Tuesday, 15 December 2020

Tari Inai

Fadhil Ibrahim


Menentukan sejarah atau  persebaran taritradisonal adalah hal yang sulit dalam wilayah nusantara yang begitu luas. Masyarakat terdiri dari banyak sekali kelompok budaya suku yang menjadikan Indonesia sangat heterogen. Pengelompokan budaya atau suku adalah cara paling tepat untuk mengikuti persebaran seni tari tradisional.[1]

Kebudayaan lahir dari persamaan identitas yang dimiliki sekelompok orang dalam satu wilayah. Persamaan secara geografis, Interaksi dan kedekatan emosional masyarakat memberikan efek yang sangat signifiikan terhadap perkembangan kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan tersebut melekat dengan kehidupat masyarakat sehari-hari dan membentuk suatu kebiasaan. Berjalannya waktu membawa budaya tersebut semakin berkembang secara dinamis, kemudian mengikuti persebaran.

Dalam kebudayaan Melayu, tari merupakan salah satu bidang seni yang sangat menonjol. Seni tari lahir

atas dasar kebutuhan masyarakat. Perpaduan gerakan-gerakan yang indah memiliki simbol dan makna yang berarti. Gerakan-gerankan yang diciptakan para seniman menjadi simbol perpaduan atara keindahan dan norma. Bagi masyarakat Melayu, tari menggambarkan kehidupan sosial yang terjadi dalam masyarakat.

Tari melayu tidak hanya fokus pada gerakan-gerakan semata melainkan juga memprioritaskan kegunaan dari tarian tersebut. Tari melayu memiliki sifat sakral, sehingga masyarakat memandang orang yang berperan sebagai seniman tari memiliki kedudukan tinggi dalam masyarakat.[2]

Selain berfungsi sebagai hiburan dalam masyarakat, tari juga memiliki beberapa fungsi sosial seperti sebagai salah satu bagian dari upacara adat. Terdapat banyak jenis tari yang yang dijadikan sebagai alat pelengkat upacara adat, salah satunya adalah Tari Inai.

Tari Inai merupakan salah satu kebudayaan Melayu yang terkenal. Tari Inai telah  diakui oleh UNESCO sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda pada tahun 2007. Bukan hanya berfungsi sebagai hiburan, tari Inai memiliki makna yang sakral dalam adat Melayu. Tari Inai merupakan salah satu bagian penting dalam rangkaian upacara pernikahan dalam adat Melayu. Tari Inai dipercaya masyarakat Melayu sebagai pelindung pengantin wanita dari gangguan supranatural. Dalam sejarahnya, Tari Inai ditampilkan oleh orang-orang yang dikenal kuat dan sakti didaerah tersebut. Penari Inai menguasai jurus pencak silat yang pada akhirnya dijadikan gerakan khas  dalam tari inai.[3]

Asal kemunculan tari Inai tidak dapat dengan pasti ditemukan, namun tari Inai diketahui merupakan warisan yang diwariskan turun-temurun. Tradisi tari Inai diperkirakan sudah ada sejak zaman Kerajaan Melayu Timur Begubang. Tradisi malam berinai diadakan untuk silaturahmi antar  keluarga mempelai dan sebagai tanda pelepasan masa lajang pengantin.

Secara umum, Upacara Berinai ditampilkan dalam tiga tahap. Upacara diadakan dalam tiga malam. Malam pertama adalah Inai Curi atau inai kecil, pengantin akan dipasangkan inai saat sedang tertidur. Malam selanjutnya, yaitu Tepuk Tepung Tawar dimana telapak dan punggung tangan pengantin ditepukkan tepung selanjutnya dipercikkan air mawar. Selanjutnya, pengantin ditaburi bunga, beras putih dan beras kuning. Tahap ini biasanya dilakukan oleh pemimpin adat di daerah tersebut. Malam terakhir, yaitu tahap Berinai Besar dan diakhiri oleh doa penutup. Ber-Inai Besar merupakan tahap yang menandakan bahwa mempelai masih sudah mengakhiri masa lajang[4]

Ketiga rangkaian tersebut dilakukan dalam jarak waktu yang singkat dan di lokasi yang sama.. Tahap tari Inai biasanya dilakukan sebelum Berinai Besar dan sesudah tahap Tepuk Tepung Tawar.

Tari Inai biasanya ditampilkan oleh pasangan remaja laki-laki dan perempuan dengan menggunakan properti lilin. Dalam tari Inai, penari akan memberikan penghormatan kepada kedua mempelai. Penari akan melakukan sembah kepada pengantin dalam penampilan  yang biasa disebut Lela Sembah.[5]

Tari Inai diiringi dengan musik dari alat seperti gendang , gong dan serunai. Instrumen tersebut pertama kali memainkan kendang silat sebagai tanda akan dimulainya penampilan tari. Tidak ada iringan vokal dalam tari Inai, tapi alunan melodi dari instrumen musik lebih mirip dengan sholawat. Penampilan penari laki-laki dan perempuan dibedakan dengan irama ketukan dari gendang.

Terdapat adab tertentu bagi penari Inai. Salah satunya penari wanita tidak menari dengan volume gerakan yang lebih besar dari penari laki-laki, penari biasanya sudah dalam usia yang dianggap pantas untuk menari dan menerapkan kostum yang sopan dan menutup aurat. Pada umumnya kostum penari Inai merupakai baju kurung.[6]

Dalam sejarahnya, tari Inai biasanya dilakukan dalam waktu yang cukup lama. Namun pada perkembangannya saat sekarang, durasi tari Inai sudah dipersingkan dan disesuaikan dengan acara-acara selanjutnya. Penari laki-laki umumnya hanya menari didepan pengantin laki-laki, dan penari perempuan menari didepan pengantin perempuan. Gerak dalam tari inai memakai gerak level rendah. Geraknya bersumber dari gerakan silat.

Ragam pertama tari Inai adalah Ragam Somba Pembuka. Yaitu ragam pembuka tari. Dimaksudkan sebagai permohonan keizinan kepada seluruh keluarga untuk melakukan persembahan tari Inai. Ragam kedua adalah Ragam Itik. Menggambarkan gerakan-gerakan itik yang membanggakan keindahan bulunya. Ragam ketiga disebut Ragam Burung. Menyajikan gerakan-gerakan burung pada saat terbang, hinggap, bertengger dan berjalan. Ragam keempat Tari Inai yaitu Ragam Ular. Menggambarkan gerakan-gerakan ular yang senantiasa siap menyerang apabila didekati atau diganggu. Ragam kelima Ragam Pusing Guling. Yaitu gerakan yang selalu berhati-hati dalam mengambil posisi di tempat-tempat tertentu. Kemudian ragam terakhir adalah Ragam Somba Penutup.  Yaitu ragam penutup tari. Memberi arti sebagai permohonan keizinan kepada seluruh keluarga untuk menutup persembahan tari Inai.[7]

Penari Inai menari dengan teknis bergantian dengan penari lainnya. Terkadang penari sudah ada di depan pelaminan sebelum caara dimulai, versi lain, penari bersiap di tempat yang tidak jauh dari pelaminan. Penampilan biasanya dimulai oleh tarian dari satu orang penari bai diikuti oleh penari lainnya. Setelah persembahan tari kepada mempelai sudah berakhir, akan dilanjutkan oleh tahap akhir dari upacara yaitu Berinai Besar.

Tarian Inai dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan bersilat dan sambil membawa inai. Ada dua jenis alat tempat inai. Yang pertama, inai dibawa menggunakan piring. Versi lainnya dibawa dengan batang nipah yang dibuat agar bisa dibawa dengan mudah.[8]

Penari Inai adalah lelaki dari kaum kerabat yang handal melakukan gerakan-gerakan silat sambil membawa Inai. Peralatan membawa Inai ada dua versi yang berkembang di tengah masyarakat. Versi pertama, peralatan membawa Inai adalah piring. Versi lainnya dengan menggunakan batang nipah yang dibentuk sedemikian rupa agar mudah memegangnya sambil mempermainkannya. Kedua versi sama-sama menggunakan lilin yang dijadikan sebagai tanda kehidupan dalam rumah tangga. Versi pertama berkembang di daerah Melayu Langkat, Binjai, Medan dan sekitarnya. Versi kedua banyak ditemukan di Kesultanan Serdang.

Tradisi Berinai dan tari Inai sekarang sudah banyak dipengaruhi oleh kemajuan dunia. Kebudayaan modern dan perkembangan arus teknologi mempengaruhi sikap dan dinamika prilaku masyarakat. Meskipun begitu masyarakat yang  bermukim di daerah atau desa masih ada yang melakukan tradisi ini. Kenyataan yang tampak sekarang pemakaian Inai tetap dilakukan kepada kedua pengantin hanya saja upacaranya yang tidak diselenggarakan lagi. Dengan adanya pergeseran nilai ini di tengah masyarakat, membuat tergesernya Tari Inai dari kedudukannya sebagai tari yang penting dalam upacara pemberian Inai.


Kesimpulan

Bagi masyarakat melayu, Tari Inai merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upacara adat perkawinan. Pengantin akan diberikan persembahan dan penghormatan dalam tradisi perkawinan yang dinamakan malam Berinai. Dalam tari inai, sangat dijunjung adab Islami. Terbukti dengan adab untuk tidak mencampurkan laki-laki dan perempuan dalam tradisi tersebut. Penari perempuan akan mulai menari setelah penari laki-laki selesai menari. Volume gerakan penari ditetapkan berdasarkan jenis kelamin dan mengunakan kostum yang sopan.

Tari Inai sangat menyesuaikan berdasarkan kebutuhan dan perjalanan waktu. Tari Inai pada zaman dulu ditampilkan dalam waktu yang cukup panjang, dmenyesuaikan waktu dengan rangkaian lain dalam upacara pernikahan, tari Inai kini ditampilkan dalam waktu yang cukup singkat.

Tari Inai sekarang sudah sulit ditemukan dikarenakan perkembangan zaman yang mempengaruhi prilaku masyarakat sehingga upacara adat tidak lagi menjadi bagian dari prioritas. Meskipun pada zaman modern ini upacara Berinai dan Tari Inai sudah jarang dilaksanakan. Dalam kesempatan tertentu dan masyarakat yang bermukim di daerah masih melaksanakan upacara tersebut.



[1]Y. Sumandiyo Hadi. 2018.  Revitalisasi Tari Tradisional, Yogyakarta: Cipta Media. Hlm.14

[2]Tengku Mira Sinar. Tari Melayu Tradisional: Teknik Pembelajaran Dasar. Yogyakaryta. 2013. Hal. 9

[3]Ditwdb. “Malam Tari Inai”, 10 Sept. 2019,   https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/malam-tariinai/. Diakses 28 November 2020

[4]Denny Eko Wibowo. Studi Gaya Tari Inai pada Sanggar Sri Kemuning, Panggak Laut, Lingga dalam Perspektif Antropologi Tari. Vol. 5,  No. 1,  Juni 2020. Hal. 30

[5]Ibid

[6]Dedi Arman. “Tari Inai yang Tetap Lestari”, 2017,  https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/tari-inai-yang-tetap-lestari/. Diakses 28 November 2020

[7]Batampos.co.id. “Bejenjang dan Tari Inai Jadi WBTB Indonesia”, 2017,  https://batampos.co.id/2017/08/26/bejenjang-dan-tari-inai-jadi-wbtb-indonesia/. Diakses 28 November 2020

[8]TribunBatam.id. “Mengenal Tari Inai, Satu Tradisi Unik Dalam Rangkaian Upacaranya Pernikahan di Daik Lingga”, 2020,  https://batam.tribunnews.com/amp/2020/03/16/mengenal-tari-inai-satu-tradisi-unik-dalam-rangkaian-upacaranya-pernikahan-di-daik-lingga?page=3. Diakses 28 November 2020

 

DAFTAR PUSTAKA

Arman, Dedi. “Tari Inai yang Tetap Lestari” https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/tari-inai-yang-tetap-lestari/

Batampos.co.id. “Bejenjang dan Tari Inai Jadi WBTB Indonesia” https://batampos.co.id/2017/08/26/bejenjang-dan-tari-inai-jadi-wbtb-indonesia/

Ditwdb. “Malam Tari Inai” https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/malam-tari-inai/

Hadi, Y Sumadiyo. 2018.  Revitalisasi Tari Tradisional. Yogyakarta

Sinar, Tengku Mira. 2013. Tari Melayu Tradisional. Yogyakarta

TribunBatam.id. “Mengenal Tari Inai, Satu Tradisi Unik Dalam Rangkaian Upacaranya Pernikahan di Daik Lingga” https://batam.tribunnews.com/amp/2020/03/16/mengenal-tari-inai-satu-tradisi-unik-dalam-rangkaian-upacaranya-pernikahan-di-daik-lingga?page=3

Wibowo, Denny Eko. Studi Gaya Tari Inai pada Sanggar Sri Kemuning, Panggak Laut Lingga dalam Perspektif Antropologi Tari. Vol. 5,  No. 1,  Juni 2020.

No comments:

Post a Comment

MINUMAN KHAS MELAYU RIAU

Salsabila Asri Negara Indonesia memiliki berbagai macam masyarakat dengan latar belakang dan keinginan yang berbeda. Indonesia juga memp...