Thursday, 3 December 2020

TENUN SONGKET MELAYU RIAU

Rika Amelia


Songket diambil dari kata sungkit yang berarti mencungkil juga terdapat proses mengait.  Terdapat banyak istilah dari berbagai daerah di Indonesia, seperti dari Palembang yang menyebut songket berasal dari kata songko yang berarti saat pertama kali orang menggunakan benang emas untuk benang hiasan sebuah ikat kepala. Di Bali kata nyuntik dalam proses menenun dapat diartikan juga sebagai perencanaan motif. Di daerah Sulawesi Tengah disebut sarung subi yaitu benang emas dan perak yang terdapat pada kain songket. Di sumbawa, songket berarti kain tenun yang dihias dengan benang perak dan emas. Penggunaan istilah-istilah songket ini berbeda-beda di setiap daerah karna tampak dari teknik pembuatannya yang berbeda pula.[1]

Tenun songket pertama kali diperkenalkan oleh seorang pengrajin bernama Wan Siti Binti Wan Karim yang didatangkan dari Kerajaan Terengganu dan dibawa ke Siak Sri Indrapura pada masa Kerajaan Siak diperintah oleh Sultan Sayid Ali. Tengku Maharatu adalah orang yang berperan penting dalam perkembangan kain tenun songket Melayu di Riau. Selain itu, beliau merupakan  permaisuri dari Sultan Syarif Kasim II yang kedua, setelah permaisuri pertama yaitu Tengku Agung meninggal dunia. Dia melanjutkan perjuangan kakaknya mengajarkan cara bertenun kepada kaum perempuan di Siak sehingga mereka bisa meningkatkan kedudukan kaum perempuan di Siak.[2]

Kerajinan tenun songket masih bertahan hingga saat ini disebabkan peran aktif masyarakat pengikut dari budaya tersebut, yang selalu memakai dan mempertahankan kerajinan tenun songket. Penggunaan tenun songket juga sering dijumpai pada setiap waktu dan kesempatan. Dilihat di masa sekarang penggunaan tenun songket memiliki beberapa fungsi yaitu:[3]

        1.      Fungsi Pakaian

Maksud dari fungsi pakaian yaitu masyarakat menggunakan tenun songket sebagai pakaian dan kelengkapannya. Saat ini kain tenun songket masih digunakan untuk pakaian, baik pakaian adat maupun pakaian masyarakat umum. Akan tetapi kain tenun songket lebih banyak digunakan untuk berbagai aktivitas seperti pakaian kantor. Selain digunakan untuk pakaian, kain tenun songket juga bisa digunakan sebagai perlengkapan seperti tas, dompet, sendal maupun sepatu. Hal ini disebabkan karena dalam berpakaian orang-orang cenderung memakai seragam agar lebih serasi

        2.      Fungsi Estetis

Selain untuk pakaian, kain tenun songket juga berfungsi sebagai nilai estetis, dimana orang-orang memakai kain tenun songket bukan sekedar menutupi tubuh melainkan untuk keindahannya. Keindahannya dapat terlihat dari motif-motif di permukaan kain tenun songket tersebut.

        3.      Fungsi Ekonomi

Saat ini kain tenun songket Melayu dijadikan mata pencarian bagi sebagian kalangan terutama pengrajin kain tersebut. Dahulu kain tenun Siak dibuat untuk dijadikan pakaian sendiri, untuk keperluan acara besar seperti pernikahan atau acara sakral lainnya dan tidak diperjual belikan, berbeda dengan sekarang dimana kain tenun songket Siak dibuat dan dapat diperjual belikan. Pada masa sekarang kain tenun songket memiliki nilai ekonomis yang tinggi, menjualnya juga cukup mudah dan dapat dipasarkan dimana-mana.

        4.      Fungsi Sosial

Kain tenun songket juga mempunyai fungsi sosial, yaitu jika seseorang memakai kain tenun songket maka dapat menunjukkan status dan hubungan sosial antara satu dengan yang lainnya. Namun ada ketentuan yang sudah disepakati walau tidak ada bukti tertulisnya, yaitu untuk warna kuning dan hitam tidak boleh dipakai oleh sembarang orang karena warna itu hanya boleh dipakai untuk datuk-datuk atau keturunan kerajaan saja. Akan tetapi selain dari warna itu boleh dipakai oleh siapa saja termasuk pendatang, sesuai dengan pepatah “dimana bumi dipijak disitu langit di junjung”.

Motif Tenun Songket Melayu Riau

Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia memiliki budaya yang beraneka ragam, salah satunya adalah tenun songket. Tenun songket sendiri memiliki banyak motif yang mana tiap motif memiliki arti tertentu dan mecerminkan pandangan hidup manusia. Ada 4 pusat tenun di Riau yaitu di Rokan Hilir, Bengkalis, Siak dan Indragiri Hulu dan memiliki motif yang berbeda di setiap daerah, kurang lebih ada 140 macam motif dari Riau.

Berikut ini merupakan motif yang berasal dari  siak:

        1.      Pucuk Rebung

Motif ini memiliki makna kesabaran dan kesuburan. Bentuk motif ini menyerupai pucuk tunas bambu yang baru tumbuh dan berbentuk runcing. Bagian pada pangkalnya besar dan akan semakin kecil keatas. Pada permukaannya dikelilingi daun-daun muda berbentuk segitiga yang ujungnya runcing seperti pedang.

        2.      Siku Keluang

Motif Siku Keluang bermakna kepribadian yang memiliki sikap dan tanggung jawab. Motif ini berbentuk seperti sudut sayap kelelawar yang melambangkan nilai tanggung jawab yang harus diamalkan di kehidupan sehari-hari.

        3.      Bunga Cengkih

Pada motif ini, bunga dan kuntumnya menjadi “mahkota” di dalam hiasannya dan memiliki arti kasih sayang, bersih dan lemah lembut, termasuk pada motif bunga cengkih ini.

        4.      Tampuk manggis

Memiliki arti manis, sopan santun dan berbudi pekerti.

        5.      Semut beriring

Motif ini memiliki arti kerukunan dan gotong royong karena tecermin dari sifat semut yang senantiasa bekerja sama dan bila bertemu saling merangkul.

        6.      Itik Pulang Petang

Motif ini memiliki arti kerukunan dan persatuan, hal in tecermin dari sikap itik yang selalu beriringan dengan serasi dan rukun sehingga bisa menjadi contoh kehidupan.

        7.      Awan Larat

Motif ini memiliki arti budi dan kearifan serta lemah lembut. Motif ini berbentuk awan yang tertiup angin dan ada juga yang menyebutkan jika nama ini berasal dari nama anak kecil bernama awing yang menggaris di tanah hingga melarat-larat dan menghasilkan bentuk yang sangat indah.

     Motif yang beragam bentuk dan ditempatkan pada pakaian adat maupun pakaian resmi  maka pakaian yang terbuat dari songket tersebut akan memberikan makna yang sangat baik bagi yang memakainya maupun yang melihatnya. Dan dari sini kita dapat mengartikan bahwa kain songket dapat memberikan simbol adat dan marwah yang tinggi.

      Abdul Malik, dkk (2004), mengatakan bahwa pakaian orang melayu yang terbuat dari tenun yang kaya akan khazanah kebudayaan harus mempunyai nilai yang sangat tinggi dan bukan hanya sekedar berfungsi melindungi tubuh saja, tetapi lebih dari itu, seperti berfungsi menutup malu, menjemput budi, menjunjung adat dan menjunjung bangsa.

     Hal ini memberikan arti bahwa orang melayu memiliki nilai pragmatis, dan juga bernilai religius, adat, kultural dan estetis. Sesuai ungkapan dalam budaya Melayu yang berbunyi “pantang memakai memandai-mandai” artinya pakaian yang terbuat dari tenun songket tidak bisa dipakai sembarang tempat, melainkan mengikuti ketentuan yang diatur oleh adat.

Peraturan Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Hasil Tenun Songket Melayu

        Perlindungan hukum pada songket bukan hal baru lagi bagi bangsa Indonesia karena masih perlu adanya kesadaran dan timbulnya minat serta rasa bangga untuk menciptakan karya intelektual dan penemuan khususnya di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Selain itu perlunya menanamkan rasa tanggung jawab yang tinggi agar memanfaatkan karyanya dengan sebaik-baiknya untuk kemakmuran rakyat dan tidak hanya menjamin kepastian perlindungan hukum untuk pribadi.

          Songket merupakan harta berharga dalam budaya yang memiliki peran sebagai jati diri orang Melayu. Pakaian berfungsi untuk menutupi badan juga mengikuti norma-norma sosial. Di dalam agama juga menganjurkan tata cara dan sopan santun dalam berpakaian. Selain itu dalam berpakaian terbentuk nilai-nilai keindahan dan etika masyarakat yang mendukungnya. Pakaian ini berfungsi di berbagai aktivitas adat-istiadat, seperti dalam upacara sunat Rasul, mengabsahkan pemimpin, dan lain sebagainya.

       Tujuan perlindungan hukum hak cipta, yaitu untuk menetapkan hak pencipta dan menjamin perlindungan terhadap karya yang berkaitan dengan pemanfaatan kebudayaan yang adil dan benar juga dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan perdaban umat manusia. [4]

       Perlindungan atas karya cipta yang dibutuhkan oleh penciptanya adalah:

  1. Terdapatnya otentifikasi atas penciptaan dari sebuah karya cipta
  2. Dapat memberikan jaminan terhadap integritas dari karya cipta
  3. Penyalinan secara sah, penyebarluasan/mengkomunikasikan lebih lanjut kepada publik adalah tidak diperkenankan apabila pencipta tidak menghendakinnya
  4. Seorang pencipta mempunyai kepentingan untuk mengkomersilkan karya cipta secara elektronik
  5. Karya cipta dapat diberikan secara terbatas kepada pihak yang berwenang
  6. Akses terhadap pencipta mempunyai kepastian akan adanya pembayaran yang sepadan atas karya ciptanya

 

KESIMPULAN

Tenun songket memiliki arti mencungkil dan mengait. Diperkenalkan oleh Wan Siti Binti Wan Karim dari Kerajaan Terengganu pada masa Sultan Sayid Ali. Di masa sekarang tenun songket memiliki fungsi sebagai pakaian, keindahan, ekonomi dan sosial. Motif songket ini pun memiliki lebih kurang 140 jenis, yang mana setiap motifnya memiliki makna bagi yang melihat maupun yang memakai.

 


[1]  Lestari, S., & Riyanti, M. T. (2017). Kajian Motif Tenun Songket Melayu Siak Tradisional Khas Riau. Jurnal Dimensi DKV Seni Rupa dan Desain. 2017. Hal. 37

[2] Riau Daily Photo. “Sejarah Tenun Songket Sial Melayu Riau”, http://www.riaudailyphoto.com/2012/01/sejarah-tenun-songket-siak-melayu-riau.html. Diakses 28 November 2020

[3]  Guslinda, G. Kerajinan Tenun Songket Melayu Riau Untuk Pelestarian Kearifan Lokal. Jurnal Pendidikan Guru. Hal. 127

[4]  Hanifah, M. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Hasil Tenun Songket Melayu Menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Jurnal Ilmu Hukum.

  

DAFTAR PUSTAKA

Guslinda, G. Kerajinan Tenun Songket Melayu Riau Untuk Pelestarian Kearifan Lokal. Jurnal Pendidikan Guru, 2(1), 124-130.

Hanifah, M. (2015). Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Hasil Tenun Songket Melayu Menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Jurnal Ilmu Hukum, 6(2), 183-188.

Lestari, S., & Riyanti, M. T. (2017). Kajian Motif Tenun Songket Melayu Siak Tradisional Khas Riau. Jurnal Dimensi DKV Seni Rupa dan Desain, 2(1), 33-48.

Riau Daily Photo. “Sejarah Tenun Songket Sial Melayu Riau”, http://www.riaudailyphoto.com/2012/01/sejarah-tenun-songket-siak-melayu-riau.html. Diakses 28 November 2020

 

No comments:

Post a Comment

MINUMAN KHAS MELAYU RIAU

Salsabila Asri Negara Indonesia memiliki berbagai macam masyarakat dengan latar belakang dan keinginan yang berbeda. Indonesia juga memp...