Saturday, 26 December 2020

Tokoh Antropologi Margaret Mead

Wila Ardila

 

Margaret Mead (16 Desember 1901 – 15 November 1978) adalah seorang antroplog budaya Amerika. Mead dilahirkan di Philadelphia, Pennsylvania dan dibesarkan di kota Doylestown, Pennsylvania yang tidak jauh dari situ. Ayahnya adalah seorang profesor di sebuah universitas, sementara ibunya seorang aktivis sosial. Mead lulus dari Barnard College pada 1923 dan mendapatkan gelar Ph.D.nya dari Universitas Columbia pada 1929. Pada tahun 1925 ia berangkat untuk melakukan penelitian lapangannya di Polinesia. Pada 1926 Mead bergabung dengan American Museum of Natural History, New York City, sebagai pembantu kurator, dan akhirnya menjadi kurator etnologi museum itu dari 1946 hingga 1969. Selain itu, ia mengajar di Universitas Columbia sebagai dosen luar biasa sejak 1954. Mengikuti teladan gurunya Ruth Benedict, Mead memusatkan studinya pada masalah-masalah asuhan terhadap anak, kepribadian dan kebudayaan.1

Margaret Mead menikah tiga kali, pertama dengan Luther Cressman dan dua pernikahannya yang berikut dengan sesama antropolog, Reo Fortune dan Gregory Bateson. Dengan Bateson ia memperoleh seorang anak perempuan, yang juga seorang antropolog, Mary Catherine Bateson. Cucu perempuannya, Sevanne Margaret Kassarjian, adalah seorang aktris panggung dan televisi yang bekerja secara professional dengan nama Sevanne Martin. Mead meninggal di New York City pada 15 November 1978, dalam usia 76 tahun.

Margaret mead banyak melakukan penelitian-penelitian, dimulai dari penelitian tentang pembawaan manusia, gender, kepribadian dan kebudayaan. Margaret mead pernah melakukan penelitian tentang perubahan masa kanak dan remaja di samoa. Datangnya Usia di Samoa adalah salah satu buku dari Margaret Mead, antropolog Amerika berdasarkan penelitian dan studinya tentang pemuda - terutama remaja putri dari Ta'ū di Kepulauan Samoa.

Buku yang berjudul "Datangnya Usia di Samoa" merinci kehidupan seksual remaja di masyarakat Samoa pada awalnya abad keduapuluh, dan berteori bahwa budaya memiliki pengaruh utama pada perkembangan psikoseksual.2

Margaret Mead juga yang meneliti tentang pembawaan manusia (human nature) di kepulauan Samoa-Polinesia. Fokus penelitiannya adalah bagaimana bisa para remaja terutama perempuan, mengalami ketegangan akil-balig. Penelitian ini didasarkan pada asumsi universal bahwa remaja, pada masa akil-balig cenderung menentang kekuasaan dan otoritas orang tuanya, ingin selalu mencari kebebasan dari otoritas pada umumnya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa gadis-gadis Samoa tidak mengalami gejala gejolak akil-balig, karena keluarga Samoa tidak bersifat keluarga inti tetapi merupakan keluarga besar. Pada keluarga besar, sehingga seorang anak tidak selalu harus berhubungan terus menerus dengan kedua orang tuanya saja, tetapi juga mendapat kesempatan berhubungan secara bebas dan emosional dengan anggota keluarga lainnya. Mead juga mengungkapkan teorinya bahwa perbedaan kepribadian antara laki-laki dan perempuan, bukan perbedaan biologis universal,melainkan perbedaan tersebut ditentukan oleh kebudayaan, sejarah, dan struktur masyarakat tersebut.

Buku Coming of Age in Samoa oleh Margaret Mead (1955) adalah sebuah laporan etnografi dengan metode kajian kasus secara kualitatif. Setelah selesai melakukan kajian ini, dan menerbitkan hasilnya, maka Margaret Mead sudah sukses melewati suatu fase inisiasi untuk menjadi seorang antropolog sosio-kultural. Dia sudah boleh dinobatkan menjadi seorang etnografer. Adapun etnografi adalah metode penelitian lapangan, secara mendalam dan terlibat,dengan mengambil satu kelompok sosial tertentu sebagai kasus.

Buku berpengaruh lainnya oleh Mead adalah Sex and Temperament in Three Primitive Societies.3 Ini menjadi landasan utama gerakan feminis , karena diklaim bahwa perempuan dominan di wilayah Danau Tchambuli (sekarang dieja Chambri ) di cekungan Sepik Papua Nugini (di Pasifik barat) tanpa menimbulkan masalah khusus.

"Di antara suku Arapesh, baik pria maupun wanita memiliki temperamen yang damai dan baik pria maupun wanita tidak berperang.

"Di antara Mundugumor , yang terjadi adalah sebaliknya: baik pria maupun wanita memiliki temperamen yang suka berperang.

"Dan Tchambuli berbeda dari keduanya. Para pria 'berdandan' dan menghabiskan waktu mereka mendekorasi diri mereka sendiri sementara para wanita bekerja dan menjadi yang praktis — kebalikan dari apa yang terlihat di awal abad ke-20 di Amerika."4

Pendapat mead itu di teliti lagi oleh berbagai tokoh antropologi, diantara nya Deborah Gewertz (1981) dia mempelajari daerah chambri pada tahun 1974-1975 dan dia tidak menemukan peran gender itu, dia berpendapat bahwa laki-laki di chambri mendominasi perempuan, mengontrol dan menekan tingkat produksi serta mereja juga membuat keputusan yang penting di politik. Tokoh lainnya seperti Bernard juga mengkritik pendapat mead yaitu pada perempuan mundugumor, menurutnya perempuan mundugumor indentik dengan pria, mereka berupaya membuat dirinya diinginkan secara fisik dan juga perempuan mundugumor tidak diajarkan untuk berperang.

Setelah kematiannya, penelitian Samoan Mead dikritik oleh antropolog Derek Freeman , yang menerbitkan sebuah buku yang menentang banyak kesimpulan Mead.5 Freeman berpendapat bahwa Mead telah salah memahami budaya Samoa.Pemahaman mead yang mengatakan bahwa budaya Samoa tidak banyak membatasi eksplorasi seksual kaum muda. Freeman berpendapat bahwa budaya Samoa menghargai kesucian dan keperawanan perempuan dan dia berpendapat bahwa Mead telah disesatkan oleh informan perempuan Samoa saat melakukan wawancara dan penelitian. Kritik Freeman mendapat reaksi keras dan kritik keras dari komunitas antropologi, sementara itu diterima dengan antusias oleh komunitas ilmuwan yang percaya bahwa adat istiadat seksual kurang lebih universal lintas budaya.

Secara keseluruhan, para antropolog telah menolak anggapan bahwa kesimpulan Mead bersandar pada validitas satu wawancara dengan satu orang, sebaliknya menemukan bahwa Mead mendasarkan kesimpulannya pada jumlah pengamatan dan wawancara selama dia berada di Samoa, dan bahwa status dari wawancara tunggal tidak memalsukan pekerjaannya.6

Pada tahun 1926, terjadi banyak perdebatan tentang ras dan kecerdasan . Mead merasa metodologi yang terlibat dalam penelitian psikologi eksperimental yang mendukung argumen superioritas ras dalam kecerdasan secara substansial cacat. Dalam "The Methodology of Racial Testing: Its Significance for Sociology" Mead mengemukakan bahwa ada tiga masalah dengan pengujian perbedaan rasial dalam kecerdasan.

1.       ada kekhawatiran dengan kemampuan untuk secara valid menyamakan skor tes seseorang dengan apa yang Mead sebut sebagai campuran rasial atau berapa banyak darah Negro atau India yang dimiliki seseorang. Dia juga mempertimbangkan apakah informasi ini relevan saat menafsirkan skor IQ. Mead mengatakan bahwa metode genealogis dapat dianggap valid jika dapat "dilakukan verifikasi ekstensif".

2.       Mead juga berpendapat eksperimen akan membutuhkan kelompok kontrol yang mantap untuk menetapkan apakah campuran rasial benar-benar memengaruhi skor kecerdasan. Selanjutnya, Mead berpendapat bahwa sulit untuk mengukur pengaruh status sosial terhadap hasil tes kecerdasan seseorang. Yang dia maksud dengan ini adalah bahwa lingkungan (yaitu, struktur keluarga, status sosial ekonomi, paparan bahasa) memiliki pengaruh yang terlalu besar pada individu untuk mengaitkan skor inferior semata-mata dengan karakteristik fisik seperti ras.

3.      Terakhir, Mead menambahkan bahwa kendala bahasa terkadang menciptakan masalah terbesar. Selain itu tokoh lain seperti Stephen J. Gould menemukan tiga masalah utama dengan pengujian kecerdasan, dalam bukunya tahun 1981 The Mismeasure of Man , yang berhubungan dengan pandangan Mead tentang masalah penentuan apakah ada perbedaan rasial dalam kecerdasan.7

Pemahaman dan penelitian mead ini banyak terdapat kontroversi, beberapa tokoh ada yang menganggap bahwa mead tidak melakukan penelitian di samoa, kontroversi ini muncul setelah Margaret mead wafat. Walaupun banyak di kritik tapi Margaret mead adalah seorang tokoh peradaban, kepada jutaan publik dia memberikan wawasan tentang antropologi budaya, dia sosok yang pemberani, mandiri, berbicara terus terang, dia tetap menjadi teladan bagi semua orang dengan karyanya yang di kenal.

Margaret Mead menulis lebih dari empat puluh buku, dan lebih dari seribu monografi (karangan tentang satu bagian dari suatu ilmu) dan artikel. Pengaruhnya dalam bidangnya sangat besar, dan ia membantu menjadikan antropologi sosial sebagai suatu ilmu pengetahuan. Namun, mungkin sumbangan terbesarnya adalah ia telah membuat antropologi bisa dijangkau oleh orang awam.

 

Kesimpulan

Margaret Mead adalah seorang antropolog budaya Amerika. Mead banyak melakukan penelitian dan banyak menerbitkan buku-buku antropologi, dia seorang yang berprestasi dan pekerja keras. Pemahaman nya banyak memberikan wawasan yang baik untuk semua orang dalam hal antropologi. Ada beberapa buku mead yang terkenal yaitu coming of Age in Samoa, Buku ini merinci kehidupan seksual remaja di masyarakat Samoa pada awalnya abad keduapuluh, dan berteori bahwa budaya memiliki pengaruh utama pada perkembangan psikoseksual. Objektif penelitiannya yaitu pada masa kanak-kanak sampai remaja yang ada di Samoa. Buku lainnya Mead yaitu Sex and Temperament in Three Primitive Societies. Buku Ini menjadi landasan utama gerakan feminis, karena diklaim bahwa perempuan dominan di wilayah Danau Tchambuli (sekarang dieja Chambri ) di cekungan Sepik Papua Nugini (di Pasifik barat) tanpa menimbulkan masalah khusus. Buku ini bercerita tentang perbedaan gender. Mead juga ada meneliti tentang  ras dan kecerdasan.

Banyaknya karya Mead yang berpengaruh bagi peradaban tetapi banyak pula yang mengkritik karya Mead tersebut sehingga menjadi perdebatan yang cukup serius. Beberapa tokoh ada yang mendukung pemahaman Mead dan ada juga tokoh yang menentang keras pemahaman Mead tersebut, kontroversi pemahy Mead ini muncul setelah ia wafat. Walaupun banyak di kritik oleh tokoh antropologi lainnya karya Mead tetap  akan di kenang dan akan menjadi sumber pengetahuan bagi semua orang.

 

1  Wikipedia. Indonesia. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Margaret_Mead. Diakses tanggal 24 November 2020

2  Deoborah G. Felder. A Century of Women : The Most Influential Events in Twentieth-Century Women's History. Citadel Press 2003. Hal 135.

3 Margaret Mead. Sex and Temperament in Three Primitive Societies edisi ke-1st Perennial.  HarperCollins Publ. 22 Mei 2001. Hal 112

4 Margaret Mead.  Sex and Temperament in Three Primitive Societies . Edisi ke-1st Perennial HarperCollins Publ. 22 Mei 2001. Hal 113

5 Margaret Mead. "The Methodology of Racial Testing: Its Significance for Sociology" American Journal of Sociology 31.  No. 5. Maret 1926. Hal 657–667.

6 Paul Shankman.  Pembuangan Margaret Mead . Universitas Wisconsin Press. 3 Desember 2009.  Hal 113.

7Derek Freeman. Margaret Mead dan Samoa. Cambridge, London: Harvard University Press. 1983. Hal 125.

 

DAFTAR PUSTAKA 

Derek Freeman . Margaret Mead dan Samoa. Cambridge, London: Harvard University Press. 1983

Deoborah G. Felder. A Century of Women : The Most Influential Events in Twentieth-Century Women's History. Citadel Press 2003. Hal 135. Diakses tanggal 24 November 2020

Margaret Mead.  Sex and Temperament in Three Primitive Societies . Edisi ke-1st Perennial HarperCollins Publ. 22 Mei 2001.

Margaret Mead. "The Methodology of Racial Testing: Its Significance for Sociology" American Journal of Sociology 31.  No. 5. Maret 1926.

Paul Shankman.  Pembuangan Margaret Mead . Universitas Wisconsin Press. 3 Desember 2009.   

Wikipedia. Indonesia. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Margaret_Mead. Diakses tanggal 24 November 2020

 

No comments:

Post a Comment

MINUMAN KHAS MELAYU RIAU

Salsabila Asri Negara Indonesia memiliki berbagai macam masyarakat dengan latar belakang dan keinginan yang berbeda. Indonesia juga memp...