Fadhil Ibrahim
Menentukan
sejarah atau persebaran taritradisonal
adalah hal yang sulit dalam wilayah nusantara yang begitu luas. Masyarakat
terdiri dari banyak sekali kelompok budaya suku yang menjadikan Indonesia
sangat heterogen. Pengelompokan budaya atau suku adalah cara paling tepat untuk
mengikuti persebaran seni tari tradisional.[1]
Kebudayaan
lahir dari persamaan identitas yang dimiliki sekelompok orang dalam satu
wilayah. Persamaan secara geografis, Interaksi dan kedekatan emosional
masyarakat memberikan efek yang sangat signifiikan terhadap perkembangan
kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan tersebut melekat dengan kehidupat masyarakat
sehari-hari dan membentuk suatu kebiasaan. Berjalannya waktu membawa budaya
tersebut semakin berkembang secara dinamis, kemudian mengikuti persebaran.
Dalam kebudayaan Melayu, tari merupakan salah satu bidang seni yang sangat menonjol. Seni tari lahir
atas dasar kebutuhan masyarakat. Perpaduan gerakan-gerakan yang indah memiliki simbol dan makna yang berarti. Gerakan-gerankan yang diciptakan para seniman menjadi simbol perpaduan atara keindahan dan norma. Bagi masyarakat Melayu, tari menggambarkan kehidupan sosial yang terjadi dalam masyarakat.Tari
melayu tidak hanya fokus pada gerakan-gerakan semata melainkan juga memprioritaskan
kegunaan dari tarian tersebut. Tari melayu memiliki sifat sakral, sehingga
masyarakat memandang orang yang berperan sebagai seniman tari memiliki
kedudukan tinggi dalam masyarakat.[2]
Selain
berfungsi sebagai hiburan dalam masyarakat, tari juga memiliki beberapa fungsi
sosial seperti sebagai salah satu bagian dari upacara adat. Terdapat banyak
jenis tari yang yang dijadikan sebagai alat pelengkat upacara adat, salah
satunya adalah Tari Inai.
Tari
Inai merupakan salah satu kebudayaan Melayu yang terkenal. Tari Inai telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu Warisan
Budaya Tak Benda pada tahun 2007. Bukan hanya berfungsi sebagai hiburan, tari
Inai memiliki makna yang sakral dalam adat Melayu. Tari Inai merupakan salah
satu bagian penting dalam rangkaian upacara pernikahan dalam adat Melayu. Tari
Inai dipercaya masyarakat Melayu sebagai pelindung pengantin wanita dari
gangguan supranatural. Dalam sejarahnya, Tari Inai ditampilkan oleh orang-orang
yang dikenal kuat dan sakti didaerah tersebut. Penari Inai menguasai jurus
pencak silat yang pada akhirnya dijadikan gerakan khas dalam tari inai.[3]
Asal
kemunculan tari Inai tidak dapat dengan pasti ditemukan, namun tari Inai
diketahui merupakan warisan yang diwariskan turun-temurun. Tradisi tari Inai
diperkirakan sudah ada sejak zaman Kerajaan Melayu Timur Begubang. Tradisi
malam berinai diadakan untuk silaturahmi antar
keluarga mempelai dan sebagai tanda pelepasan masa lajang pengantin.
Secara
umum, Upacara Berinai ditampilkan dalam tiga tahap. Upacara diadakan dalam tiga
malam. Malam pertama adalah Inai Curi atau inai kecil, pengantin akan
dipasangkan inai saat sedang tertidur. Malam selanjutnya, yaitu Tepuk Tepung Tawar
dimana telapak dan punggung tangan pengantin ditepukkan tepung selanjutnya
dipercikkan air mawar. Selanjutnya, pengantin ditaburi bunga, beras putih dan
beras kuning. Tahap ini biasanya dilakukan oleh pemimpin adat di daerah
tersebut. Malam terakhir, yaitu tahap Berinai Besar dan diakhiri oleh doa
penutup. Ber-Inai Besar merupakan tahap yang menandakan bahwa mempelai masih
sudah mengakhiri masa lajang[4]
Ketiga
rangkaian tersebut dilakukan dalam jarak waktu yang singkat dan di lokasi yang
sama.. Tahap tari Inai biasanya dilakukan sebelum Berinai Besar dan sesudah
tahap Tepuk Tepung Tawar.
Tari
Inai biasanya ditampilkan oleh pasangan remaja laki-laki dan perempuan dengan
menggunakan properti lilin. Dalam tari Inai, penari akan memberikan
penghormatan kepada kedua mempelai. Penari akan melakukan sembah kepada
pengantin dalam penampilan yang biasa
disebut Lela Sembah.[5]
Tari
Inai diiringi dengan musik dari alat seperti gendang , gong dan serunai.
Instrumen tersebut pertama kali memainkan kendang silat sebagai tanda akan
dimulainya penampilan tari. Tidak ada iringan vokal dalam tari Inai, tapi
alunan melodi dari instrumen musik lebih mirip dengan sholawat. Penampilan
penari laki-laki dan perempuan dibedakan dengan irama ketukan dari gendang.
Terdapat
adab tertentu bagi penari Inai. Salah satunya penari wanita tidak menari dengan
volume gerakan yang lebih besar dari penari laki-laki, penari biasanya sudah
dalam usia yang dianggap pantas untuk menari dan menerapkan kostum yang sopan dan
menutup aurat. Pada umumnya kostum penari Inai merupakai baju kurung.[6]
Dalam
sejarahnya, tari Inai biasanya dilakukan dalam waktu yang cukup lama. Namun
pada perkembangannya saat sekarang, durasi tari Inai sudah dipersingkan dan
disesuaikan dengan acara-acara selanjutnya. Penari laki-laki umumnya hanya
menari didepan pengantin laki-laki, dan penari perempuan menari didepan
pengantin perempuan. Gerak dalam tari inai memakai gerak level rendah. Geraknya
bersumber dari gerakan silat.
Ragam
pertama tari Inai adalah Ragam Somba Pembuka. Yaitu ragam pembuka tari.
Dimaksudkan sebagai permohonan keizinan kepada seluruh keluarga untuk melakukan
persembahan tari Inai. Ragam kedua adalah Ragam Itik. Menggambarkan
gerakan-gerakan itik yang membanggakan keindahan bulunya. Ragam ketiga disebut
Ragam Burung. Menyajikan gerakan-gerakan burung pada saat terbang, hinggap,
bertengger dan berjalan. Ragam keempat Tari Inai yaitu Ragam Ular.
Menggambarkan gerakan-gerakan ular yang senantiasa siap menyerang apabila
didekati atau diganggu. Ragam kelima Ragam Pusing Guling. Yaitu gerakan yang
selalu berhati-hati dalam mengambil posisi di tempat-tempat tertentu. Kemudian
ragam terakhir adalah Ragam Somba Penutup.
Yaitu ragam penutup tari. Memberi arti sebagai permohonan keizinan
kepada seluruh keluarga untuk menutup persembahan tari Inai.[7]
Penari
Inai menari dengan teknis bergantian dengan penari lainnya. Terkadang penari
sudah ada di depan pelaminan sebelum caara dimulai, versi lain, penari bersiap
di tempat yang tidak jauh dari pelaminan. Penampilan biasanya dimulai oleh
tarian dari satu orang penari bai diikuti oleh penari lainnya. Setelah
persembahan tari kepada mempelai sudah berakhir, akan dilanjutkan oleh tahap
akhir dari upacara yaitu Berinai Besar.
Tarian
Inai dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan bersilat dan sambil membawa
inai. Ada dua jenis alat tempat inai. Yang pertama, inai dibawa menggunakan
piring. Versi lainnya dibawa dengan batang nipah yang dibuat agar bisa dibawa
dengan mudah.[8]
Penari
Inai adalah lelaki dari kaum kerabat yang handal melakukan gerakan-gerakan
silat sambil membawa Inai. Peralatan membawa Inai ada dua versi yang berkembang
di tengah masyarakat. Versi pertama, peralatan membawa Inai adalah piring.
Versi lainnya dengan menggunakan batang nipah yang dibentuk sedemikian rupa
agar mudah memegangnya sambil mempermainkannya. Kedua versi sama-sama
menggunakan lilin yang dijadikan sebagai tanda kehidupan dalam rumah tangga.
Versi pertama berkembang di daerah Melayu Langkat, Binjai, Medan dan
sekitarnya. Versi kedua banyak ditemukan di Kesultanan Serdang.
Tradisi
Berinai dan tari Inai sekarang sudah banyak dipengaruhi oleh kemajuan dunia.
Kebudayaan modern dan perkembangan arus teknologi mempengaruhi sikap dan
dinamika prilaku masyarakat. Meskipun begitu masyarakat yang bermukim di daerah atau desa masih ada yang
melakukan tradisi ini. Kenyataan yang tampak sekarang pemakaian Inai tetap
dilakukan kepada kedua pengantin hanya saja upacaranya yang tidak
diselenggarakan lagi. Dengan adanya pergeseran nilai ini di tengah masyarakat,
membuat tergesernya Tari Inai dari kedudukannya sebagai tari yang penting dalam
upacara pemberian Inai.
Kesimpulan
Bagi
masyarakat melayu, Tari Inai merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
upacara adat perkawinan. Pengantin akan diberikan persembahan dan penghormatan
dalam tradisi perkawinan yang dinamakan malam Berinai. Dalam tari inai, sangat
dijunjung adab Islami. Terbukti dengan adab untuk tidak mencampurkan laki-laki
dan perempuan dalam tradisi tersebut. Penari perempuan akan mulai menari
setelah penari laki-laki selesai menari. Volume gerakan penari ditetapkan
berdasarkan jenis kelamin dan mengunakan kostum yang sopan.
Tari
Inai sangat menyesuaikan berdasarkan kebutuhan dan perjalanan waktu. Tari Inai
pada zaman dulu ditampilkan dalam waktu yang cukup panjang, dmenyesuaikan waktu
dengan rangkaian lain dalam upacara pernikahan, tari Inai kini ditampilkan
dalam waktu yang cukup singkat.
Tari
Inai sekarang sudah sulit ditemukan dikarenakan perkembangan zaman yang
mempengaruhi prilaku masyarakat sehingga upacara adat tidak lagi menjadi bagian
dari prioritas. Meskipun pada zaman modern ini upacara Berinai dan Tari Inai
sudah jarang dilaksanakan. Dalam kesempatan tertentu dan masyarakat yang
bermukim di daerah masih melaksanakan upacara tersebut.
[1]Y.
Sumandiyo Hadi. 2018. Revitalisasi Tari Tradisional,
Yogyakarta: Cipta Media. Hlm.14
[2]Tengku
Mira Sinar. Tari Melayu Tradisional:
Teknik Pembelajaran Dasar. Yogyakaryta. 2013. Hal. 9
[3]Ditwdb.
“Malam Tari Inai”, 10 Sept.
2019, https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/malam-tariinai/.
Diakses 28 November 2020
[4]Denny Eko Wibowo. Studi Gaya
Tari Inai pada Sanggar Sri Kemuning, Panggak Laut, Lingga dalam Perspektif
Antropologi Tari. Vol. 5, No. 1, Juni 2020. Hal. 30
[5]Ibid
[6]Dedi
Arman. “Tari Inai yang Tetap Lestari”,
2017, https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/tari-inai-yang-tetap-lestari/.
Diakses 28 November 2020
[7]Batampos.co.id.
“Bejenjang dan Tari Inai Jadi WBTB
Indonesia”, 2017, https://batampos.co.id/2017/08/26/bejenjang-dan-tari-inai-jadi-wbtb-indonesia/.
Diakses 28 November 2020
[8]TribunBatam.id.
“Mengenal Tari Inai, Satu Tradisi Unik
Dalam Rangkaian Upacaranya Pernikahan di Daik Lingga”, 2020, https://batam.tribunnews.com/amp/2020/03/16/mengenal-tari-inai-satu-tradisi-unik-dalam-rangkaian-upacaranya-pernikahan-di-daik-lingga?page=3.
Diakses 28 November 2020
DAFTAR PUSTAKA
Arman, Dedi. “Tari
Inai yang Tetap Lestari”
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/tari-inai-yang-tetap-lestari/
Batampos.co.id. “Bejenjang
dan Tari Inai Jadi WBTB Indonesia”
https://batampos.co.id/2017/08/26/bejenjang-dan-tari-inai-jadi-wbtb-indonesia/
Ditwdb. “Malam Tari Inai” https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/malam-tari-inai/
Hadi,
Y Sumadiyo. 2018. Revitalisasi Tari Tradisional. Yogyakarta
Sinar,
Tengku Mira. 2013. Tari Melayu
Tradisional. Yogyakarta
TribunBatam.id. “Mengenal
Tari Inai, Satu Tradisi Unik Dalam Rangkaian Upacaranya Pernikahan di Daik
Lingga”
https://batam.tribunnews.com/amp/2020/03/16/mengenal-tari-inai-satu-tradisi-unik-dalam-rangkaian-upacaranya-pernikahan-di-daik-lingga?page=3
Wibowo, Denny
Eko. Studi Gaya Tari Inai pada Sanggar
Sri Kemuning, Panggak Laut Lingga dalam Perspektif Antropologi Tari. Vol.
5, No. 1, Juni 2020.
No comments:
Post a Comment