Alrida Miftahul Hayati
Penyimpangan
sosial atau perilaku yang menyimpang merupakan tindakan individu maupun
kelompok dalam masyarakat yang tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai dan
norma – norma yang ada. Penyimpangan sosial juga dapat berbentuk pelanggaran
terhadap norma yang berlaku.
Menurut Bruce J. Cohen ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan sosial, antara lain :
- Adanya perubahan terhadap norma yang berlaku.
- Norma tidak bersifat mutlak.
- Adanya individu yang terpengaruh oleh individu lain untuk melakukan tindakan menyimpang.
- Masih adanya individu yang belum paham dan belum memiliki wawasan yang cukup terkait norma – norma dan peraturan yang ada.
- Kurangnya kepercayaan individu atau masyarakat terhadap norma yang ada.
- Adanya konflik peran dalam individu.
Bentuk – Bentuk Penyimpangan Sosial
- Individual deviation (Penyimpangan individual) yang dilakukan oleh seorang individu saja, karena tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan norma yang ada, baik dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja.
- Group deviation (Penyimpangan kelompok), penyimpangan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yang tidak mematuhi norma – norma yang ada.
- Mixture of both deviation (Penyimpangan campuran), yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh seorang individu di dalam suatu kelompok masyarakat yang saling berkaitan.
Jenis - Jenis Penyimpangan Sosial
- Penyimpangan Sosial Primer, merupakan penyimpangan yang dilakukan seorang individu, namun masih bisa diberi toleransi oleh masyarakat. Atau juga dapat disebut penyimpangan yang bersifat sementara. Contohnya: Tidak jujurnya seorang penjual dalam memberikan produknya kepada seorang pembeli.
- Penyimpangan Sosial Sekunder, merupakan penyimpangan yang dilakukan oleh seorang invidu (pelaku penyimpang) yang tidak diberikan toleransi lagi oleh masyarakat. Contoh: Perampokan, pembunuhan.[1]
Penyimpangan
sosial dapat mengganggu ketentraman dan keamanan dalam suatu lingkup masyarakat
yang terjadi akibat perilaku menyimpang yang dilakukan seorang individu maupun
kelompok. Terjadinya penyimpangan sosial ini dilakukan untuk menghindari nilai
– nilai dan norma yang berlaku, atau dapat dikatakan perilaku yang menunjukkan
penolakan terhadap suatu nilai dan norma.
Di Indonesia sendiri, masih banyak penyimpangan sosial yang terjadi, baik penyimpangan sosial primer, maupun penyimpangan sosial sekunder yang dilakukan oleh individual atau kelompok. Dalam masyarakat, pelaku penyimpang yang melakukan penyimpangan primer dan masih bisa ditoleransi, akan diberikan sanksi sesuai dengan peraturan atau norma yang ada dalam masyarakat tersebut. Dan pelaku penyimpang yang tindakannya tidak dapat ditoleransi oleh masyarakat, maka akan diserahkan ke pihak yang berwenang.
Penyebab Penyimpangan Sosial
Dari sudut sosiologi :
- Kurangnya pemahaman serta penyerapan kurang baik terhadap norma dan nilai yang berlaku.
- Anomie (tanpa norma), kenyataan dalam penerapan norma yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat.
- Hubungan diferential association, dimana lingkungan dapat mempengaruhi individu untuk melakukan suatu perilaku maupun tindakan yang menyimpang.
- Labelling, atau julukan yang diberi oleh individu lain terhadap seorang individu yang dapat mendorong individu tersebut melakukan tindakan yang menyimpang norma dan nilai sosial.[2]
Selain itu, penyimpangan sosial juga dapat disebabkan oleh adanya perbedaan status antara si miskin dan si kaya (ketimpangan sosial), kebutuhan ekonomi yang berbeda – beda, broken home dalam keluarga, media massa, dan semakin banyaknya sosialisasi yang berisi perilaku maupun kebudayaan yang menyimpang.[3] Penyimpangan ini tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, namun juga anak remaja yang masih dibawah umur. Salah satu penyebab terjadinya penyimpangan sosial pada kalangan remaja, yaitu kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua, serta minimnya edukasi mengenai nilai – nilai sosial dan norma yang berlaku, baik oleh orang tua, maupun oleh guru di sekolah.
Perilaku Penyimpangan Sosial
1. Penyalahgunaan
Narkotika
Penyalahgunaan narkotika merupakan salah satu tindakan penyimpangan yang banyak terjadi, termasuk di Indonesia. Tidak hanya orang dewasa, beberapa pelajar pun saat ini sudah ada yang mencoba – coba untuk mengonsumsi Narkotika. Dalam dunia pendidikan, sudah ada materi atau sosialisasi mengenai bahaya narkotika dan sudah tertera jelas sanksi bagi yang menyimpangnya. Namun, materi maupun sosialisasi tidak cukup untuk mencegah seorang individu yang ingin menggunakan narkotika. Jika seorang individu sudah masuk dalam jaringan narkotika, maka ia akan terus melakukan perbuatan menyimpang tersebut. Dan individu yang mengonsumsi narkotika secara terus – menerus akan mengalami ketergantungan pada obat terlarang tersebut.
2. Perkelahian
Antar Pelajar (tawuran)
Tidak jarang terjadinya perkelahian antar pelajar (tawuran) yang rata – rata terjadi akibat adanya kesalahpahaman antar pelajar. Tawuran ini hanya memicu perpecahan antar pelajar dan tidak ada manfaatnya. Oleh karena itu, apabila terdapat kesalahpahaman, lebih baik diselesaikan secara musyawarah antar pelajar yang bersangkutan untuk mendapatkan keputusan dan pemahaman yang baik.
3. Perilaku
Seksual di Luar Nikah
Perilaku seksual di luar nikah sangat bertentangan dengan norma – norma yang ada dalam masyarakat maupun nilai agama. Kurangnya edukasi mengenai perilaku seksual di kalangan remaja dan masyarakat. Edukasi ini tidak hanya berasal dari pendidikan di sekolah, melainkan juga dari lingkungan dan keluarga.[4]
Perilaku penyimpangan seperti penyalahgunaan narkotika, tawuran antar pelajar, dan perilaku seksual di luar nikah merupakan permasalahan sosial yang tentu saja berlawanan dengan nilai – nilai dalam masyarakat, dan tidak diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu kita harus menguatkan iman, dan memilih lingkup pertemanan yang baik, serta melakukan hal – hal yang positif dan bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.
Dampak Penyimpangan Sosial
Dampak dari penyimpangan sosial bagi pelakunya, yaitu :
- Dikucilkan dari lingkungan masyarakat.
- Psikologis yang tertekan.
- Selalu dihantui rasa bersalah.
Dampak penyimpangan sosial bagi masyarakat, yaitu :
- Tingkat kriminalitas yang semakin tinggi akibat dari pengaruh buruk antara individu satu dengan individu lainnya.
- Terganggunya keseimbangan sosial lingkungan tersebut.
- Semakin banyaknya penyimpangan yang terjadi sehingga memudarkan nilai – nilai dan norma yang berlaku.[5]
Perilaku penyimpangan sosial tentu berdampak bagi pelaku penyimpang maupun masyarakat disekitarnya. Pelaku penyimpangan sosial pasti akan merasa bersalah atas tindakan atau perilaku yang dilakukannya yang tidak sesuai dengan nilai dan norma dalam masyarakat. Masyarakat lainnya juga dapat terpengaruh untuk berbuat penyimpangan, sehingga meningkatnya kriminalitas. Namun, perilaku menyimpang juga dapat menjadi pendorong untuk berlangsungnya perubahan. Dapat dikatakan perilaku menyimpang dilakukan untuk sebuah penolakan agar terjadinya suatu keputusan atau perubahan baru sesuai dengan yang diinginkan. Meskipun begitu, tetap saja perilaku penyimpangan sosial umumnya bersifat negatif.
Cara – Cara untuk Mencegah Terjadinya Penyimpangan Sosial
- Meningkatkan kinerja dan fungsi lembaga – lembaga sosial, seperti polisi, pengadilan, dan lainnya untuk tetap mengawasi masyarakat untuk selalu menerapkan norma – norma maupun nilai – nilai sosial dalam kehidupan sehari – hari.
- Dalam lingkup keluarga, orang tua atau yang lebih tua seharusnya dapat memberikan contoh terhadap anaknya atau yang lebih muda. Selalu menunjukkan perbuatan dan perilaku yang terpuji untuk dicontoh. Memberikan pembelajaran agama yang baik, memberi perhatian, dan senantiasa menjaga dan mengawasi anak, terutama memberi edukasi terhadap penggunaan gadget atau media sosial agar anak tidak terpengaruh oleh hal – hal yang negatif dari sosial media.
- Dalam lingkup masyarakat untuk mencegah terjadinya penyimpangan sosial ini adalah melakukan pengamanan dan penjagaan yang semakin ketat, sehingga lingkungan tetap aman dan tertib dari pelaku – pelaku penyimpang. Hal ini dapat di lakukan dengan cara melakukan ronda malam secara bergantian oleh masyarakat. Selain untuk menjaga keamanan lingkungan, dengan adanya kegiatan ini akan meningkatkan hubungan dan komunikasi yang baik antar masyarakat sehingga menjadi masyarakat yang harmonis. Masyarakat juga dapat membuat peraturan atau berupa sanksi untuk pelaku penyimpang yang kemudian disepakati bersama.
- Meningkatkan pendidikan moral dan etika, sangat penting agar terciptanya individu yang berkualitas.[6]
Dalam
upaya mencegah terjadinya penyimpangan sosial, diperlukan kerja sama yang baik
dalam keluarga, lingkungan masyarakat, dan lembaga sosial. Selain itu juga
dapat dilakukan melalui pemanfaatan media massa dengan melihat hal – hal
positif yang dapat dicontoh. Selain itu, upaya pencegahan perilaku menyimpang
ini juga dapat dilakukan dalam diri individu, yaitu sadar akan nilai – nilai
sosial dan norma yang berlaku, patuh akan norma yang berlaku, menguatkan iman
dan mental, serta berpendirian teguh.
Kesimpulan
Penyimpangan
sosial merupakan suatu perilaku maupun tindakan yang tidak sesuai atau
bertentangan dengan norma – norma dan nilai – nilai sosial yang berlaku.
Individu yang melakukan penyimpangan disebut pelaku penyimpang. Bentuk
penyimpangan sosial ada tiga, yaitu : Penyimpangan individu, penyimpangan
kelompok, dan penyimpangan campuran (individu dengan kelompok). Terdapat 2
jenis penyimpangan sosial, yaitu : Penyimpangan primer, yaitu penyimpangan
dalam skala kecil dan penyimpangan sekunder, yaitu penyimpangan dalam skala
besar yang sulit untuk di toleransi oleh masyarakat. Menurut pandangan
sosiologi, penyimpangan disebabkan oleh kurang baiknya pemahaman terhadap norma
yang berlaku, penerapan norma yang tidak sesuai dengan harapan, pengaruh
lingkungan, dan pengaruh julukan terhadap individu. Pelaku penyimpang akan
dikucilkan oleh masyarakat sekitarnya, sehingga dapat mengganggu kesehatan jiwanya
dan dihantui rasa bersalah. Namun, penyimpangan sosial ini dapat dicegah dengan
adanya kerja sama antar lembaga – lembaga sosial, masyarakat dan individu untuk
menciptakan lingkungan yang damai dan tentram.
[1]Elisanti,
dan Tintin Rostini. Sosiologi. Jakarta.
2009. Hal: 92 – 97
[2] Doddy AB, Muhammad, dan Tim Penulis
Pustaka Gema Media. Menguasai IPS Sistem
Kebut Semalam Edisi 6 Revisi. Depok. 2013. Hal: 238
[3]
Alihamdan. “Materi Pelajaran Penyimpangan
Sosial.”, 2018, https://www.alihamdan.id/penyimpangan-sosial/
. Diakses 27 November 2020.
[4] Ruswanto. Sosiologi. Jakarta. 2009. Hal: 111 – 114
[5]
Unnes. “Penyimpangan Sosial.”, http://blog.unnes.ac.id/wp-content/uploads/sites/98/2015/11/perilaku-menyimpang.pdf
. Diakses 27 November 2020.
[6] Elisanti, dan Tintin Rostini. Sosiologi. Jakarta. 2009. Hal: 101 – 102
Daftar Pustaka
Elisanti, dan Tintin
Rostini. 2009. Sosiologi. Jakarta :
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Doddy AB, Muhammad,
dan Tim Penulis Pustaka Gema Media. 2013. Menguasai
IPS Sistem Kebut Semalam Edisi 6 Revisi. Jakarta : Pustaka Gema Media.
Ruswanto. 2009. Sosiologi. Jakarta : Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Alihamdan. “Materi Pelajaran Penyimpangan Sosial.” https://www.alihamdan.id/penyimpangan-sosial/ . Diakses pada 27 November 2020.
Unnes. “Penyimpangan
Sosial.” http://blog.unnes.ac.id/wp-content/uploads/sites/98/2015/11/perilaku-menyimpang.pdf .
No comments:
Post a Comment