Sunday, 13 December 2020

PENGOBATAN TRADISIONAL TOGAK BELIAN PADA MASYARAKAT KENEGERIAN KOTORAJO KECAMATAN KUANTAN HILIR SEBERANG KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

IHSANUL KHAIRI 


Setiap masyarakat baik yang sederhana maupun yang sudah maju mempunyai sistem sosial dan sistem budaya tersendiri dalam menata kehidupan dan membuat masyarakat itu bertahan. Berbagai aspek yang terdapat dalam sistem sosial dan budaya diwariskan oleh masyarakat kepada generasi selanjutnya dengan cara turun temurun. Menurut Koentjaraningrat (1984), kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”.  Dengan demikian, kebudayaan itu dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal”.  Ada pendirian lain mengenai asal kata “kebudayaan” bahwa kata itu adalah suatu perkembangan dari majemuk budidaya, artinya daya dari budi, kekuatan dari akal.[1]

Di desa Kenegerian Kotorajo khususnya kabupaten Kuatan Singinggi menyakini bahwah pengobatan Togak Belian merupakan salah satu jalan untuk memperoleh kesembuhan bagi orang yang sakit, karena mereka mempercayai berobat dengan cara Togak Belian mendatangkan kesembuhan, selain itu pengobatan Togak Belian juga dipandang ekonomis disegi biaya bila dibandingkan dengan berobat kerumah sakit, karena sang dukun tidak memasang tarif atau harga khusus bagi orang yang ingin berobat kepadannya.

Masyarakat Kenegerian Kotorajo melakukan aktifitas melibatkan seni, tari, dan musik. Dalam salah satu upacara mereka menampilkan Togak Belian yang berfungsi sebagai pengobatan dan penolak balak . Tari dan musik pada upacara ini merupakan satu kesatuan yang bertujuan untuk memanggil leluhur atau roh untuk dimintak tolong dalam penyembuhan penyakit. Iringan music yang mengiringi upacara togak belian adalah gendang ketobung, sedangkan nama musiknya atau nyanyiannya disebut dengan anak inyang. Bunyi rebab dianggap sebagai jalan kemantan untuk mencari obat anak inang asuhan (si sakit). Melalui musik rebab manusia dapat berinteraksi dengan alam gaib.

Togak Belian sebagai upacara pengobatan yang digunakan apabila sisakit memerlukan pengobatan, yaitu semacam penyakit yang timbul oleh ilmu kedukunan misalnya pelampiasan rasa iri, dengki, pemusuhan serangan yang datang dari roh gaib serta serangan dari binatang buas. Pelaksanaan upacara pengobatan Togak Berlian terdiri dari beberapa orang diantaranya : Satu orang kumantan atau dukun, pebayu yaitu orang yang ilmu kedudukannya sederajat dibawah kemantan, penari ( satu, dua, atau empat orang) yang tidak ada kententuanya yang mana kemantan termasuk didalamnya , dan tiga orang pemusik diantaranya satu orang pemain gendang ketubung , satu orang pemain rebab dan dan satu orang lagi penyanyi, peyanyi dalam Togak belian dilakukan oleh kemantan.

            Pengobatan Togak Belian dinyanyikan dengan menggunakan bahasa asli Kegerian Kotorajo. Upacara pengobatan langsung dinyanyikan oleh kemantan. Upaca Togak Belian hanya dilakukan oleh desa Kenegerian Kotorajo atau masyarakat adat dari dusun asal desa desa yang memiliki sejarah tertua ada ninik mamak dan juga memiliki benda benda pusaka. Sebelum acara ini selesai, maka masyarakat dilarang untuk keluar desa dengan tujuan agar semua elemen masyarakat setempat terlibat dalam acara tersebut.[2]

Asal Usul Pengobatan Togak Belian

Salah satu adat di desa Kengerian Kotorajo memiliki upacara Pengobatan Togak Belian. Upacara ini memiliki banyak tujuan seperti menolak balak, menyembuhkan penyakit. Beberapa desa Kenegerian Kotorajo yang dituakan masih menjalankan upacara ini, meskipun sudah ada sistem penyembuhan modern. Ini merupakan salah satu bukti kesetian mereka pada tradisi leluhur. Upacara ini merupakan ajaran leluhur agar manusia menjaga keseimbagan hidup dengan alam dan makhluk yang terlihat maupun yang tidak. Upacara ini bertujuaan agar manusia bersyukur kepada Tuhan atas kesehatan mereka. Kata Togak Belian dipercaya berasal dari kata bolien yang berarti persembahan. Secara umum, upacara Togak Belian di artikan sebagai upacara persembahan kepada Tuhan agar diselamatkan dari marabahaya dan mengharapkan kesembuhan serta pelindunganberagam penyakit dan gangguan makhluk gaib yang jahat. Upacara Pengobatan Togak Belian ditujukan untuk lima hal, yaitu mengobati orang sakit, membantu orang hamil yang dikhawatirkan sulit melahirkan, mengobati kemantan, untuk menolak wabah penyakit, mengobati serangan binatang buas.

Waktu dan Tujuan Pelaksanaan

Upacara pengobatan ‘Togak Belian” ini dilakukan sebanyak tiga kali dengan tahapan sebagai berikut:

  1. Pengobatan pertama, dukun mencari asal penyakit itu datang dan apa penyebabnya.
  2. Pengobatan kedua, setelah tahu asal penyakit dan penyebabnya, dukun akan lansung          mengobati penyakit yang diderita oleh pasien tersebut
  3. Pengobatan ketiga atau tahap terakhir, dukun menghilangkan atau membersihkan semua penyakit yang ada pada tubuh pasien, dengan mengkunci rapat penyakit tersebut agar tidak masuk lagi ke tubuh pasien, sampai pasien telah merasa betul-betul merasa sembuh.

 Mati ubat merupakan tahapan yang penting dalam pengobatan “ Togak Belian”. Jika setelah sembuh dan tidak melakukan mati ubat, maka akibatnya diterima oleh dukun, seperti dukun akan menderita penyakit atau para guru tidak mau hadir jika dipanggil oleh dukun, sehingga pengobatan yang dilakukan dukun tidak manjur lagi. [3]

Pemimpin dan Peserta Upacara

Upacara adat pengobatan Togak Belian di pimpin oleh dukun ( orang yang ahli mengobati penyakit). Selain ahli, seorang dukun dipilih karena dianggap makhluk gaib. Selama upacara berlansung dukun akan berhubungan dengan makhluk gaib yang baik dan meminta mereka ikut hadir untuk membantu menyembuhkan penyakit pasit.

Peralatan dan Bahan

Seluruh perlengkapan dah bahan di atas disiapkan oleh dua orang khususnya yang disebut tuo longkok dan pehayu.Selain bertugas untuk hal itu, pebahayu juga bertugas memeriksa semua perlengkapan dan bahan-bahan.Jika belum lengkap, maka pebahayu harus mencari perlengkapannya sebelum upacara di mulai. Penyiapan segalah perlengkapan dan bahan-bahan upacara juga akan dibantu oleh keluarga pasien tersebut.

Peralatan dan Bahan

Seluruh perlengkapan dan bahan disiapkan oleh dua orang khususnya yang disebut tuo longkok dan pehayu. Selain bertugas untuk hal itu, pebahayu juga bertugas memeriksa semua perlengkapan dan bahan-bahan. Jika belum lengkap, maka pebahayu harus mencari perlengkapannya sebelum upacara di mulai. Penyiapan segalah perlengkapan dan bahan-bahan upacara juga akan dibantu oleh keluarga pasien tersebut.[4]

Proses Pelaksanaan

Proses pelaksanaan upacara Togak Belian terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan penutup.

        1.      Persiapan

Persiapan upacara dimulai degan musyawarah dukun dengan keluarga persukuaan orang yang akan di obati. Musyawarah dilakukan untuk mencari kesepakatan apakah orang sakit tesebut akan di obati menggunakan upacara Togak Belian besar atau kecil. Persiapan selanjutnya adalah membersikan rumah yang akan dijadikan tempat upacara dan memasak hidangan untuk para peserta upacara, namun agar tidak membebankan tuan rumah, biasanya para kerabat yang akan hadir sudah membawan makanan, seperti beras, gula, kopi, ayam, hidup, sayur mayor dan sebagainya.

        2.      Pelaksanaan

Pelaksanaan pengobatan Togak Beliaan dilaksan pada malam hari, dapat dikelompokkkan dalam beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap memasuki alam gaib

b. Meminta Obat

c. Kembali ke Alam Sadar

Pengobatan selesai dilakukan proses selanjutnya mengantarkan persembahan kepada akuan yang telah memberikan obat. Persembahan diberikan dengan dibawah sambil menari, lalu kumantan dan pebayu saling berdialog seakan berdialog dengan akuan, salah satunya menanyakan kepada akuan apabila dirinya menerima persembahan tersebut. Dialog ini penting, karena jika tidak diterima akan berakibat pada obat yang diberikan, di mana obat tidak akan bermanfaat.

        3.      Penutup

Tahap terakhir adalah kemantan mengambil persiapan dengan mengusapkan kemenyan kewajahnya dan mengelilingi asapnya. Ritual untuk mengembalikan kesadaran kemantan.

Doa-doa

Dalam upacara adat pengobatan Togak Belian terdapat beberapa doa yang dibaca, antara lain doa mohon izin menebang kayu, doa memintak obat, dan doa persembahan. Doa-doa tersebut dibaca menggunakan bahasa asli dari desa Kenegerian Kotorajo.

Pantangan atau Larangan Togak Belian

Upacara ini memiliki pantagan dan larangan yang harus di hindari, antara lain:

  1. Upacara tidak boleh di gelar dalam bulan puasa, kecuali untuk menolak wabah penyakit ganas atau binatang buas yang tiba-tiba mengamuk
  2. Upacara tidak boleh digelar pada siang hari
  3. Upacara tidak boleh di gelar pada malam Hari Raya Idul Fitri atau Adha
  4. Dalam upacara pengobata togak Belian berlansung pintu rumah tempat upacara tersebut tidak boleh di bukak.
  5. Dalam upacara tidak boleh adanya anak-anak kecil

Nilai-nilai Yang Terkandung Dalam Upacara Togak Belian

Upacara adat pengobatan Togak Belian memuat nilai-nilai yang positif antara lain sebagai berikut:

        1)      Kebersamaan

 Nilai ini tercermin dari perayaan upacara yang dipersiapkan dan digelar secara kolektif. Nilai ini juga tercerminketika selalu masyarakat hadir bersama-sama menuju tempat ritual.

        2)      Pelestarian tradisi leluhur

 Upacara adat Togak Belian yang digelar merupakan ajaran peninggalan leluhur.

        3)      Peduli terhadap Lingkungan

 Orang Kenegerian Kotorajo menyadari bahwa alam perlu dijaga keseimbangannya. Penyakit yang mereka alami dapat dipercaya sebagai indikasi meyeimbangkan kembali hubungan dengan alam sekitar dan makhluk yang ada di dalamnya.

        4)      Sakralitas

Nilai ini tercermin dalam berbagai ritual dan bacaan doa yang membutuhkan kosentrasi, ketenangan jiwa, dan keikhlasan seluruh upacaraKonsep Pengobatan Modern

Alasan Masyarakat Berobat Tradisional Togak Belian

Terdapat beberapa faktor seseorang memilih pengobatan tradisional Togak Belian. Secara garis besar alasan –alasan yang dikemukakan dapat dikategorikan sebagai berikut:

  1. Adanya rasa takut pada diri seseorang pada pengobatan medis dengan cara operasi, karena dalam pemikirannya operasi mempunyai resiko kematian yang tinggi, sehingga lebih tertarik pada pengobatan tradisional yang pengalaman dari orang-orang terdahulu menunjukkan bahwa pengobatan tradisional Togak Belian terbukti berkali-kali menyembuhkan sehingga banyak masyarakat yang percaya terhadap kempuan pengobatan tradisional.
  2. Adanya kepercayaan masyarakat tentang setiap penyakit yang sulit di sembuhkan dengan obat biasa secara medis di anggap penyakit luar biasa. Karena kecenderungan untuk menganggap bahwa setiap penyakit yang tidak dapat di obati atau di sembuhkan berasal dari setan atau karena guna-guna.[5]

 

Kesimpulan

Hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai pengobatan togak pelianmaka dapat diambil kesimpulan bahwa:

Masyarakat disana sudah menjadi kebiasaan untuk melakukan pengobatan tradisional, bahkan sekarang orang sudah melakukan dua pengobatan tradisional, karena masyarakat disana tahu sudah dari nenek moyang mereka yang terdahulu, da nada juga orang yang baru tahu tentang pengobatan tradisional yaitu orang perantauan dari luar daerah Kenegerian Kotorajo dan masuk daerah Kenegerian Kotorajo, banyak orang luar masuk sudah tahu bagaimana pengobatan tradisional.

Jenis penyakit masyarakat yang berobat kedukun yaitu ada beberapa macam jenis penyakit yaitu penyakit demam, sakit kepala, bisul, sakit gigi, gangguan dari makhluk halus, sakit lambung perut sakit mata dan lain sebagainya.

Dalam acara Togak Belian terdapat banyak nilai-nilai postif yang dapat kita ambil seperti, nilai kebersamaan antara sesame masyarakat kampung, pelestarian tradisi leluhur kita, menumbuhkan sikap peduli terhadap lingkungan, dan nilai sakralitas yang melatih kita untuk berkonsentrasi, memperoleh ketenangan jiwa, dan melatih keikhlasan dalam diri kita .

 


[1]  Abdul Syani. “ kebudayaan. “,15 Agustus 2017, http://abdulsyani.blogspot.com/2017/08/kebudayaan.html?m=1. Diakses 26 November 2020

[3] Agus Mandar. Sistem Persekutuan Adat Kuantan Singingi. Kuantan Singingi. Teluk Kuantan. 2003. Hal 12

[4] Tenas Effendy. Peranan Dukun, Pawang bomo dan Kumantan. Pekanbaru. 1986. Hal 12

[5] Fitri Anggela. Pengobatan Togak Belian. Jom Fisip – Ur Volume 7 Edisi 1 Januari – juni 2020. Hal 3

  

DAFTAR PUSTAKA 

Abdul Syani.  “ kebudayaan” http://abdulsyani.blogspot.com/2017/08/kebudayaan.html?m=1.

Agus Mandar. 2003. Sistem Persekutuan Adat Kuantan Singingi. Kuantan Singingi. Teluk Kuantan.

Budisantoso. 1986. Masyarakat Melayu Rantau Riau dan Kebudayaan Riau Pemerintah daerah. Pekanbaru

Fitri Anggela. Pengobatan Togak Belian. Jom Fisip – Ur Volume 7 Edisi 1 Januari – juni 2020.

Tenas Effendy. 1986. Peranan Dukun, Pawang bomo dan Kumantan. Pekanbaru.

 

No comments:

Post a Comment

MINUMAN KHAS MELAYU RIAU

Salsabila Asri Negara Indonesia memiliki berbagai macam masyarakat dengan latar belakang dan keinginan yang berbeda. Indonesia juga memp...