MISRINA LUTHFIYAH
Nilai-nilai budaya merupakan konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat penting dan bernilai dalam kehidupan manusia. Budaya mengandung pikiran, akal budi, adat istiadat, hal-hal yang berkenaan dengan peradaban dan kemajuan, serta menjadi kebiasaan dalam suatu masyarakat. Nilai ini abstrak karena nilai tidak berwujud. Wujudnya ada pada budaya itu sendiri. Namun nilai ini sangat penting dalam kehidupan manusia[1]. Kebudayaan yang ada itu terus tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat menjadi bagian kehidupan komunitas dan terus bertahan hingga kini sebagai identitas jati diri bangsa[2]. Budaya yang berkembang tidak bisa dilepaskan dari perilaku masyarakat dalam menciptakan karya seni. Hubungan tersebut terjadi secara alamiah seiring peradaban manusia. Sebelum mengetahui hubungan antara karya seni, seniman dan masyarakat ada baiknya kita memhami terebih dahulu apa itu karya seni, seniman dan masyarakat.
1.
Seni
Seni
adalah produk hasil perilaku manusia dalam menggunakan imajinasi kreatif untuk
menerangkan, memahami, dan menikmati hidup. Seni lahir dari kondisi alam
sekitar yang berusaha menjelaskan kondisi fisik manusia. Seni melambangkan
kritik sosial terhadap kondisi sosial dan pemerintah. Dalam kehidupan
sehari-hari seni menggambarkan rasa cinta, kasih sayang,dan keindahan.
2.
Seniman
Seniman
atau Pelaku Seni adalah orang yang menciptakan karya seni melalui proses
pemikiran atau kegiatan positif. Contoh kegiatan seni yang dilakukan seniman
antara lain menyanyi, menulis dan membaca puisi, menulis, akting, dan
mementaskan teater. Kegiatan seniman dapat dilihat seperti penyaluran kekuatan
adi-kodrati, penyauran sikap berbakti kepada Tuhan atau pemimpin, pelestarian
arisan budaya nenek moyang serta prasarana untuk mengembangkan kreativitas
pendidikan.
3.
Masyarakat
Masyarakat
adalah kelompok orang yang saling memengaruhi satu sama lain. Sifat saling
memengaruhi ditandai oleh kesadaran dari tiap-tiap anggota masyarakat akan
kehadiran anggota lainnya. Kesadaran menumbuhkan sikap dan perbuatan untuk
memerhatikan perilaku orang lain. Masyarakat merupakan sumber seni yang
berkembang dalam kehidupannya. Seni adalah hasil kreativitas masyarakat, sesuai
dengan peradabannya. Seni mencerminkan nilai-nilai dalam masyarakat yang
diwariskan dari generasi sebelumnya. Sani memiliki berbagai fungsi, seperti
fungsi hiburan dan adi-kodrati. Nilai yang berkembang di masyarakat dapat
disosialisasikan melalui kesenian, misalnya cerita rakyat (folklor).
Karya seni, seniman dan masyarakat
memiiki hubungan yaitu yang terlihat pada sikap
atau apresiasi pelaku seni dan masyarakat terhadap kesenian. Menurut
Koentjaraningrat, apresiasi seni tidak sama bagi semua orang. Tetapi walaupun
demikian, beberapa ahli Antropologi mengemukakan satu hipotesa bahwa ada unsur
pokok atau unsur dasar yang mempunyai hubungan universal. Perasaan estetis
merupakan suatu kecenderungan manusia untuk bersikap terhadap segala sesuatu
yang menyenangkan, mengharukan, dan menakjubkan terhadap desain, warna,
proporsi, harmoni, dan kesatuan.
Sebuah karya seni akan
berharga jika ada pihak lain yang mengakui keberadaan karya seni tersebut.
Pihak lain yang dimaksud adalah masyarakat yang menjadi pencinta seni maupun
masyarakat yang memanfaatkan karya seni sebagai upaya memenuhi kebutuhan. Oleh
karena itu diperlukan adanya keseimbangan antara kebutuhan pasar masyarakat
luas dengan idealisme seniman sebagai pelaku seni yang utama. Ada kala nya
seniman memiliki idealisme yang tinggi sehingga tak terjangkau oleh masyarakat.
Akibatnya karya-karya yang dihasilkan oleh seorang seniman hanya bisa dinikmati
oleh seniman itu sendiri atau oleh kalangan yang amat terbatas.
Antara karya seni,
pelaku seni dan masyarakat terjalin suatu bentuk keterkaitan Hal itu dapat kita
temukan dalam contoh berikut ini:
Dalam kehidupan
masyarakat tradisional yang masih lekat dengan adat istiadat warisan masa
lampau memiliki kecenderungan masih mempertahankan kesenian yang penuh dengan
nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku pada masa lampau. Oleh karena itu,
apresiasi masyarakat terhadap seni tradisional masih sangat tinggi dan kurang
bisa menerima bentuk-bentuk kesenian kontem- porer modern. Sebaliknya di
lingkungan masyarakat modern, baik yang tinggal di pedesaan maupun di
perkotaan, seni tradisional kurang mendapatkan tempat di dalam kehidupan
mereka. Akan tetapi, mereka cenderung menyukai kesenian modern atau seni
kontemporer. Dinamika masyarakat yang terus berubah membawa dampak pada
perubahan terhadap apresiasi seni pada masyarakat. Kondisi inilah yang
menyebabkan pasang-surutnya kehidupan seniman sebagai pelaku seni dalam
menghasilkan karya-karya seni sekaligus mencerminkan kebudayaan suatu bangsa.
Berbagai bentuk karya seni, jika dikembangkan dan dikelola secara profesional
merupakan aset besar yang memberikan nilai tambah, bukan saja pada pelaku seni
melainkan juga masyarakat.
Masyarakat adalah sumber seni. Tidak ada
seni bila tidak ada masyarakat. Setiap masyarakat melahirkan seni. Setiap
masyarakat memiliki seni. Seni adalah hasil dari masyarakat sesuai dengan
perkembangan peradabannya. Kesenian mencerminkan nilai-nilai yang dianut suatu
masyarakat dan sekaligus merupakan cara untuk mewariskan nilai-nilai tersebut
kepada generasi berikutnya di samping sebagai berbagai fungsi lainnya, seperti
fungsi hiburan dan penyaluran kekuatan adi kodrati. Ketika cerita rakyat (folklore)
begitu akrab dengan kehidupan manusia, ia sering digunakan untuk menunjukkan
dan mewariskan nilai-nilai masyarakat kepada generasi berikutnya. Cerita rakyat
terdiri dari mitos, legenda dan dongeng. Mitos pada dasarnya bersifat religius,
karena memberi rasio pada kepercayaan dan praktek keagamaan. Fungsi mitos
adalah memberi gambaran dan penjelasan tentang alam semesta yang teratur, yang
merupakan latar belakang perilaku yang teratur.
Ada empat unsur
murni yang menguasai semua karya seni yaitu kesatuan, ritme, simetri, dan
keseimbangan. Suku bangsa yang hidupnya masih mengembara misalnya, tidak akan
sempat mengembangkan kesenian secara umum dan seni pahat pada umumnya. Seni
pahat atau seni ukir membutuhkan suatu cara hidup yang menetap. Hanya musik,
tari-tarian, drama, atau upacara yang erat hubungannya dengan semua macam cara
hidup. Seni Lukis dalam masyarakat yang masih tradisional, kesenian merupakan
bagian dari kehidupan sehari-hari. Seni terjalin dengan kerja biasa dan dalam
ritual religius. Upacara religius menyebabkan orang harus menyanyikan lagu-lagu
indah, harus memakai pakaian tertentu, dan harus menjalankan gerakan-gerakan
badan yang sangat teliti dan ditentukan pula. Dalam masyarakat yang
kompleks, sudah ada pembagian kerja dan semua orang berpikir secara bebas maka
kesenian merupakan salah satu aspek dari kehidupan yang dilakukan secara
terpisah dari aspek lain.
Pekerjaan seni
dilakukan oleh para seniman yang memiliki bakat atau keahlian yang diperolehnya
secara otodidak maupun melalui pendidikan seni khusus. Oleh karena itu,
hidup matinya kesenian modern tergantung bagaimana apresiasi masyarakat
terhadap hasil karya seni para seniman. Sikap atau apresiasi seni dapat kita
bagi menjadi dua yaitu sikap terhadap kesenian tradisional dan sikap terhadap
kesenian modern.
a.
Sikap terhadap Kesenian Tradisional
Pelaku seni dan masyarakat masih memberikan apresiasi yang baik terhadap kesenian tradisional. Para pelaku seni banyak yang membentuk paguyuban atau kelompok yang bergerak pada bidang seni. Contohnya adalah Karawitan, Wayang kulit, Wayang orang, Wayang Golek, Reog, Ludruk, tari saman, tari Bali, dan lain sebagainya. Para peminat seni tradisional juga masih banyak. Mereka cenderung banyak meluangkan waktu untuk menikmati pertunjukan wayang, ludruk, gamelan, tarian daerah, menikmati peninggalan bersejarah seperti candi-candi, dan sebagainya[3].
b. Sikap
terhadap Kesenian Modern
Para pelaku seni dan
masyarakat di Indonesia pada umumnya memberikan apresiasi yang positif terhadap
segala macam bentuk kesenian. Apresiasi positif tersebut diberikan juga
terhadap kesenian modern, baik itu bagi seni rupa maupun seni suara. Pelaku
seni juga semakin banyak bermunculan. Seni suara terutama, bermunculan pelaku
seni dengan aliran musik yang beragam. Aliran musik yang memiliki peminat
terbanyak saat ini adalah dangdut. Pelaku seni dan peminat musik pada dangdut
semakin bertambah dari masa ke masa. Untuk kelompok-kelompok musik beraliran
pop atau pop rock juga semakin banyak bermunculan. Peminat musik terhadap
kelompok-kelompok musik tersebut juga memberikan apresiasi yang sangat baik.
Untuk pelaku seni bidang perfilman dan sinematografi juga telah semakin kokoh
menginjak dunia seni mengembangkan sayap untuk meningkatkan kualitasnya. Tak
kalah baiknya juga apresiasi masyarakat terhadap hasil perfilman dan
sinematografi Indonesia[4].
Pada masa Purba, sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat saat itu,
karya seni terjelma dalam lukisan jari-jari tangan dan hewan buruan dan
simbol-simbol lainnya pada dinding-dinding gua. Simbol
itu dimaksudkan untuk melambangkan kepercayaan dan sarana peribadatan
masyarakat pada masa itu untuk berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Pada masa Hindu Budha, karya seni sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai
Hindu Budha, seperti tampak pada patung-patung yang terdapat di berbagai
candi-candi yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia, seperti Bali dan kawa
Tengah, yang menggambarkan para dewa dengan beberapa hiasan yang memiliki makna
penting bagi masyarakat Hindu Budha, seperti Padma Teratai, Swatika, Kalamakara
dan Kinnara. Pada masa Islam, sesuai dengan situasi dan kondisi
masyarakat yang sangat kental dengan nilai-nilai agama Islam maka lahir karya
seni yang merefleksikan simbol-simbol dan nilai-nilai Islam. Contohnya,
adalah kaligrafi yang terdapat pada berbagai iptek manusia, seperti belati,
tombak, pedang dan panji-panji, pada bidang musik kita mengenal rebana yang
identik dengan musik bernuansa Islam. Masuknya bangsa Barat ke Indonesia juga
mempengaruhi karya seni Indonesia.
Masyarakat Indonesia mulai memasuki masa modern. Sesuai dengan situasi
dan kondisi masyarakat maka seni yang berkembang adalah seni musik di samping
berbagai jenis musik lainnya. Sumbangan nilai Barat terhadap seni
masyarakat Indonesia adalah oktaf, ritme, dan nada, yang sering membawakan
nilai-nilai kesetaraan, kemerdekaan dan kebebasan. Dintinjau dari perkembangan
seni, masa ini masyarakat Indonesia memasuki masa postmodern.
KESIMPULAN
Berdasarkan paparan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa, Karya seni, Seniman dan Masyarakat memiliki hubungan atau
keterikatan satu sama lain. Seniman berupaya mengkomunikasikan idenya kepada
publik melalui benda-benda seni. Sebagai apresiator, publik atau masyarakat
memberikan tanggapannya. Sebuah karya seni tidak mungkin ada jika tanpa ada
seniman. Seniman menggunakan karya seni yang dihasilkannya sebagai media untuk
mengekspresikan ide, gagasan, dan perasaannya kepada publik. Karya seni pun tidak
hanya sebatas pada aspek kebendaan semata, melainkan juga meliputi aspek nilai
yang datangnya dari publik atau masyarakat sebagai penikmat seni. Kehidupan
masyarakat juga tidak akan berarti tanpa kehadiran seni, karena seni memiliki
berbagai fungsi penting, seperti sebagai media pewarisan budaya, sarana
hiburan, sarana pendidikan, dan dapat menimbulkan semangat solidaritas. Dengan
demikian ketiga unsur tersebut, saling bergantung satu sama lain.
[1]Dian Nurrachman, Hasbi Assiddiqi, Rohanda, Pepen Priyawan. Ideologi Orang Biasa: Nilai-Nilai Kultural Masyarakat Pantura Jawa Barat dalam Seni dan Lagu Tarling. Jurnal Ilmiah Peradaban Islam.Vol. 16 No. 2, 2019, 199–209. Agustus 2019. Hal. 200.
[2]Drs.
Sukirno, M.Sn. Hubungan Wayang Kulit dan
Kehidupan Sosial Masyarakat Jawa.Vol 1, No. 1, Juli 2009. Hal. 16-17.
[3]Siswa Abadi. “Hubungan Antara Karya Seni, Seniman dan Masyarakat.”, 22 Desember 2014, http://rangkumanabadi.blogspot.com/2014/12/hubungan-antara-karya-seni-seniman-dan.html. Diakses 27 November 2020.
[4]
Siswa Abadi. “Hubungan Antara Karya Seni, Seniman dan Masyarakat.”, 22 Desember
2014, http://rangkumanabadi.blogspot.com/2014/12/hubungan-antara-karya-seni-seniman-dan.html.
Diakses 27 November 2020.
DAFTAR PUSTAKA
Drs.
Sukirno, M.Sn. Hubungan Wayang Kulit dan
Kehidupan Sosial Masyarakat Jawa.Vol 1, No. 1, Juli 2009.
Nurrachman Dian, Assiddiqi Hasbi, Rohanda, Priyawan Pepen. Ideologi Orang Biasa: Nilai-Nilai Kultural Masyarakat Pantura Jawa Barat dalam Seni dan Lagu Tarling. Jurnal Ilmiah Peradaban Islam.Vol. 16 No. 2, 2019, 199–209. Agustus 2019.
Siswa
Abadi. “Hubungan Antara Karya Seni, Seniman dan Masyarakat.”, 22 Desember 2014,
http://rangkumanabadi.blogspot.com/2014/12/hubungan-antara-karya-seni-seniman-dan.html.
Diakses 27 November 2020.
No comments:
Post a Comment