Thursday, 17 December 2020

TOKOH SOSIOLOGI:HERBERT SPENCER “SOSIOLOGI EVOLUSIONER”

Anggun Santika


Herbert Spencer adalah seorang  filsuf Inggris dan seorang pemikir teori liberal klasik terkemuka yang lahir di Derby pada 27 April 1820  dan meninggal di Brighton, 8 Desember 1903 pada umur 83 tahun.Spencer lebih dikenal dengan sebutan bapak Darwinisme sosial. Meskipun sebagian besar  dari karya yang ditulis nya membahas tentang teori politik dan menekankan pada keuntungan akan kemurahan hati. Spencer sering kali menganalisis masyarakat sebagai sistem evolusi, ia juga menjelaskan definisi tentang "hukum rimba" dalam ilmu sosial.Selain itu,Spencer juga berkontribusi di dalam  berbagai subyek, termasuk etnis, metafisika, agama, politik, retorik, biologi dan psikologi sehingga Spencer saat ini sering disebut  sebagai contoh sempurna untuk paham ilmiah.[1]

Konsep Evolusioner yang telah dikembangkan oleh Herbert Spencer adalah gagasan yang berpusat pada ketertarikan pemahaman Spencer terhadap evolusi Darwin yang menggunakan konsep

evolusi dalam bidang biologi dengan  memperhatikan hukum alam. Oleh sebab itu Spencer menerapkan konsepnya dibidang  sosial yang  dimulai dari terjadinya  evolusi individu-individu yang menggabungkan diri menjadi sebuah keluarga, komunitas, masyarakat, negara, dan lainnya.

Dalam teori evolusioner nya Spencer menyebutkan bahwa evolusi itu dimulai dari individu-individu yang menggabungkan diri menjadi sebuah keluarga, keluarga bergabung menjadi komunitas, komunitas menjadi masyarakat dan masyarakat menjadi negara dan demikian seterusnya .Empat tahap evolusi sosial menurut Spencer:

  1. Tahap peningkatan ukuran yaitu tahap sebuah organisme akan berkembang ukurannya,sebagaimana masyarakat juga akan berkembang dari segi jumlah dan ukurannya.
  2. Tahap kompleksifikasi. Yaitu tahap penyempurnaan struktur sebuah organisme .
  3. Tahap diferensiasi yaitu tahap yang menyebabkan adanya pembagian kerja dan fungsi
  4. Masyarakat ,terbentuknya stratifikasi dan  kelas-kelas sosial.
  5. Tahap integrasi. Merupakan salah satu tahap dalam proses evolusi yang  bersifat natural, spontan dan otomatis tanpa rekayasa agar integrasi menuju keseimbangan ini berjalan dengan baik. [2]

Yang membedakan Spencer dengan  sosialis lainnya yaitu Spencer menganut aliran politik liberal dengan  pandangan evolusi yang meyakini bahwa kehidupan masyarakat tumbuh secara progresif menuju keadaan yang lebih baik dan kehidupan masyarakat harus dibiarkan berkembang  sendiri dan lepas dari campur tangan lainnya yang hanya akan memperburuk keadaan. Selain itu, Spencer tidak menggunakan istilah masyarakat sebagai suatu yang tidak mempunyai bentuk, namun Spencer membicarakan mengenai masyarakat.

Persfektif untuk mengenali evolusioner Spencer yaitu: Pertama  teori-teori tersebut berkenaan dengan ukuran masyarakat yang semakin bertambah dan diiringi dengan struktur-struktur sosial yang lebih besar dan terdiferensiasi, serta diferensiasi fungsi yang dilaksanakannya.  Kedua, masyarakat mengalami evolusi percampuran, yaitu dengan menyatukan kelompok-kelompok yang saling berdekatan.

Sebagai seorang sosialis Herbert Spencer di dalam teorinya menerima pandangan Darwinian yang menekankan prinsip ketahanan dan kekuatan, sebagaiman yang terdapat di dalam bukunya yang berjudul “First Principles (1862) Ia menyatakan bahwa masyarakat harus berpegang pada prinsip ketahanan kekuatan (the law of the persistence of force) yaitu yang kuatlah yang akan bertahan .Konsep ini dikenal dengan survival of the fittest dalam artian di dalam kehidupan sebagai makhluk biologis maupun sosial, manusia harus memiliki  daya tahan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya sehingga ia akan terus berkembang dan mewujud. Daya tahan di sini, tidak hanya memegang teguh pemikiran atau keadaan awal dan tak mau menerima pengaruh lain, melainkan lebih kepada penyesuaian diri terhadap lingkungan yang dinamis, di mana hal ini tidak mungkin dicegah maupun ditolak.[3]

Konsep evolusioner Spencer ini sebelum ditujukan pada masyarakat industrial,awalnya hanya dikembangkan pada  masyarakat militan saja ,yang mana masyarakat militan awal digambarkan dan disusun untuk melakukan peperangan yang ofensif dan defensif. Sementara Spencer bersikap kritis terhadap peperangan,karena ia yakin pada tahap lebih awal peperangan bermanfaat dalam penyatuan masyarakat (contoh, penaklukan militer), yang mana  masyarakat dibangun dengan tekanan terhadap individu, kekerasan serta cara hidup yang dibatasi oleh peraturan dan perlakuan hukum yang sewenang-wenang.

Spencer di dalam karya etis dan politisnya ia banyak menawarkan ide-ide yang lain mengenai evolusi masyarakat dengan memandang di satu sisi dia melihat masyarakat sedang bergerak menuju keadaan moral yang ideal atau sempurna. Disisi lain, dia berargumen bahwa masyarakat yang paling kuat akan bertahan dan kuat akan harus diizinkan mati satu demi satu.Berdasarkan argumen yang dituliskan Spencer ia menyebutkan bahwa perjuangan kompetitif mungkin akan terjadi diantara individu-individu dan kelompok-kelompok yang ada di suatu masyarakat atau antara penduduk yang berbeda ras dan etnisnya masing-masing dengan pola budayanya sendiri untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya[4]

Dalam kajian-kajiannya tentang masyarakat, Spencer juga mencoba menjelaskan kajiannya terhadap masalah agama. Sebagaiman di dalam  salah satu bukunya yang berjudul “The Man versus The Stateyang mana ia mengaitkan konsepnya dengan latar belakang masyarakat sebelum menjadi ideal yaitu hubungannya dengan masyarakat  militaris yang pada saat itu kepemimpinan berada di tangan orang yang kuat dan mahir perang. Sehingga sikap Absolutisme menimbulkan mitos mitos, dan muncul ketakutan-ketakutan pada roh,sehingga mereka mulai menyembah leluhur.


Kesimpulan

Herbert Spencer adalah seorang filsuf Inggris yang merupakan salah satu pelopor teori Evolusioner dan ia dikenal dengan sebutan bapak Darwinisme sosial .Dalam penerapan konsepnya, ia menerima pandangan darwin yang menekankan prinsip ketahanan dan kekuatan, yang dikenal dengan survival of the fittest dalam artian di dalam kehidupan sebagai makhluk biologis maupun sosial, manusia harus memiliki  daya tahan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya sehingga ia akan terus berkembang dan mewujud.Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pengembangan konsepnya ia sering dikait-kaitkan dengan charles darwin karena adanya beberapa kesamaan pemikiran terkait hukum alam namun yang menjadi pembeda jelas diantara keduanya yaitu arah penelitiannya yang mana,darwin menggunakan konsep evolusi ini dibidang biologi sedangkan Spencer mengaitkan nya dengan aspek sosial atau masyarakat.

Herbert Spencer juga telah melahirkan karya-karya yang Monumental terkait konsep evolusionernya seperti bukunya yang berjudul “ The Man versus The Stateterkait kajiannya dengan  agama , First Principles (1862) yang membahas prinsip ketahanan dan kekuatan dalam teori darwin,dan  masih banyak lagi  lainnya.



[1]Wikipedia. Indonesia. https://en.wikipedia.org/wiki/Herbert_Spencer. Diakses 23 November 2020.

[2]Ritzer George. Teori Sosiologi Modern. Kencana .Jakarta. 2007.hal 50

[3] Wardi Bachtiar.Sosiologi Klasik . PT. Remaja Rosdakarya .Bandung. 2010. hal.129

[4] Doyle Paul Johnson. Teori Sosiologi Klasik dan Modern .Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.1990. hal. 234

 

DAFTAR PUSTAKA

Paul Johnson, Doyle. 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Ritzer George. 2007.Teori Sosiologi Modern.Jakarta: Kencana.

Wardi Bachtiar.Sosiologi Klasik . PT. Remaja Rosdakarya .Bandung. 2010. hal.129

Wikipedia. Indonesia”.https://en.wikipedia.org/wiki/Herbert_Spencer.Diakses 23 November 2020.

 

No comments:

Post a Comment

MINUMAN KHAS MELAYU RIAU

Salsabila Asri Negara Indonesia memiliki berbagai macam masyarakat dengan latar belakang dan keinginan yang berbeda. Indonesia juga memp...