IHSANUL KHAIRI
Setiap
masyarakat baik yang sederhana maupun yang sudah maju mempunyai sistem sosial
dan sistem budaya tersendiri dalam menata kehidupan dan membuat masyarakat itu
bertahan. Berbagai aspek yang terdapat dalam sistem sosial dan budaya
diwariskan oleh masyarakat kepada generasi selanjutnya dengan cara turun
temurun. Menurut Koentjaraningrat (1984),
kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk
jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan
demikian, kebudayaan itu dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan budi
dan akal”. Ada pendirian lain mengenai asal kata “kebudayaan” bahwa
kata itu adalah suatu perkembangan dari majemuk budidaya, artinya daya dari
budi, kekuatan dari akal.[1]
Di
desa Kenegerian Kotorajo khususnya kabupaten Kuatan Singinggi menyakini bahwah
pengobatan Togak Belian merupakan salah satu jalan untuk memperoleh kesembuhan
bagi orang yang sakit, karena mereka mempercayai berobat dengan cara Togak
Belian mendatangkan kesembuhan, selain itu pengobatan Togak Belian juga
dipandang ekonomis disegi biaya bila dibandingkan dengan berobat kerumah sakit,
karena sang dukun tidak memasang tarif atau harga khusus bagi orang yang ingin
berobat kepadannya.
Masyarakat
Kenegerian Kotorajo melakukan aktifitas melibatkan seni, tari, dan musik. Dalam
salah satu upacara mereka menampilkan Togak Belian yang berfungsi sebagai
pengobatan dan penolak balak . Tari dan musik pada upacara ini merupakan satu
kesatuan yang bertujuan untuk memanggil leluhur atau roh untuk dimintak tolong
dalam penyembuhan penyakit. Iringan music yang mengiringi upacara togak belian
adalah gendang ketobung, sedangkan nama musiknya atau nyanyiannya disebut
dengan anak inyang. Bunyi rebab dianggap sebagai jalan kemantan untuk mencari
obat anak inang asuhan (si sakit). Melalui musik rebab manusia dapat
berinteraksi dengan alam gaib.
Togak
Belian sebagai upacara pengobatan yang digunakan apabila sisakit memerlukan
pengobatan, yaitu semacam penyakit yang timbul oleh ilmu kedukunan misalnya
pelampiasan rasa iri, dengki, pemusuhan serangan yang datang dari roh gaib serta
serangan dari binatang buas. Pelaksanaan upacara pengobatan Togak Berlian
terdiri dari beberapa orang diantaranya : Satu orang kumantan atau dukun,
pebayu yaitu orang yang ilmu kedudukannya sederajat dibawah kemantan, penari (
satu, dua, atau empat orang) yang tidak ada kententuanya yang mana kemantan
termasuk didalamnya , dan tiga orang pemusik diantaranya satu orang pemain
gendang ketubung , satu orang pemain rebab dan dan satu orang lagi penyanyi,
peyanyi dalam Togak belian dilakukan oleh kemantan.
Pengobatan Togak Belian dinyanyikan dengan menggunakan bahasa asli Kegerian Kotorajo. Upacara pengobatan langsung dinyanyikan oleh kemantan. Upaca Togak Belian hanya dilakukan oleh desa Kenegerian Kotorajo atau masyarakat adat dari dusun asal desa desa yang memiliki sejarah tertua ada ninik mamak dan juga memiliki benda benda pusaka. Sebelum acara ini selesai, maka masyarakat dilarang untuk keluar desa dengan tujuan agar semua elemen masyarakat setempat terlibat dalam acara tersebut.[2]
Asal
Usul Pengobatan Togak Belian
Salah satu adat di desa Kengerian Kotorajo memiliki upacara Pengobatan Togak Belian. Upacara ini memiliki banyak tujuan seperti menolak balak, menyembuhkan penyakit. Beberapa desa Kenegerian Kotorajo yang dituakan masih menjalankan upacara ini, meskipun sudah ada sistem penyembuhan modern. Ini merupakan salah satu bukti kesetian mereka pada tradisi leluhur. Upacara ini merupakan ajaran leluhur agar manusia menjaga keseimbagan hidup dengan alam dan makhluk yang terlihat maupun yang tidak. Upacara ini bertujuaan agar manusia bersyukur kepada Tuhan atas kesehatan mereka. Kata Togak Belian dipercaya berasal dari kata bolien yang berarti persembahan. Secara umum, upacara Togak Belian di artikan sebagai upacara persembahan kepada Tuhan agar diselamatkan dari marabahaya dan mengharapkan kesembuhan serta pelindunganberagam penyakit dan gangguan makhluk gaib yang jahat. Upacara Pengobatan Togak Belian ditujukan untuk lima hal, yaitu mengobati orang sakit, membantu orang hamil yang dikhawatirkan sulit melahirkan, mengobati kemantan, untuk menolak wabah penyakit, mengobati serangan binatang buas.
Waktu dan Tujuan
Pelaksanaan
Upacara pengobatan ‘Togak Belian” ini dilakukan sebanyak tiga kali dengan tahapan sebagai berikut:
- Pengobatan pertama, dukun mencari asal penyakit itu datang dan apa penyebabnya.
- Pengobatan kedua, setelah tahu asal penyakit dan penyebabnya, dukun akan lansung mengobati penyakit yang diderita oleh pasien tersebut
- Pengobatan ketiga atau tahap terakhir, dukun menghilangkan atau membersihkan semua penyakit yang ada pada tubuh pasien, dengan mengkunci rapat penyakit tersebut agar tidak masuk lagi ke tubuh pasien, sampai pasien telah merasa betul-betul merasa sembuh.
Mati ubat merupakan tahapan yang penting dalam pengobatan “ Togak Belian”. Jika setelah sembuh dan tidak melakukan mati ubat, maka akibatnya diterima oleh dukun, seperti dukun akan menderita penyakit atau para guru tidak mau hadir jika dipanggil oleh dukun, sehingga pengobatan yang dilakukan dukun tidak manjur lagi. [3]
Pemimpin dan
Peserta Upacara
Upacara adat pengobatan Togak Belian di pimpin oleh dukun ( orang yang ahli mengobati penyakit). Selain ahli, seorang dukun dipilih karena dianggap makhluk gaib. Selama upacara berlansung dukun akan berhubungan dengan makhluk gaib yang baik dan meminta mereka ikut hadir untuk membantu menyembuhkan penyakit pasit.
Peralatan
dan Bahan
Seluruh perlengkapan dah bahan di atas disiapkan oleh dua orang khususnya yang disebut tuo longkok dan pehayu.Selain bertugas untuk hal itu, pebahayu juga bertugas memeriksa semua perlengkapan dan bahan-bahan.Jika belum lengkap, maka pebahayu harus mencari perlengkapannya sebelum upacara di mulai. Penyiapan segalah perlengkapan dan bahan-bahan upacara juga akan dibantu oleh keluarga pasien tersebut.
Peralatan
dan Bahan
Seluruh perlengkapan dan bahan disiapkan oleh dua orang khususnya yang disebut tuo longkok dan pehayu. Selain bertugas untuk hal itu, pebahayu juga bertugas memeriksa semua perlengkapan dan bahan-bahan. Jika belum lengkap, maka pebahayu harus mencari perlengkapannya sebelum upacara di mulai. Penyiapan segalah perlengkapan dan bahan-bahan upacara juga akan dibantu oleh keluarga pasien tersebut.[4]
Proses
Pelaksanaan
Proses
pelaksanaan upacara Togak Belian terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan,
pelaksanaan, dan penutup.
1. Persiapan
Persiapan upacara dimulai degan musyawarah dukun
dengan keluarga persukuaan orang yang akan di obati. Musyawarah dilakukan untuk
mencari kesepakatan apakah orang sakit tesebut akan di obati menggunakan
upacara Togak Belian besar atau kecil. Persiapan selanjutnya adalah membersikan
rumah yang akan dijadikan tempat upacara dan memasak hidangan untuk para
peserta upacara, namun agar tidak membebankan tuan rumah, biasanya para kerabat
yang akan hadir sudah membawan makanan, seperti beras, gula, kopi, ayam, hidup,
sayur mayor dan sebagainya.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pengobatan Togak Beliaan dilaksan pada
malam hari, dapat dikelompokkkan dalam beberapa tahap, yaitu:
a.
Tahap memasuki alam gaib
b.
Meminta Obat
c.
Kembali ke Alam Sadar
Pengobatan selesai dilakukan proses selanjutnya
mengantarkan persembahan kepada akuan yang telah memberikan obat. Persembahan
diberikan dengan dibawah sambil menari, lalu kumantan dan pebayu saling
berdialog seakan berdialog dengan akuan, salah satunya menanyakan kepada akuan
apabila dirinya menerima persembahan tersebut. Dialog ini penting, karena jika
tidak diterima akan berakibat pada obat yang diberikan, di mana obat tidak akan
bermanfaat.
3. Penutup
Tahap terakhir adalah kemantan mengambil persiapan dengan mengusapkan kemenyan kewajahnya dan mengelilingi asapnya. Ritual untuk mengembalikan kesadaran kemantan.
Doa-doa
Dalam upacara adat pengobatan Togak Belian terdapat beberapa doa yang dibaca, antara lain doa mohon izin menebang kayu, doa memintak obat, dan doa persembahan. Doa-doa tersebut dibaca menggunakan bahasa asli dari desa Kenegerian Kotorajo.
Pantangan
atau Larangan Togak Belian
Upacara
ini memiliki pantagan dan larangan yang harus di hindari, antara lain:
- Upacara tidak boleh di gelar dalam bulan puasa, kecuali untuk menolak wabah penyakit ganas atau binatang buas yang tiba-tiba mengamuk
- Upacara tidak boleh digelar pada siang hari
- Upacara tidak boleh di gelar pada malam Hari Raya Idul Fitri atau Adha
- Dalam upacara pengobata togak Belian berlansung pintu rumah tempat upacara tersebut tidak boleh di bukak.
- Dalam upacara tidak boleh adanya anak-anak kecil
Nilai-nilai
Yang Terkandung Dalam Upacara Togak Belian
Upacara
adat pengobatan Togak Belian memuat nilai-nilai yang positif antara lain
sebagai berikut:
1) Kebersamaan
Nilai ini tercermin dari perayaan upacara yang
dipersiapkan dan digelar secara kolektif. Nilai ini juga tercerminketika selalu
masyarakat hadir bersama-sama menuju tempat ritual.
2) Pelestarian
tradisi leluhur
Upacara adat Togak Belian yang digelar
merupakan ajaran peninggalan leluhur.
3) Peduli
terhadap Lingkungan
Orang Kenegerian Kotorajo menyadari bahwa alam
perlu dijaga keseimbangannya. Penyakit yang mereka alami dapat dipercaya
sebagai indikasi meyeimbangkan kembali hubungan dengan alam sekitar dan makhluk
yang ada di dalamnya.
4) Sakralitas
Nilai ini tercermin dalam berbagai ritual dan bacaan doa yang membutuhkan kosentrasi, ketenangan jiwa, dan keikhlasan seluruh upacaraKonsep Pengobatan Modern
Alasan
Masyarakat Berobat Tradisional Togak Belian
Terdapat beberapa faktor seseorang memilih pengobatan tradisional Togak Belian. Secara garis besar alasan –alasan yang dikemukakan dapat dikategorikan sebagai berikut:
- Adanya rasa takut pada diri seseorang pada pengobatan medis dengan cara operasi, karena dalam pemikirannya operasi mempunyai resiko kematian yang tinggi, sehingga lebih tertarik pada pengobatan tradisional yang pengalaman dari orang-orang terdahulu menunjukkan bahwa pengobatan tradisional Togak Belian terbukti berkali-kali menyembuhkan sehingga banyak masyarakat yang percaya terhadap kempuan pengobatan tradisional.
- Adanya kepercayaan masyarakat tentang setiap penyakit yang sulit di sembuhkan dengan obat biasa secara medis di anggap penyakit luar biasa. Karena kecenderungan untuk menganggap bahwa setiap penyakit yang tidak dapat di obati atau di sembuhkan berasal dari setan atau karena guna-guna.[5]
Kesimpulan
Hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai pengobatan togak pelianmaka dapat diambil kesimpulan bahwa:
Masyarakat disana sudah menjadi kebiasaan untuk melakukan pengobatan tradisional, bahkan sekarang orang sudah melakukan dua pengobatan tradisional, karena masyarakat disana tahu sudah dari nenek moyang mereka yang terdahulu, da nada juga orang yang baru tahu tentang pengobatan tradisional yaitu orang perantauan dari luar daerah Kenegerian Kotorajo dan masuk daerah Kenegerian Kotorajo, banyak orang luar masuk sudah tahu bagaimana pengobatan tradisional.
Jenis penyakit masyarakat yang berobat kedukun yaitu ada beberapa macam jenis penyakit yaitu penyakit demam, sakit kepala, bisul, sakit gigi, gangguan dari makhluk halus, sakit lambung perut sakit mata dan lain sebagainya.
Dalam acara Togak Belian terdapat banyak nilai-nilai postif yang dapat kita ambil seperti, nilai kebersamaan antara sesame masyarakat kampung, pelestarian tradisi leluhur kita, menumbuhkan sikap peduli terhadap lingkungan, dan nilai sakralitas yang melatih kita untuk berkonsentrasi, memperoleh ketenangan jiwa, dan melatih keikhlasan dalam diri kita .
[1] Abdul Syani. “ kebudayaan. “,15 Agustus 2017, http://abdulsyani.blogspot.com/2017/08/kebudayaan.html?m=1. Diakses 26 November 2020
[2] Budisantoso. Masyarakat Melayu Rantau Riau dan Kebudayaan Riau Pemerintah daerah. Pekanbaru. 1986. Hal 18
[3] Agus Mandar. Sistem Persekutuan Adat Kuantan Singingi. Kuantan Singingi. Teluk Kuantan. 2003. Hal 12
[4] Tenas Effendy. Peranan Dukun, Pawang bomo dan Kumantan. Pekanbaru. 1986. Hal 12
[5]
Fitri Anggela. Pengobatan Togak Belian. Jom Fisip – Ur Volume 7 Edisi 1
Januari – juni 2020. Hal 3
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Syani. “ kebudayaan” http://abdulsyani.blogspot.com/2017/08/kebudayaan.html?m=1.
Agus Mandar. 2003. Sistem Persekutuan Adat Kuantan Singingi. Kuantan Singingi. Teluk Kuantan.
Budisantoso.
1986. Masyarakat Melayu Rantau Riau dan Kebudayaan Riau Pemerintah daerah. Pekanbaru
Fitri
Anggela. Pengobatan Togak Belian. Jom Fisip – Ur Volume 7 Edisi 1
Januari – juni 2020.
Tenas
Effendy. 1986. Peranan Dukun,
Pawang bomo dan Kumantan. Pekanbaru.
No comments:
Post a Comment