampak negatif bagi individu seperti kerusakan atau bekas luka yang mungkin dapat bertahan seumur hidup[5].
7.
Konfik dan kekerasan
memiliki teori yang berbeda.
Teori konflik memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi karena
proses penyesuaian nilai-nilai tetapi karena terjadinya konflik. Teori tersebut
berdasarkan pada kepemilikan sarana-sarana produksi sebagai unsur yang
memisahkan kelas di dalam masyarakat. Teori ini muncul sebagai reaksi atas
kemunculan teori struktural fungsional. Pada intinya konflik dapat berupa
proses yang bersifat instrumental untuk penyatuan, pembentukan, dan
pemeliharaan struktur sosial. Adanya konflik masih mampu menempatkan dan
menjaga batas antara 2 kelompok atau lebih. Selain itu konflik dengan kelompok
lain juga dapat semakin memperkuat identitas kelompok dan melindunginya supaya
tidak melebur dengan dunia sosial di sekelilingnya.
Sementara itu Teori Kekerasan memilki pandangan yang cukup berbeda dengan Teori Konflik. Istilah kekerasan sebenarnya diambil dari bahasa Latin yaitu violentia yang artinya keganasan, kegarangan, penganiayaan, kedahsyatan, dan kebengisan. Tindakan kekerasan lebih mengarah pada tindakan yang menyebabkan kerugian pada orang lain. Kekerasan diartikan sebagai perilaku yang dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja baik verbal maupun non verbal yang bertujuan untuk melukai atau merusak orang lain baik melalui serangan fisik atau non fisik.
Berikut contoh dari konflik dan kekerasan :
-Contoh Konflik : Ketika terjadinya pertandingan bola antara tim A dan B. Salah satu pendukung dari tim A tidak menyukai masuknya bola ke gawang A, karena dianggap telah terjadi pelanggaran dan hal ini berujung pada terjadinya konflik antar pendukung.
-Contoh Kekerasan : Ketika para pendukung tim
A dan B tidak bisa membendung konflik yang terjadi di dalam diri mereka,
akhirnya pendukung tim A ada yang melempar botol ke pendukung tim B, karena
pendukung tim B tidak terima maka terjadilah balasan emparan botol yang berujung
pada perkelahian antar pendukung tim A dan tim B.
KESIMPULAN
Berdasarkan paparan mengenai perbedaan konflik dan kekerasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa konfik dan kekerasan merupakan dua hal yang berbeda. Konflik suatu proses sosial antara 2 orang atau suatu kelompok di mana salah satu pihak ingin menyingkirkan pihak lawan dengan membuatnya tidak berdaya atau bahkan menghancurkannya. Adapun kekerasan merupakan sebuah ekspresi yang dilakukan secara verbal maupun fisik yang mencerminkan tindakan menyerang terhadap kebebasan maupun martabat seseorang yang dilakukan oleh suatu kelompok atau perorangan. Secara umum perbedaan konflik dan kekerasan dapat dilihat dari segi pengertian, Konflik sosial merupakan pertentangan antar anggota masyarakat dan bersifat menyeluruh dalam kehidupan, dari segi penyebab terjadinya, dari segi jangka waktu penyelesaiannya, konflik memiliki tujuan yang lebih kompleks daripada kekerasan, dari segi dampak yang di hasil kan berbeda dan keduanya memiliki teori yang berbeda
[1] Tri Wuryaningsih, Edy Suyanto, Tri Rini W., dan Tyas Retno W. KONFLIK ANTAR DESA (Sebuah Kajian Sosisologis tentang Kekerasan Kolektif di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas). Jurnal Pembangunan Pedesaan Vol. IV No. 2 Agustus 2004. Hal. 112
[2] Fx. Sudjatmoko, Hery Hermawan. Prospek Kearifan Lokal Budaya Masyarakat Jawa Dalam Perspektif Penanganan Konflik Dan Kekerasan Sosial Antar Perguruan Pencak Silat Di Wilayah Madiun. Hal. 1846
[3] Admin in Pengetahuan Umum. “Konflik dan Kekerasan”, https://apaperbedaan-com.cdn.ampproject.org/v/s/apaperbedaan.com/konflik-dan
kekerasan/amp/?amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA%3D#aoh=16061412022162&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fapaperbedaan.com%2Fkonflik-dan-kekerasan%2F. Diakses 27 November 2020.
[4] Admin in Pengetahuan Umum. “Konflik dan Kekerasan”, https://apaperbedaan-com.cdn.ampproject.org/v/s/apaperbedaan.com/konflik-dan
kekerasan/amp/?amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA%3D#aoh=16061412022162&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fapaperbedaan.com%2Fkonflik-dan-kekerasan%2F. Diakses 27 November 2020.
[5] Admin in Pengetahuan Umum. “Konflik dan Kekerasan”, https://apaperbedaan-com.cdn.ampproject.org/v/s/apaperbedaan.com/konflik-dan
kekerasan/amp/?amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA%3D#aoh=16061412022162&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fapaperbedaan.com%2Fkonflik-dan-kekerasan%2F. Diakses 27 November 2020.
Admin
in Pengetahuan Umum. “Konflik dan
Kekerasan.”. https://apaperbedaan-com.cdn.ampproject.org/v/s/apaperbedaan.com/konflik-dan
kekerasan/amp/?amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA%3D#aoh=16061412022162&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fapaperbedaan.com%2Fkonflik-dan-kekerasan%2F. Diakses 27 November 2020.
Sudjatmoko. Fx, Hermawan Hery. Prospek
Kearifan Lokal Budaya Masyarakat Jawa Dalam Perspektif Penanganan Konflik Dan
Kekerasan Sosial Antar Perguruan Pencak Silat Di Wilayah Madiun. Agustus
2019
Wuryaningsih Tri, Suyanto Edy, Rini W Tri, Retno W Tyas. Konflik Antar Desa (Sebuah Kajian Sosisologis
tentang Kekerasan Kolektif di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten
Banyumas). Jurnal Pembangunan Pedesaan. Vol. IV, No. 2, Agustus
2004.
No comments:
Post a Comment