Wila Ardila
Margaret Mead (16 Desember 1901 – 15 November 1978) adalah seorang
antroplog budaya Amerika. Mead dilahirkan di Philadelphia, Pennsylvania dan
dibesarkan di kota Doylestown, Pennsylvania yang tidak jauh dari situ. Ayahnya
adalah seorang profesor di sebuah universitas, sementara ibunya seorang aktivis
sosial. Mead lulus dari Barnard College pada 1923 dan mendapatkan gelar
Ph.D.nya dari Universitas Columbia pada 1929. Pada tahun 1925 ia berangkat
untuk melakukan penelitian lapangannya di Polinesia. Pada 1926 Mead bergabung
dengan American Museum of Natural History, New York City, sebagai pembantu kurator,
dan akhirnya menjadi kurator etnologi museum itu dari 1946 hingga 1969. Selain
itu, ia mengajar di Universitas Columbia sebagai dosen luar biasa sejak 1954.
Mengikuti teladan gurunya Ruth Benedict, Mead memusatkan studinya pada
masalah-masalah asuhan terhadap anak, kepribadian dan kebudayaan.1
Margaret Mead menikah tiga kali, pertama dengan Luther Cressman dan dua pernikahannya yang berikut dengan sesama antropolog, Reo Fortune dan Gregory Bateson. Dengan Bateson ia memperoleh seorang anak perempuan, yang juga seorang antropolog, Mary Catherine Bateson. Cucu perempuannya, Sevanne Margaret Kassarjian, adalah seorang aktris panggung dan televisi yang bekerja secara professional dengan nama Sevanne Martin. Mead meninggal di New York City pada 15 November 1978, dalam usia 76 tahun.
Margaret mead banyak melakukan penelitian-penelitian, dimulai dari
penelitian tentang pembawaan manusia, gender, kepribadian dan kebudayaan.
Margaret mead pernah melakukan penelitian tentang perubahan masa kanak dan
remaja di samoa. Datangnya Usia di Samoa adalah salah satu buku dari Margaret
Mead, antropolog Amerika berdasarkan penelitian dan studinya tentang pemuda -
terutama remaja putri dari Ta'ū di Kepulauan Samoa.
Buku
yang berjudul "Datangnya Usia di Samoa" merinci kehidupan seksual
remaja di masyarakat Samoa pada awalnya abad keduapuluh, dan berteori bahwa
budaya memiliki pengaruh utama pada perkembangan psikoseksual.2
Margaret
Mead juga yang meneliti tentang pembawaan manusia (human nature) di kepulauan
Samoa-Polinesia. Fokus penelitiannya adalah bagaimana bisa para remaja terutama
perempuan, mengalami ketegangan akil-balig. Penelitian ini didasarkan pada
asumsi universal bahwa remaja, pada masa akil-balig cenderung menentang
kekuasaan dan otoritas orang tuanya, ingin selalu mencari kebebasan dari
otoritas pada umumnya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa gadis-gadis Samoa
tidak mengalami gejala gejolak akil-balig, karena keluarga Samoa tidak bersifat
keluarga inti tetapi merupakan keluarga besar. Pada keluarga besar, sehingga
seorang anak tidak selalu harus berhubungan terus menerus dengan kedua orang
tuanya saja, tetapi juga mendapat kesempatan berhubungan secara bebas dan
emosional dengan anggota keluarga lainnya. Mead juga mengungkapkan teorinya
bahwa perbedaan kepribadian antara laki-laki dan perempuan, bukan perbedaan
biologis universal,melainkan perbedaan tersebut ditentukan oleh kebudayaan,
sejarah, dan struktur masyarakat tersebut.
Buku
Coming of Age in Samoa oleh Margaret Mead (1955) adalah sebuah laporan
etnografi dengan metode kajian kasus secara kualitatif. Setelah selesai
melakukan kajian ini, dan menerbitkan hasilnya, maka Margaret Mead sudah sukses
melewati suatu fase inisiasi untuk menjadi seorang antropolog sosio-kultural.
Dia sudah boleh dinobatkan menjadi seorang etnografer. Adapun etnografi adalah
metode penelitian lapangan, secara mendalam dan terlibat,dengan mengambil satu
kelompok sosial tertentu sebagai kasus.
Buku
berpengaruh lainnya oleh Mead adalah Sex and Temperament in Three Primitive
Societies.3 Ini
menjadi landasan utama gerakan feminis , karena diklaim bahwa perempuan dominan
di wilayah Danau Tchambuli (sekarang dieja Chambri ) di cekungan Sepik Papua
Nugini (di Pasifik barat) tanpa menimbulkan masalah khusus.
"Di
antara suku Arapesh, baik pria maupun wanita memiliki temperamen yang damai dan
baik pria maupun wanita tidak berperang.
"Di
antara Mundugumor , yang terjadi adalah sebaliknya: baik pria maupun wanita
memiliki temperamen yang suka berperang.
"Dan
Tchambuli berbeda dari keduanya. Para pria 'berdandan' dan menghabiskan waktu
mereka mendekorasi diri mereka sendiri sementara para wanita bekerja dan
menjadi yang praktis — kebalikan dari apa yang terlihat di awal abad ke-20 di
Amerika."4
Pendapat
mead itu di teliti lagi oleh berbagai tokoh antropologi, diantara nya Deborah
Gewertz (1981) dia mempelajari daerah chambri pada tahun 1974-1975 dan dia
tidak menemukan peran gender itu, dia berpendapat bahwa laki-laki di chambri
mendominasi perempuan, mengontrol dan menekan tingkat produksi serta mereja
juga membuat keputusan yang penting di politik. Tokoh lainnya seperti Bernard
juga mengkritik pendapat mead yaitu pada perempuan mundugumor, menurutnya
perempuan mundugumor indentik dengan pria, mereka berupaya membuat dirinya diinginkan
secara fisik dan juga perempuan mundugumor tidak diajarkan untuk berperang.
Setelah kematiannya, penelitian Samoan
Mead dikritik oleh antropolog Derek Freeman , yang menerbitkan sebuah buku yang
menentang banyak kesimpulan Mead.5
Freeman berpendapat bahwa Mead telah salah memahami budaya Samoa.Pemahaman mead
yang mengatakan bahwa budaya Samoa tidak banyak membatasi eksplorasi seksual
kaum muda. Freeman berpendapat bahwa budaya Samoa menghargai kesucian dan
keperawanan perempuan dan dia berpendapat bahwa Mead telah disesatkan oleh
informan perempuan Samoa saat melakukan wawancara dan penelitian. Kritik
Freeman mendapat reaksi keras dan kritik keras dari komunitas antropologi,
sementara itu diterima dengan antusias oleh komunitas ilmuwan yang percaya
bahwa adat istiadat seksual kurang lebih universal lintas budaya.
Secara
keseluruhan, para antropolog telah menolak anggapan bahwa kesimpulan Mead
bersandar pada validitas satu wawancara dengan satu orang, sebaliknya menemukan
bahwa Mead mendasarkan kesimpulannya pada jumlah pengamatan dan wawancara
selama dia berada di Samoa, dan bahwa status dari wawancara tunggal tidak
memalsukan pekerjaannya.6
Pada tahun 1926, terjadi banyak perdebatan
tentang ras dan kecerdasan . Mead merasa metodologi yang terlibat dalam
penelitian psikologi eksperimental yang mendukung argumen superioritas ras
dalam kecerdasan secara substansial cacat. Dalam "The Methodology of
Racial Testing: Its Significance for Sociology" Mead mengemukakan bahwa
ada tiga masalah dengan pengujian perbedaan rasial dalam kecerdasan.
1.
ada kekhawatiran dengan kemampuan untuk secara
valid menyamakan skor tes seseorang dengan apa yang Mead sebut sebagai campuran
rasial atau berapa banyak darah Negro atau India yang dimiliki seseorang. Dia
juga mempertimbangkan apakah informasi ini relevan saat menafsirkan skor IQ.
Mead mengatakan bahwa metode genealogis dapat dianggap valid jika dapat
"dilakukan verifikasi ekstensif".
2.
Mead juga berpendapat eksperimen akan
membutuhkan kelompok kontrol yang mantap untuk menetapkan apakah campuran
rasial benar-benar memengaruhi skor kecerdasan. Selanjutnya, Mead berpendapat
bahwa sulit untuk mengukur pengaruh status sosial terhadap hasil tes kecerdasan
seseorang. Yang dia maksud dengan ini adalah bahwa lingkungan (yaitu, struktur
keluarga, status sosial ekonomi, paparan bahasa) memiliki pengaruh yang terlalu
besar pada individu untuk mengaitkan skor inferior semata-mata dengan
karakteristik fisik seperti ras.
3. Terakhir,
Mead menambahkan bahwa kendala bahasa terkadang menciptakan masalah terbesar.
Selain itu tokoh lain seperti Stephen J. Gould menemukan tiga masalah utama
dengan pengujian kecerdasan, dalam bukunya tahun 1981 The Mismeasure of Man ,
yang berhubungan dengan pandangan Mead tentang masalah penentuan apakah ada
perbedaan rasial dalam kecerdasan.7
Pemahaman dan penelitian mead ini banyak
terdapat kontroversi, beberapa tokoh ada yang menganggap bahwa mead tidak
melakukan penelitian di samoa, kontroversi ini muncul setelah Margaret mead
wafat. Walaupun banyak di kritik tapi Margaret mead adalah seorang tokoh
peradaban, kepada jutaan publik dia memberikan wawasan tentang antropologi
budaya, dia sosok yang pemberani, mandiri, berbicara terus terang, dia tetap
menjadi teladan bagi semua orang dengan karyanya yang di kenal.
Margaret
Mead menulis lebih dari empat puluh buku, dan lebih dari seribu monografi
(karangan tentang satu bagian dari suatu ilmu) dan artikel. Pengaruhnya dalam
bidangnya sangat besar, dan ia membantu menjadikan antropologi sosial sebagai
suatu ilmu pengetahuan. Namun, mungkin sumbangan terbesarnya adalah ia telah
membuat antropologi bisa dijangkau oleh orang awam.
Kesimpulan
Margaret
Mead adalah seorang antropolog budaya Amerika. Mead banyak melakukan penelitian
dan banyak menerbitkan buku-buku antropologi, dia seorang yang berprestasi dan
pekerja keras. Pemahaman nya banyak memberikan wawasan yang baik untuk semua
orang dalam hal antropologi. Ada beberapa buku mead yang terkenal yaitu coming
of Age in Samoa, Buku ini merinci kehidupan seksual remaja di masyarakat Samoa
pada awalnya abad keduapuluh, dan berteori bahwa budaya memiliki pengaruh utama
pada perkembangan psikoseksual. Objektif penelitiannya yaitu pada masa
kanak-kanak sampai remaja yang ada di Samoa. Buku lainnya Mead yaitu Sex and
Temperament in Three Primitive Societies. Buku Ini menjadi landasan utama
gerakan feminis, karena diklaim bahwa perempuan dominan di wilayah Danau
Tchambuli (sekarang dieja Chambri ) di cekungan Sepik Papua Nugini (di Pasifik
barat) tanpa menimbulkan masalah khusus. Buku ini bercerita tentang perbedaan
gender. Mead juga ada meneliti tentang
ras dan kecerdasan.
Banyaknya
karya Mead yang berpengaruh bagi peradaban tetapi banyak pula yang mengkritik
karya Mead tersebut sehingga menjadi perdebatan yang cukup serius. Beberapa
tokoh ada yang mendukung pemahaman Mead dan ada juga tokoh yang menentang keras
pemahaman Mead tersebut, kontroversi pemahy Mead ini muncul setelah ia wafat.
Walaupun banyak di kritik oleh tokoh antropologi lainnya karya Mead tetap akan di kenang dan akan menjadi sumber
pengetahuan bagi semua orang.
1 Wikipedia. Indonesia. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Margaret_Mead.
Diakses tanggal 24 November 2020
2
Deoborah
G. Felder. A Century of Women : The Most Influential Events in
Twentieth-Century Women's History. Citadel Press 2003. Hal 135.
3 Margaret
Mead. Sex and Temperament in Three Primitive Societies edisi ke-1st
Perennial. HarperCollins Publ. 22 Mei 2001. Hal 112
4 Margaret
Mead. Sex and Temperament in Three
Primitive Societies . Edisi ke-1st Perennial HarperCollins Publ. 22 Mei 2001. Hal 113
5 Margaret Mead. "The
Methodology of Racial Testing: Its Significance for Sociology" American
Journal of Sociology 31.
No. 5. Maret 1926. Hal
657–667.
6
Paul
Shankman. Pembuangan Margaret Mead .
Universitas Wisconsin Press. 3 Desember 2009.
Hal 113.
7Derek Freeman. Margaret
Mead dan Samoa. Cambridge, London: Harvard University Press. 1983. Hal 125.
DAFTAR PUSTAKA
Derek Freeman . Margaret Mead
dan Samoa.
Cambridge, London: Harvard University Press. 1983
Deoborah G. Felder. A Century of Women : The Most Influential Events in Twentieth-Century Women's History. Citadel Press 2003. Hal 135. Diakses tanggal 24 November 2020
Margaret Mead. Sex and Temperament in Three Primitive Societies . Edisi ke-1st Perennial HarperCollins Publ. 22 Mei 2001.
Margaret Mead. "The Methodology of Racial Testing: Its Significance for Sociology" American Journal of Sociology 31. No. 5. Maret 1926.
Paul
Shankman. Pembuangan Margaret Mead . Universitas Wisconsin Press. 3 Desember
2009.
Wikipedia. Indonesia. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Margaret_Mead.
Diakses tanggal 24 November 2020
No comments:
Post a Comment