Bhayu Utama Putra
Herbert Marcuse lahir pada tanggal 19 juli 1898 tepatnya di kota Berlin, Jerman. Herbert Marcuse merupakan seorang filsuf Jerman-Yahudi, teoretikus politik dan sosiologi serta merupakan anggota Frankfurt School. Salah satu karya terbaik yang terkenal adalah one dimensional man.[1]
Dalam hal ini Herbert Marcuse mencoba untuk menjelaskan kecenderungan dasar tertentu dalam konsep kontemporer masyarakat industri yang tampaknya menunjukkan fase baru peradaban. Kecenderungan ini melahirkan sebuah cara berpikir dan berperilaku yang melemahkan pondasi dari budaya tradisional. Ciri utama dari hal tersebut yaitu :
- Penindasan terhadap semua nilai
- Aspirasi dan gagasan yang tidak dapat didefenisikan terkait operasi dan sikap yang divalidasi oleh bentuk-bentuk rasionalitas yang berlaku.
Sistem teoritis Hebert Marcuse dikhsuskan untuk masyarakat industri modern yang menggambarkan bagaimana perubahan dalam produksi, konsumsi budaya, dan pemikiran telah menghasilkan negara maju. Kesesuaian di mana produksi kebutuhan dan aspirasi oleh aparat masyarakat yang berlaku mengintegrasikan individu ke dalam masyarakat yang mapan.
Marcuse menggambarkan apa yang kemudian dikenal sebagai masyarakat teknologi, di mana teknologi merestrukturisasi tenaga kerja dan waktu luang mempengaruhi kehidupan dari organisasi kerja ke cara berpikir. Serta menjelaskan mekanisme di mana kapitalisme konsumen mengintegrasikan individu ke dalam dunia pemikiran dan perilakunya.[2]
Pada sistem ini Herbert Marcuse berusaha mengembangkan filsafat manusia dengan menempatkan manusia dalam konteks masyarakat teknologis. Suatu antropologi yang berusaha memahami manusia dengan menempatkannya dalam hubungan timbal balik dengan strukturnya. Dalam usaha untuk memahami manusia ini, Marcuse mengkritik masyarakat industri modern. Karena, keadaan-keadaan diluar diri manusia pada masyarakat industri modern itu sendiri yang pada garis besarnya adalah teknologi telah mengakibatkan terjadinya penindasan terhadap manusia.
Kehidupan masyarakat industri modern didominasi oleh ilmu pengetahuan sains dan teknologi. Wujud dari dominasi tersebut adalah munculnya rasionalitas teknologis. Melalui rasionalitas tersebut hidup manusia akan dipandang dan dihargai sejauh bermanfaat dan berguna.
Masyarakat industri sendiri sering digambarkan dengan karakteristik sebagai berikut :
- Perubahan sifat ekonomi yang menyebabkan sektor primer kecil dapat melayani populasi yang terlibat dalam sektor sekunder dan tersier
- Dominasi produksi mesin di pabrik
- Urbanisasi masyarakat
- Aplikasi pengetahuan ilmiah untuk produksi
- Peningkatan regulasi birokratik disemua aspek kehidupan
Dalam klaim ini Marcuse mengembangkan kritis perspektif filosofis yang dari mana ia dapat mengkritik bentuk pemikiran, perilaku, dan organisasi sosial yang ada. Marcuse mengartikulasikan konsep filsafat Hegelian, Marxian dan Sigmund Freud. Kritik terhadap arus filosofis dan intelektual yang dominan yaitu positivisme, filsafat analitik, rasionalitas teknologi, dan berbagai mode pemikiran konformis. Konsepsinya tentang filsafat dialektik dan menghasilkan analisis masyarakat dan budaya yang mencontohkan dialektiknya kategori dan metode. Akibatnya, manusia satu dimensi menyajikan model teori sosial kritis Marcuse dan filsafat kritisnya yang di ilhami oleh studi filosofisnya serta karyanya dengan sekolah Frankfurt.[3]
Dengan demikian berdasarkan pada pemikiran G.W.F. Hegel, Karl Marx, dan Sigmund Freud. Marcuse menggunakan pemikiran Marx untuk menganalisis kondisi kehidupan sosial yang dinilai sarat dengan penindasan. Marcuse menggunakan pemikiran Freud untuk menganalisis kondisi kejiwaan manusia. Melalui Hugel, Marcuse menggunakan dialektika untuk mengembangkan dimensi oposisi atau negasi.
Masyarakat industri modern adalah masyarakat yang tidak sehat karena masyarakat tersebut adalah masyarakat berdimensi satu. Segala segi kehidupan hanya diarahkan kepada satu tujuan saja dengan menciptakan satu bentuk kontrol baru yang bersembunyi dibalik kenyamanan, kelembutan, kerasionalan, dan kebebasan. Individu modern hidup dalam keadaan artifisial yang darinya tidak seperti tradisi kontraktualis, tidak ada jalan keluar. Hilangnya bertahap kapasitas intrinsik bagi spesies manusia terutama kapasitas untuk refleksi diri dan empati serta kapasitas untuk mengkritik kondisi dimana orang hidup. Merupakan kondisi dan konsikuensi dari penerapan keharusan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari pelestarian diri masyarakat.
Menurut Marcuse satu dimensi masyarakat industri modern bisa dikenali melalui tiga hal yaitu :
· Ekonomi
· Politik
· Bahasa
Dalam satu dimensi dibidang ekonomi, masyarakat hidup dalam kenyamanan karena kebutuhan hidup terpenuhi. Bagi Marcuse kenyamanan tersebut sengaja diciptakan penguasa untuk menguasai kesadaran setiap individu. Dengan begitu hidup setiap orang akan sejalan dengan kehendak individu.[4]
Secara ekonomi masyarakat industri modern memang mengalami berbagai kelimpahan mulai dari kenyamanan dan keteraturan. Kemajuan pesat dalam bidang teknologi menjadikan manusia seolah terbebas dari cucuran keringat dalam pekerjaan sehari-hari. Namun, menurut Marcuse semua hal tersebut hanyalah penampakan dari luar saja dan halusinasi karena belum menyentuh pada hakikat manusia seutuhnya. Segala sesuatu harus di lihat dalam rangka keseluruhan hidup masyarakat pada pengembangan nilai nilai-nilai kemanusiaannya secara utuh. Lebih lanjut, kemajuan di bidang material memerlukan tinjauan lebih mendalam mengenai perkembangan pada bidang-bidang lain seperti halnya moral atau kebudayaan, maupun sebaliknya justru membawa korban.
Kemajuan teknologi secara pesat menurut Marcuse adalah sebuah era perbudakan baru dimana teknologi dan masyarakat industri merupakan suatu ungkapan kepentingan pribadi yang dipaksa kepada masa. Masyarakat industri modern masih merupakan masyarakat yang teralienasi karena mengasingkan manusia-manusia yang menjadi warganya dari kemanusiaannya. Bahkan dalam hal ini mereka tidak menyadari sebenarnya mereka juga ikut teralienasi.
Struktur pasar saat ini, merupakan alat pemerasan dan penguasaan. Dikarenakan motif mengejar keuntungan sehingga mendorong produsen untuk menguasai konsumen, baik itu memeras buruh ataupun memanipulir kebutuhan. Kebutuhan palsu ini merupakan kebutuhan yang dibebankan kepada individu oleh adanya kepentingan sosial khusus dalam repirasinya. Dengan demikian kapitalisme telah menghasilkan suatu sistem “Perbudakan sukarela”.
Dalam satu dimensi dibidang politik, kehidupan politis masyarakat industri modern ditandai oleh kompromi. Kompromi ialah suatu bentuk pembicaraan politis yang menekankan kesepakatan bahwa dasar dan nilai kehidupan sosial masyarakat telah dilemahkan dan ditransformasikan ke dalam kapitalisme modern. Tujuan dari kompromi tersebut adalah untuk menyingkirkan kemampuan akal budi manusia berpikir secara kritis yang menyebabkan kesadaran manusia pada akhirnya ditunjukkan untuk kepentingan penguasa yaitu mempertahankan kekuasaan.[5]
Negara-negara industri modern merupakan negara yang memadukan kemakmuran dengan ancaman-ancaman perang dan kehancuran umat manusia. Kejahatan-kejahatan masyarakat seperti iklan yang keterlaluan, pemerkosaan martabat manusia, perperangan dengan perlombaan persenjataannya, kebijaksanaan penggunaan nuklir dan yang menampakkan kemiringan peradaban modern kesemuanya diterima dan dianggap lumrah.
Demikianlah arah satu dimensionalita masyarakat industri modern dalam segi politik, terungkap dalam tindakan represif untuk mempertahankan sistem yang ada. Kritik dan kebebasan berpikir hanya dalam rangka status quo, untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem yang ada, tidak pernah boleh keluar daripadanya. Penguasaan atas teknik dan produksi menjadi alat pengendalian sosial.
Dalam satu dimensi dibidang bahasa, Penggunaan bahasa dalam kehidupan masyarakat industri modern tidak lagi menunjuk akan adanya perbedaan makna. Bahasa telah di daur ulang sehingga menjadi bahasa yang tidak mengenal perbedaan dan menekankan pada ciri fungsionalitasnya. Tujuan dari daur ulang bahasa tersebut adalah untuk menciptakan suatu bahasa yang absolut dan anti-oposisi, sehingga tidak ada pihak yang akan melakukan perlawanan kepada pihak penguasa. Oleh karena itu bahasa yang fungsionalisasikan, disingkat atau disatukan merupakan bahasa dari pemikiran satu dimensi.[6]
Bahasa media masa merupakan alat yang paling efektif dalam menyebarluaskan one dimensional behavior. Bahasa yang digunakan sehari-hari mendukung pemikiran-pemikiran positivistic, dan cenderung menentang pemikiran-pemikiran kritis dan kreatif. Pada masyarakat industri modern, bahasa kehilangan unsur kebenarannya. Perbedaan antara yang nyata dan tampak terlihat kabur. Dalam dunia politik dipakai istilah dan pengertian khusus, tanpa perduli akan kebenarannya. Menggabungkan atau memasang-masangkan kalimat yang sebenarnya sangat bertentangan. Misalnya damai berarti perang, perang berarti damai, dan rezim otoriter adalah rezim yang demokratis dan lain sebagainya. Dalam iklan-iklan bahasa malah lebih dipermainkan atau tidak lagi mencerminkan realitas sebenarnya.
Marcuse mengkritik pemikiran positivisme, pemikiran ini menekankan ciri empiris yang dapat menghilangkan kemampuan akal budi untuk berikir secara abstrak. Berfikir secara abstrak tersebut dibutuhkan karena untuk menghasilkan pemikiran negasi dan oposisi yang terkandung dalam dialektika. Oleh karena itu dengan berlakunya pemikiran positivisme dengan sendirinya turut mendukung keberlangsungan pemikiran satu dimensi.
Dengan demikian solusi atas masalah yang dihadapi oleh masyarakat modern adalah menghilangkan ciri represif dari sains dan teknologi. Ada dua cara untuk mendukung solusi tersebut yaitu :
· Mengurangi kekuasaan
· Mengurangi perkembangan secara berlebihan
Marcuse menyebut gerakan tersebut dengan nama The Great Refusal, yaitu suatu gerakan yang menolak secara besar-besaran terhadap institusi, nilai dan berbagai bentuk kenyamanan hidup dalam masyarakat industri modern.
Kesimpulan
One dimensional man adalah istilah yang dimunculkan oleh Herbert Marcuse, digunakannya untuk menggambarkan kondisi masyarakat modern. Marcuse menyebutkan bahwa manusia modern adalah manusia berdimensi satu yang tidak sehat. Hal tersebut ditandai dengan kehidupan dan pemikiran masyarakat yang tidak mengenal oposisi ataupun alternatif. Masyarakat industri yang tampaknya menunjukkan fase baru peradaban dan melahirkan cara berpikir dan berperilaku yang melemahkan pondasi dari budaya tradisional. Ciri utamanya adalah penindasan terhadap semua nilai, aspirasi dan gagasan yang tidak dapat di defenisikan terkait operasi dan sikap yang divalidasi oleh bentuk-bentuk rasionalitas yang berlaku. Segala kehidupan masyarakat di fokuskan pada satu tujuan, yaitu keberlangsungan dan peningkatan sistem totaliter yang sudah ada. Marcuse memberikan solusi atas masalah yang dihadapi oleh masyarakat modern. Solusinya adalah menghilangkan ciri represif dari sains dan teknologi. Ada dua cara untuk mendukung solusi tersebut adalah mengurangi kekuasaan dan mengurangi perkembangan secara berlebihan.
[1] Wikipedia. Indonesia. https://id.wikipedia.org/wiki/herbert_marcuse. Diakses 4 Desember 2020
[2] Herberth Marcuse. One-Dimensional Man. Beacon Press. London. 1964. Hal 12
[3] Herberth Marcuse. One-Dimensional Man. Beacon Press. London. 1964. Hal 17
[4] Karel Prayogi. Kajian Pemikiran Manusia-Satu Dimensi Menurut Herbert Marcuse. Surabaya. 10 Agustus 2015. Hal 11
[5] Karel Prayogi. Kajian Pemikiran Manusia-Satu Dimensi Menurut Herbert Marcuse. Surabaya. 10 Agustus 2015. Hal 11
[6] Karel Prayogi. Kajian Pemikiran Manusia-Satu Dimensi Menurut Herbert Marcuse. Surabaya. 10 Agustus 2015. Hal 11
DAFTAR PUSTAKA
Herberth Marcuse. One-Dimensional Man. Beacon Press. London. 1964.
Karel Prayogi. Kajian Pemikiran Manusia-Satu Dimensi Menurut Herbert Marcuse. Surabaya. 10 Agustus 2015.
Wikipedia. Indonesia. https://id.wikipedia.org/wiki/herbert_marcuse. Diakses 4 Desember 2020
No comments:
Post a Comment