Basa Meilinda Manalu
1. Sikap Toleransi dan Empati terhadap Keberagaman Budaya
Toleransi adalah sikap manusia untuk saling menghargai dan menghormati baik di antar individu ataupun antar kelompok seperti membiarkan orang lain berpendapat lain ,melakukan hal yang tidak sependapat dengan kita, tanpa kita ganggu ataupun intimidas.Sementara itu, djohan effendi memberikan makna yang sangat luas, sehingga mencakup definisi yang diutarakan oleh Heiler dan Dimont menurutnya,Toleransi adalah sikap atau perilaku seseorang yang menghargai berbagai macam perbedaan. Empati adalah sikap yang secara ikhlas mau merasakan pikiran dan perasaan orang lain dimana sikap empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain serta dapat membayangkan bagaimana bila posisinya berada seperti orang tersebut. Thomas dan Diane Mader berpendapat bahwa empati adalah kemampuan seseorang untuk berbagai perasaan yang dilandasi oleh rasa kepedulian, dan ada bebagai tingkatan dari kepedulian tersebut.(Thomas dan Diane Mader,1990).[1]
Sikap toleransi dan empati ini sangat penting ditumbuh
kembangkan dalam masyarakat khususnya di masyarakat Indonesia. Dengan adanya
sikap toleransi dan empati ini akan membuat kehidupan bermasyarakat lebih aman
dan tertram karena sikap toleransi dan empati berarti kita dapat melakukan
sosialisasi dan interaksi yang baik antar sesama manusia walaupun memiliki
perbedaan budaya sehingga masalah-masalah tentang adanya keberagaman budaya di
Indonesia dapat dikendalikan dan tidak mengarah pada pertentangan serta tidak
adanya perpecahan di antara masyarakat.
Indonesia dikenal
dan dikagumi sebagai suatu bangsa yang majemuk karena menyimpan keberagaman
dalam hal agama, tradisi, dan budaya.keberagaman Indonesia membuat masyarakat
Indonesia harus memiliki sikap toleransi dan simpati terhadap satu sama
lain,karena interaksi sosial yang baik adalah apabila setiap individu memiliki
sikap toleransi dan empati yang baik terhadap keberagaman tersebut. Perbedaan
yang ada membuat seseorang harus bisa menghargai, menghormati dan menerima
perbedaan yang ada sehingga tercipta keamanan dan juga kenyamanan. Sebuah alat
pemersatu bangsa Indonesia adalah sebuah semboyan “Bhineka Tunggal Ika Tanhana
Dharma Mangrua” bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman suku
bangsa yang terdiri atas berbagai etnis, yang masing-masing mempunyai ke khasan
dalam hal budaya nya. Sebuah semboyan yang mengingatkan masyarakat Indonesia
tentang kesadaran adanya perbedaan dan perbedaan itu bukan merupakan suatu
masalah, tetapi adanya pemikiran bahwa mereka adalah satu kesatuan.[2]
Adapun beberapa cara yang dapat diterapkan untuk sebagai
bukti menghargai dan menghormati adanya perbedaan budaya dimasyarakat yaitu :
- Menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dan berhubungan dengan masyarakat lainnya dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari
- Tidak membeda-bedakan teman dengan cara bergaul dan berteman dengan siapa saja bahkan suku bangsa yang berbeda
- Menerima dan menghargai orang lain atau suku bangsa lain bahwa adanya perbedaan ras, suku bangsa,budaya, agama dan adat istiadat didalam masyarakat
- Menerima dan menghargai orang lain atau suku bangsa lain sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
- Menerima dan menghargai orang lain atau suku bangsa lain bahwa mereka juga merupakan bagian dari bangsa Indonesia.[3]
Namun demikian belakangan ini, Indonesia yang dikagumi
bangsa yang majemuk sedang mengalami begitu banyak ujian terkait dengan
toleransi dan empati terhadap sesama sehingga menyebabkan interaksi sosialnya
sedikit terganggu. Seringnya terjadi konflik sosial yang dimulai dengan konflik
agama, budaya bahkan suku atau etnik. Kasus-kasus kekerasan dan pertikaian
antar etnis yang sering muncul menjadi problematika tersediri dan contoh
beberapa kasus-kasu pertikaian antar etnis yaitu pertikaian etnis Madura dengan
etnis Dayak di Kalimantan Barat, Peperangan antara Islam-Kristen di Maluku
Utara dan di Poso,Penghakiman massal terhadap kelompok-kelompok lain yang di
anggap sesat,kafir atau memyimpang dari suatu agama tertentu dan peristiwa
kerusuha rasial etnis Tionghoa yang terjadi di Indonesia pada 13-14 Mei 1990.
Kasus-kasus pertikaian ini adalah bukti bahwa memang kita belom bisa menerima
adanya perbedaan dan tidak adanya sikap toleransi terhadap sesama. Dan memang
masalah akan semakin rumit jika dikaitkan dengan dengan berbagai kepentingan
politis.
A.R. Kadir (2001) menilai bahwa konflik tersebut sebagai
hal ironis. Pada zaman dulu, hubungan antaretnis sering dilakukan antara
saudagar cina, Madagaskar, India, Arab dan bangsa lainnya tanpa pertumbuhan
darah, bahkan sering terjadi perkawinan antaretnis untuk melanggengkan tali
kekeluargaan (Kadir,2001). Mengapa di masa modern justru kita melakukan
tindakan-tindakan yang sangat primitif dan menonjolkan perbedaan menjadi suatu
masalah. Oleh karena itu disini lah penting nya kita mengetahui dan mengerti
apa itu toleransi terhadap agama, budaya dan juga paham akan sikap empati dan
toleransi terhadap seseorang. [4]
2.
Sikap Positif dan Krisis Terhadap Keberagaman Budaya
Bagi masyarakat Indonesia, perbedaan suku bangsa, agama,
daerah dan pelapisan sosial merupakan keniscayaan. Keragaman tersebut
menghasilkan suatu keanggotaan golongan yang bersifat silang menyilang.
Keberagaman yang saling menyilang itu dalam ilmu antropologi dikenal dengan
istilah cross cutting affiliation.
Bentuk hubungan yang demikian telah menyebabkan konflik-konflik antargolongan
tidak bersifat terlalu tajam. Misalnya, konflik antarsuku dapat segera diatasi
dengan bertemunya berbagai elemen yang terdiri atas latar belakang agama,
daerah , pelapisan sosial, serta para anggota suku-suku bangsa yang terlibat
dalam pertentangan tersebut.(Tedi Sutardi,2007)[5]
Secara sederhana toleransi dapat diasah dengan memahami
berbagai perbedaan persepsi. Perbedaan persepsi budaya terhadap suatu hal, jika tidak disikapi dengan bijaksana, dapat
berbuah perselihan. Perselisihan cenderung membagi kedua belah pihak dalam dua
kutub yang berseberangan. Bahkan, secara ekstrem hubungan dapat meruncing
sebagai kawan dan lawan. Tingkat toleransi menentukan tingkat penerimaan seseorang
terhadap perbedaan dan perselisihan yang mungkin muncul
Oleh karena itu dibutuhkannya sikap yang positif dan
krisis atas perbedaan yang ada diIndonesia ini, sikap yang positif maka akan
menghasilkan aktivitas dan pengaruh positif pula dan bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat. Bentuk sikap positif yang dapat dilakukan dapat berupa gotong
royong, menjunjung tinggi kekeluargaan dan ramah tamah terhadap sesama walupun
memiliki perbedaan. Ini lah yang harus kita kembangkan dan jangan sampai
memudar karena pengaruh-pengaruh dari global yang bersifat individualis,anarkis
dan materialis karena kita adalah Indonesia yang walaupun berbeda tetap satu
jua hal ini berguna untuk menjaga
eksitensi jati diri negara kita.
Begitu pula dengan sikap kritis yang sangat perlu
dikembangkan, karena defenisi dari sikap kritis adalah sikap yang tidak mudah
menerima pendapat atau apa yang katakan oleh orang lain. Hal ini berarti ketika
seseorang berpendapat kepada kita hendaknya kita menyaring nya dulu sebelum
menerimanya karena sikap kristis artinya berperilaku sesuai dengan akal sehat.
Orang yang kristis tidak dengan mudah menerima perubahan yang ada di
masyarakat. Kemampuan untuk bersikap kristis akan menghindarkan seseorang atau
kelompok masyarakat dari pengaruh buruk perubahan sosial budaya yang terjadi.
Sikap kritis akan mendorong terbentuknya perilaku yang mandiri dan intelektual
pada seseorang. Dengan demikian ia tidak akan mudah dipengaruhi oleh orang
lain.
3.
Menjaga dan Melestarikan Budaya Lokal
Pengertian empati dapat dimaknai sebagai kelanjutan dari
toleransi. Empati dapat dimaknai sebagai kemampuan untuk merasakan apa yang
dirasakan orang lain oleh seorang individu atau suatu kelompok masyarakat.
Budaya orang lain menjadi landasan bersikap dalam setiap interaksi yang
terjalin. Empati berpotensi untuk mengubah perbedaan menjadi saling memahami
dan mengerti secara mendalam.
Sikap toleransi dan empati dibutuhkan untuk menjaga dan
melestarikan budaya lokal agar tidak punah dan terjadi perpecahan. Sebelum
melakukan tindakan pemeliharaan dan menjaga budaya lokal yang paling utama
adalah adanya kemauan untuk memelihara budaya lokal itu sendiri. Adanya kemauan
yang keras akan memberikan semangat untuk mencari cara. Pemeliharaan budaya lokal
dapat dilakukan dengan cara, seperti melalui kongres bahasa daerah dan
pagelaran seni budaya daerah, dengan mengambil analogi pada kongres bahasa Bali
dan bahasa Jawa bahwa penyelamatan, pemeliharaan dan penghormatan bahasa-bahasa
daerah terlebih dahulu pemilik dan penutur asli bahasa daerah itu sendiri perlu
dibuat sadar bahwa bahasa daerah itu berfungsi penting.
Sastra daerah sebagai salah satu bagian dari sastra
Indonesia berkedudukan sebagai ekspresi budaya Indonesia yang didalamnya
terdapat pengalaman etika , estetika, agama, moral dan sosial dalam masyarakat
daerah yang berfungsi sebagai dasar-dasar untuk memupuk dan penumbuh
solidaritas daerah. Setelah solidaritas dan menjunjung tinggi kekerabatan maka
daerah tersebut dapat menerima dan lebih menghargai daerah lain yang juga
menjadi bagian dari negara Indonesia.
Setelah beranjak dari budaya daerah maka untuk mewujudkan
persatuan di negara Indoneisia akan keberagaman budaya ialah sikap toleransi
dan empati yang dapat diwujudkan dengan memahami bahwa keanekaragaman budaya
lain yang sama-sama bertahan, keanekaragaman
budaya telah menjadi kenyataan sejarah yang tidak mungkin dihindari.
Mengabaikan keanekaragaman sama halnya dengan mengingkari hakikat manusia itu
sendiri. Di sinilah sikap toleransi dan empati diperlukan untuk memberi
kesempatan perbedaan menjadi tumbuh dan berkembang dalam kebebasan yang setara.
Oleh karena itu, hal yang juga sangat penting adalah menyadari proses
pembelajaran tentang toleransi dan empati bahwa terdapat keberagaman budaya di
Indonesia yang hendaknya melekat pada diri seseorang.
Kesimpulan
Menghargai perbedaan yang ada dilakukan dengan sesuai
norma dan hukum yang berlaku dimasyarakat dan juga negara Indonesia. Apabila
ada perbedaan, maka musyawarah untuk mencapai mufakat merupakan jalan terbaik.
Sedari dini, perlu ditumbuhkan sikap menghormati orang lain dengan baik tanpa
memandang usia, agama,ras dan budaya. Maka dari itu sebagai individu yang baik
diperlukannya ditanamkan sikap toleransi dan empati terhadap orang lain.
Keragaman masyarakat ini pada akhirnya akan saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya. Suatu interaksi sosial akan terjadi
apabila setiap individu memiliki sikap toleransi dan empati yang baik terhadap
perbedaan tersebut. Dalam kehidupan yang beragam dan perbedaan itu;ah idealnya
manusia dapat saling menghargai, menerima dan menghormati perbedaan yang ada
agar kemudian tercipta rasa aman dan damai.
[1] Devita
Retno, Dosen Psikologi. 10 Pengertian
Empati Menurut Para Ahli Psikologi. https://dosenpsikologi.com/pengertian-empati-menurut-para-ahli . Diakses 29 November.2020
[2] Tati Yusra,
“Konseling Realitas: Meningkatkan Sikap
Toleransi Siswa Terhadap Keragaman Budaya”. Prosiding SNBK (Seminar
Nasional Bimbingan dan Konseling). Vol. 2 No. 1, 2018, hal. 32-37
[3] Insan Kamil, Toleransi
dan Empati Sosial terhadap Keberagaman Budaya. http://tatanghusen.blogspot.com/2013/02/toleransi-dan-empati-sosial-terhadap.html . Diakses pada 06 Desember 2013
[4] Agung
Pramujiono, “Pembelajaran Sastra Multikultural:
Menumbuhkan Empati dan Menemukan Jatidiri Bangsa Melalui Pemahaman
Keanekaragaman Budaya”. Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan.
Vol. 8 No. 2, November 2015, hal. 185
[5] Teti
Sutardi, Antropologi Mengungkapkan
Keberagaman Budaya : untuk kelas XI SMA dan MA ( Bandung : PT. Setia Purna
Inves,2007)
DAFTAR PUSTAKA
Devita Retno, Dosen Psikologi. 10 Pengertian Empati Menurut Para Ahli Psikologi. https://dosenpsikologi.com/pengertian-empati-menurut-para-ahli,
Insan Kamil, Toleransi dan Empati Sosial terhadap Keberagaman Budaya. http://tatanghusen.blogspot.com/2013/02/toleransi-dan-empati-sosial-terhadap.html.
Diakses 06 Februari.2013
Pramujiono, Agung. “Pembelajaran
Sastra Multikultural: Menumbuhkan Empati dan Menemukan
Jatidiri Bangsa Melalui Pemahaman Keanekaragaman Budaya”. Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan
Kemanusiaan 8. 1 (November 2015): 185
Sutardi, Teti.2007. Antropologi
Mengungkapkan Keberagaman Budaya : untuk kelas XI SMA dan MA ( Bandung :
PT. Setia Purna Inves.
Yusra, Tati. “Konseling Realitas:
Meningkatkan Sikap Toleransi Siswa Terhadap Keragaman
Budaya”. Prosiding SNBK (Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling) 2. 1 (2018): 32-37
No comments:
Post a Comment