Nikmatul Azmi
Riau memiliki berbagai macam corak, ragam dan hasil budaya yang lahir dari cipta,
rasa, dan kearifan masyarakatnya. Salah satu dari hasil cipta, rasa, karya, dan
kearifan masyarakat itu adalah permainan rakyat. Permainan rakyat Melayu Riau
merupakan kreasi masyarakat setempat, yang pada umumnya dimainkan oleh
anak-anak.[1]
Salah satu contoh permainan rakyat melayu Riau adalah permainan galah. Permainan
galah ini lebih dikenal di Kepulauan Natuna. Di daerah Riau permainan galah ini
biasa disebut dengan main cak bur. Di daerah Jawa Tengah permainan galah
dikenal dengan nama gobag sodor. Kata gobag artinya bergerak dengan bebas, sedangkan
sodor artinya tombak. Dan di Jawa Barat dikenal dengan nama galah asin atau
galasin.
Main galah adalah suatu permainan hiburan untuk mengisi waktu senggang. Dan dimainkan pada waktu
sore hari ataupun malam hari di waktu itu terang bulan, jika para remaja sedang berkumpul. Tempat yang selalu menjadi sasaran permainan itu adalah di pinggir pantai, di halaman sekolah pedesaan, di halaman surau atau di mesjid di luar kota, dan di pinggir kali yang biasanya memiliki tanah luas lapang serta datar lagi bersih tidak membahayakan.[2]Permainan galah merupakan sebuah permainan yang terdiri dari dua tim.
Masing-masing tim terdiri dari 3 sampai 6 orang pemain. Menurut istilah aslinya
tim dalam permainan galah disebut jemalu atau jamelah. Untuk seterusnya disebut
berjumlah. Untuk bermain galah pemain harus mencari tempat atau lapangan yang
rata, luas, bersih, tidak berbatu, tidak berlobang-lobang, dan tidak berbahaya
yang dapat menimbulkan luka atau cedera. Karena di dalam permainan ini
berhubungan dengan kejar-mengejar, tangkap-menangkap, serta berlari dengan
kencang.
Sebelum permainan dimulai, para pemain terlebih dahulu harus membuat
lapangannya dengan cara memberikan garis-garis ditempat yang sudah ditetapkan
sebagai arena permainan. Luas lapangan lebih kurang 12x6 M.
a)
Jumlah : 3-6 orang (satu tim)
b)
Usia : 7-20 tahun
c)
Jenis
kelamin :
- Laki-laki sama laki-laki
- Perempuan sama perempuan
- Laki-laki lawan perempuan
- Campuran
d)
Latar
belakang sosial : Biasa dimainkan olah yang sama jenis kela min, kadang-kadang bermain dengan dengan lawan jenis.
Puteri-puteri, gadis ataupun anak-anak tanggung yang masih senang bermain
galah, umumnya mereka terdiri dari anak-anak petani dan nelayan yang masih
hidup sederhana.
Berikut bentuk lapangan permainan galah.
Gambar 1. Lapangan permainan galah
Setelah selesai membuat lapangan permainan, selanjutnya kedua belah pihak
harus bermufakat terlebih dahulu tentang bagaimana tata cara bermainnya, apakah
tangkap lekat atau tidak. Jika keputusannya tangkap lekat, maka si penyerang
harus ditangkap kuat-kuat barulah sah. Jika hanya tangkap tepis, maka si
penjaga cukup asal menyentuh badan si penyerangnya saja, maka sudah dianggap
sah.
Cara bermain:
1.
Pengundian,
dilakukan dengan cara sut untuk mengetahui siapa yang menang. Bagi yang menang
sut maka ia menjadi penyerang dan yang kalah sut harus menunggu.
2.
Penunggu,
ketua kelompok penjaga menjaga garis galah panjang yang disebut kepala galah,
ia bergerak secara bebas ke atas dan ke bawah untuk memburu lawan penyerangnya.
Sedangkan penjaga lainnya menjaga pada garis lintang 1,2,3, dan seterusnya
dalam gerak melintang atau penghadangan serangan lawan yang menerobos.
3.
Menyerang,
para penyerang satu persatu menerobos, boleh dari kiri ataupun dari kiri pihak
penghadang langsung ke garis atas melewati barisan penghadang. Tembus garis 1,
2, 3, dan lewat ke atas.
4.
Caboo,
apabila salah seorang telah lewat ke galah atas, maka ia berusaha turun lagi
melewati penghadang galah atas, galah 3, galah 2, dan galah 1. Setelah semua
selesai ia masuk ke tempatnya dengan menjeritkan kata “caboo”.
5.
Setelah
salah seorang kawan caboo, yang lain turun semua kembali ke tempat permulaan
bermain dan mulai menyerang lagi, begitu seterusnya.
6.
Penyerangan
batal, apabila saat menyerang salah seorang anggota penyerang tertangkap dalam
perjalanan naik ataupun turun sebelum ada kawan yang selamat caboo.
7.
Pertukaran,
terjadi apabila penyerang gagal caboo. Si penjaga pula yang menjadi penyerang,
serta melakukan permainan seperti yang telah dilakukan lawannya dan berusaha
merebut caboo sebanyak mungkin.[3]
Bagi anggota tim yang mendapat giliran “jaga” maka tugasnya adalah menjaga
lapangan, garis lapangan yang dijaga adalah garis horizontal dan garis batas
vertikal. Untuk penjaga garis horizontal tugasnya adalah berusaha menghalangi
lawan agar tidak bisa lolos ke baris berikutnya. Bagi penjaga garis vertikal
tugasnya adalah menjaga keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di
tengah-tengah lapangan.[4]
Ada beberapa aturan dalam permainan galah, yaitu sebagai berikut:
1.
Bila
perjanjiannya tangkap lekat, maka penjaga harus menangkap penyerang secara
lekat dan sampai bergumul. Si penyerang boleh meronta-ronta, tetapi tidak boleh
mengibaskan buku tinju.
2.
Masing-masing
pemain dari tim penjaga harus bergerak di sepanjang garis melintang yang telah
ditentukan. Jadi kaki penjaga harus selalu menginjak garis tersebut.
3.
Yang boleh
melalui garis sodor hanyalah penjaga garis melintang saja.
4.
Mencegat
lawan agar tidak bisa lolos ke baris terakhir secara bolak balik.
5.
Apabila
penjaga menghadang penyerang dengan mengaitkan kakinya sehingga penyerang
terjatuh, maka penyerang dibebaskan naik ke galah atas ataupun ia dibebaskan
turun hingga mendapatkan nilai caboo sekali.
6.
Apabila
penyerang keluar dari garis permainan, maka penyerang dianggap melakukan
kesalahan.
7.
Penyerang
boleh mengacah-acah dari kiri ke kanan, tetapi apabila sudah masuk ke garis,
sebelum lewat garis kepala, tidak boleh turun ke bawah lagi. Jika dilakukan,
maka hukumannya adalah tukar bebas.
8.
Apabila
penyerang pada saat menyerang memperlambat-lambatkan waktu dengan cara santai-santai
atau duduk-duduk di lapangan permainan dan tidak berusaha mengacah ataupun
menyerang, maka dianggap salah dan tukar bebas.
9.
Bila penjaga
dapat menyentuh salah satu pemain tim penyerang, maka tim jaga menang. Lalu tim
jaga berganti menjadi tim serang. Begitu seterusnya.
Istilah yang sering digunakan dalam permainan galah, yaitu:
1.
Caboo/
belon, artinya mengumpulkan biji atau poin kemenangan.
2.
Ngacah,
artinya siasat untuk menyerang.
3.
Ngibas,
artinya mengibas-ngibaskan buku tinju.
4.
Nyugang,
artinya mengaitkan kaki lawan.
5.
Cup, artinya
pemberitahuan karena sesuatu hal, sehingga tidak jadi menyerang.
Untuk menentukan tim mana yang menang , maka seluruh
anggota tim harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik
sebanyak-banyaknya dalam area lapangan yang telah ditentukan. Lalu jumlah caboo
masing-masing tim diperhitungkan. Bagi tim yang jumlah caboonya sedikit atau
kalah, maka terpaksa mendukung lawan bermain yang menang dengan jarak sepanjang
lunas galah kepala pulang pergi.
Permainan ini sangat menarik, menyenangkan sekaligus juga sangat sulit
karena setiap orang harus selalu berjaga dan berlari secepat mungkin untuk
meraih kemenangan. Kalau kita sudah lewat dari garis batas terakhir kita
menjadi bebas merdeka dan inilah yang menjadi tujuan dari permainan galah ini.
Berikut nilai luhur yang terkandung dalam permainan:
1.
Memupuk
semangat kebersamaan dan kekompakan tim.
2.
Tidak mudah
menyerah apalagi putus asa.
3.
Pengendalian
diri.
4.
Belajar
fokus.
5.
Sportivitas.[5]
Nilai spritual yang terkandung dalam permainan galah ini selain
kebersamaan, kita juga bisa belajar kerja sama yang kompak. Pesan moral dari
permainan ini adalah bahwa dengan menjaga kekompakan dan kebersamaan,
kemenangan akan diperoleh secara mudah dan lebih baik. Permainan ini juga juga
mengedepankan semangat persahabatan antara satu dengan yang lain. Jangan putus
asa apabila dirasa ada pintu satu yang dijaga, karena masih ada banyak pintu
lain yang siap menerima kedatangan kita, yang penting kita mau berusaha dan
bertindak segera. Ingatlah bahwa peluang selalu ada, walaupun terkadang nilai
probabilitasnya (peluangnya) sedikit.
KESIMPULAN
Indonesia terkenal akan berbagai macam ragam suku, budaya, ras, agama,
maupun bahasa daerahnya. Indonesia terdiri dari berbagai provinsi, salah satu
provinsinya adalah provinsi Riau. Di daerah Riau, salah satu contoh budayanya
adalah bermainan galah. Permainan galah merupakan sebuah permainan yang terdiri
dari dua tim, masing-masing tim berjumlah 3-6 orang. Permainan ini mengutamakan
kebersamaan, kerja sama atau kekompakan, dan pantang menyerah.
[1] Taufik Ikram Jamil. Ragam Budaya
Melayu Riau. Gahara. Pekanbaru. 2012. Hal. 97
[2] Nurbaiti Usman Siam dan Endri Sanopaka. “Permainan
Rakyat Kepulauan Riau.”, http://disbud.kepriprov.go.id/?ddownload=1779. Diakses 15 Desember 2020.
[3] Taufik Ikram Jamil. Ragam Budaya
Melayu Riau. Gahara. Pekanbaru. 2012. Hal. 38
[4] Khalis Binsar, dkk. Budaya Melayu
Riau. Inprasa. Pekanbaru. 2011. Hal. 57
[5] Kompas.com. Indonesia. https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/12/162241969/permainan-galasin-atau-gobak-sodor.
Diakses 17 Desember 2020
DAFTAR PUSTAKA
Khalis Binsar, dkk. 2011. Budaya Melayu Riau. Inprasa. Pekanbaru.
Kompas.com. “Indonesia.”
https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/12/162241969/permainan-galasin-atau-gobak-sodor. Diakses 17 Desember 2020
Nurbaiti Usman Siam dan Endri Sanopaka. “Permainan Rakyat Kepulauan Riau.” http://disbud.kepriprov.go.id/?ddownload=1779.
Taufik Ikram Jamil. 2012. Ragam Budaya Melayu Riau. Gahara. Pekanbaru.
Taufik Ikram Jamil. 2012. Ragam Budaya Melayu Riau. Gahara. Pekanbaru.
No comments:
Post a Comment