Wednesday, 9 December 2020

UKURAN-UKURAN SOSIOLOGIS TERHADAP MASALAH SOSIAL

VANESSA MARENSI


Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antar unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut, sehingga menyebabkan kepincangan ikatan sosial. Dalam keadaan normal terdapat integrasi serta keadaan yang sesuai pada hubungan-hubungan antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat.1 

Masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral. Masalah tersebut merupakan persoalan, karena menyangkut tata kelakuan immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak. Sebab itu masalah-masalah sosial tidak akan mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Sosiologi menyangkut teori yang hanya dalam batas tertentu menyangkut nilai-nilai sosial dan moral,yang terpokok adalah aspek ilmiahnya (Soekanto, 2012).

Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologis, biopsikologis dan kebudayaan. Setiap masyarakat mempunyai norma yang bersangkut-paut dengan kesejahteraan kebendaan, kesehatan fisik, kesehatan mental, serta penyesuaian diri individu atau kelompok sosial. Penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma tersebut merupakan gejala abnormal yang merupakan masalah sosial.

Masalah sosial merupakan fenomena yang selalu ada pada setiap masyarakat di belahan bumi manapun. Selama masyarakat terus mengalami proses perubahan, maka masalah sosial akan terus muncul tanpa bisa dihindari serta sekaligus akan terus mempengaruhi dimensi kehidupan setiap orang. Korupsi, kenakalan remaja, disorganisasi keluarga, pendapatan yang rendah, drug abuse, kriminalitas, kekerasan dan sebagainya adalah masalah-masalah yang menunjukan banyak orang yang hidupnya tidak nyaman dan terganggu.2

Masalah sosial dapat menyebabkan munculnya disfungsi sosial dan begitu pula sebaliknya, keadaan disfungsi sosial mempengaruhi munculnya masalah sosial. Misalnya anak yang terlantar dan terbuang karena fungsi-fungsi sosial dalam keluaga tidak berjalan, maka anak tersebut akan mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya secara mandiri. Karena kebutuhan emosional dan personalnya tidak terpenuhi ia cendrung memiliki konsep diri yang buruk (hal sama dapat terjadi pada anak yang mendapatkan perlakuan kekerasan dalam keluarga). Jika tidak ada penanganan dengan segera, maka anak tersebut berpotensi untuk bertingkah laku menyimpang (deviant behavior).

Dengan demikian keadaan disfungsi sosial dapat menyebabkan munculnya masalah sosial. Masalah sosial dapat menyebabkan terganggunya fungsionalitas sosial. Ini terjadi karena masalah sosial tersebut bisa berpengaruh buruk terhadap wilayah-wilayah kehidupan yang lain. Misalnya, kondisi kemiskinan yang kronis dapat menghambat berjalannya fungsionalitas seseorang karena kondisi miskin tersebut berpegaruh pada pembentukan konsep diri yang buruk, mengalami ketidakpuasan pribadi, kurangnya sarana dan prasarana untuk menjalankan peran-perannya baik dalam kehidupan keluarga ataupun dengan masyarakat.

Di dalam menentukan apakah suatu masalah-masalah problem sosial atau tidak, sosiologi mengunakan beberapa pokok persoalan sebagai ukuran (Soekanto, 2012), yaitu:

a.     Kriteria utama suatu masalah sosial, terjadinya ketidaksesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial dengan kenyataan-kenyataan atau tindakan-tindakan sosial, dengan kata lain adanya kepincangan-kepincangan antara anggapan-anggapan masyarakat tentang apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang terjadi dalam kenyataan pergaulan hidup. Hanya saja, tidak ada ukuran yang pasti sejauhmana kepincangan yang terjadi itu dapat diklasifikasikan sebagai permasalahan sosial atau bukan, sangat tergantung pada nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat dan kepekaan masyarakat atas hal tersebut. Ukuran umum yang dipakai adalah apakah gejala tersebut tersebut (telah) menimbulkan social unrest atau tidak (belum). Ada bermacam-macam derajat perbedaan tersebut juga menyebabkan terjadinya bermacam-macam masalah sosial, hal mana tergantung pula dari nilai-nilai sosial masyarakat yang bersangkutan dan juga berhubungan erat dengan unsur waktu. Yaitu terjadinya ketidaksesuaian antara ukuran dan nilai-nilai sosial dengan kenyaaan atau tindakan sosial, dalam artian adanya perbedaan anggapan masyarakat tentang apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang ada dalam kenyataan pada kehidupan. Unsur-unsur yang pertama dan pokok dari masalah sosial adalah adanya perbedaan yang mencolok antara nilai-nilai dengan kondisi-kondisi nyata kehidupan.

b.   Sumber-sumber sosial masalah sosial. Secara sempit, masalah sosial merupakan persoalan-persoalan yang timbul secara langsung dari atau bersumber langsung pada kondisi-kondisi maupun proses-proses sosial. Jadi sebab-sebab terpenting masalah sosial haruslah bersifat sosial. Ukurannya tidaklah semata-mata pada perwujudannya yangbersifat sosial, akan tetapi juga pada sumbernya. Berdasarkan jalan pikiran yang demikian, maka kejadian-kejadian yang tidak bersumber pada perbuatan manusia, bukanlah merupakan masalah sosial. Yang pokok di sini adalah bahwa akibat dari gejala-gejala tersebut, baik gejala sosial maupun gejala bukan sosial menyebabkan masalah sosial. Inilah yang antara lain menjadi ukuran bagi sosiologi. Minimal ada dua pendekatan untuk memandang sumber maslalah sosial. Pertama, ada masalah yang dianggap bersumber dari individu (personal blame), Kedua, ada masalah yang dianggap bersumber dari sistem sosial (environmental blame). Individu dikatakan sebagai sumber masalah ketiika tingkah lakunya dianggap bertentangan dengan nilai atau standar sosial yang berlaku di masyarakat atau individu tersebut bermaslah karena ia memiliki kondisi mental yang buruk yang kemudian tingkah lakunya berpengaruh negatif pada orang lain. Misalnya seseorang karena kemampuan pengendalian emosi yang lemah saat berinteraksi dengan orang disekitarnya sehingga melakukan tindakan kekerasan. Dengan demikian ada gangguan interaksi antara dia dengan orang lain. Contoh lain terjadinya kemiskinan karena disebabkan rendahnya motivasi serta aktualisasi diri individu-individu miskin atau adanya angka putus sekolah yang tinggi karena kurangnya motivasi belajar serta ketiadaan orientasi masa depan.

c.   Pihak-pihak yang menetapkan apakah suatu kepincangan merupakan masalah sosial atau tidak. Ukuran tersebut bersifat relatif sekali. Dalam masyarakat merupakan gejala yang wajar jika sekelompok warga masyarakat menjadi pimpinan masyarakat tersebut. Golongan kecil tersebut mempunyai kekuasaan dan wewenang yang lebih besar dari orang-orang lain untuk membuat serta menentukan kebijaksanaan sosial. Pihak-pihak yang Menetapkan apakah suatu kepincangan merupakan masalah social atau tidak. Ukuran diatas bersifat relative sekali. Mungkin dikatakan bahwa orang banyaklah yang harus menentukannya, atau segolongan orang yang berkuasa saja atau lain-lainnya. Dalam hal ini para sosiologi harus mempunyai hipotesis sendiri untuk kemudian diujikan pada kenyataan-kenyataan yang ada. Sikap masyarakat itu sendirilah yang menentukan apakah suatu gejala merupakan suatu problema social atau tidak.

d.      Manifest sosial problems and latent sosial problems. Manifest sosial problems merupakan masalah sosial yang timbul sebagai akibat terjadinya kepincangan-kepincangan dalam masyarakat. Kepincangan dikarenakan tidak sesuainya tindakan dengan norma dan nilai yang ada dalam masyarakat. Masyarakat pada umumnya tidakmenyukai tindakan-tindakan yang menyimpang. Latent sosial problems juga menyangkut hal-hal yang berlawanan dengan nilai-nilai masyarakat, akan tetapi tidak diakui demikian halnya. Di sini sosiologi tidaklah bertujuan untuk membentuk manusia-manusia yang bijaksana dan selalu baik dalam tindakan-tindakannya. Akan tetapi untuk membuka mata agar mereka memperhitungkan akibat segala tindakannya.

e.   Perhatian masyarakat dan masalah sosial. Kejadian yang merupakan masalah sosial belum tentu mendapat perhatian dari masyarakat. Sebaliknya, suatu kejadian yang mendapat sorotan masyarakat, belum tentu merupakan masalah sosial. Misalnya Tingginya tingkat pelanggaran lalu lintas oleh masyarakat mungkin tidak banyak mendapat perhatian masyarakat, tetapi kecelakaan kereta api yang memakan korban banyak jiwa mendapatkan perhatian penuh masyarakat.Suatu problema yang merupakan manifest sosial problem adalah kepincangan-kepincangan yang menurut keyakinan masyarakat dapat diperbaiki, dibatasi atau bahkan dihilangkan. Lain halnya dengan latent sosial problem yang sulit diatasi, karena walaupun masyarakat tidak menyukainya, tetapi masyarakat tidak berdaya untuk mengatasinya. Di dalam mengatasi problem tersebut, sosiologi seharusnya berpegang pada perbedaan kedua macam problema tersebut, sosiologi seharusnya berpegang pada perbedaan kedua problema tersebut yang didasarkan pada sistem nilai-nilai masyarakat, sosiologi seharusnya mendorong masyarakat untuk memperbaiki kepincangan-kepincangan yang diterimanya sebagai gejala abnormal yang mungkin dihilangkan (atau dibatasi). Latent sosial problems juga menyangkut hal-hal yang berlawanan dengan nilai-nilai masyarakat, akan tetapi tidak diakui demikian halnya.

   

KESIMPULAN

Masalah sosial berkaitan dengan nilai sosial dan moral, masalah sosial merupakan kejadian yang selalu ada dimasyarakat manapun, selama masyarakat mengalami proses perubahan masalah sosial akan selalu muncul, Masalah sosial dapat menyebabkan munculnya disfungsi sosial dan begitu pula sebaliknya, keadaan disfungsi sosial mempengaruhi munculnya masalah sosial. Dalam menentukan apakah suatu masalah yang dihadapi masyarakat merupakan masalah sosial atau tidak dapat diukur melalui kriteria utama, kriteria utama masalah sosial adalah terjadinya ketidaksesuaian antara ukuran dan nilai sosial dengan kenyataan, dapat juga diartikan adanya kepincangan antara anggapan masyarakat tentang apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang terjadi pada kenyataan, ukuran selanjutnya yaitu sumber pada awalnya, sumber permasalahan sosial tidak dibatasi pada kondisi-kondisi dan proses-proses sosial saja, tetapi yang paling utama adalah gejala-gejala yang menimbulkan masalah sosial tersebut, selanjutnya yaitu pihak yang menentukan sebuah masalah, orang yang berkuasa dapat menentukanya, karena memiliki kekuasaaan dan kewenangan yang lebih besar dari pada orang biasa untuk membuat dan menentukan kebijakan sosial, ukuran selanjutnya adalah Manifest sosial problems and latent sosial problems manifest sosial problems merupakan masalah sosial yang timbul sebagai akibat terjadinya kepincangan-kepincangan dalam masyarakat, ukuran yang terakhir yaitu perhatian masyarakat dan masalah sosial. Kejadian yang merupakan masalah sosial belum tentu mendapat perhatian dari masyarakat. Sebaliknya, suatu kejadian yang mendapat sorotan masyarakat, belum tentu merupakan masalah sosial.

  

1 Husni Abdul Gani. Sosiologi Kesehatan. UPT Penerbitan UNEJ. Jember. 2014. Hal. 93

2 Budi Muhammad Taftazani. Masalah Sosial Dan Wirausaha Sosial. Social  Work Jurnal. Vol. 7. No. 1. 2017. Hal. 9

DAFTAR PUSTAKA

Gani, Husni Abdul dan Dewi Rokhmah. 2014. Sosiologi Kesehatan. Jember : UPT Penerbitan UNEJ.

Taftazani, Budi Muhammad. 2017.  Masalah Sosial Dan Wirausaha Sosial. Social Work Jurnal, 7(1), 1-129.

 

AKIBAT-AKIBAT MOBILITAS SOSIAL

RAHMA HIDAYAH

 

Mobilitas sosial adalah perpindahan seorang individu atau kelompok dalam struktur sosial yang berkaitan dengan pelapisan sosial yang ada dalam masyarakat. Mobilitas sosial ini di tujukan perubahan suatu gerak berpindahnya suatu status sosial seseorang atau kelompok orang dari satu ke status sosial lainnya dalam suatu kehidupan sosial atau masyarakat.      

Mobilitas sosial mengandung pengertian tentang perubahan atau proses yang terjadi dalam masyarakat . jika perubahan itu diikuti dengan pernyesuaian terhadap kondisi baru, individu yang mengalami perubahan tidak menghadapi masalah. Namun, apabila penyesuaian terhadap kondisi baru tersebut tidak dapat berlangsung, akan timbul persoalan sebagai konsekuensi adanya perubahan[1].

Dalam pelapisan sosial mobilitas sosial dapat bersifat vertikal (keatas atau kebawah). Namun juga bisa bersifat horizontal (kesamping).Jika dikatakan bersifat vertikal yaitu perpindahan individu sosial dari suatu kedudukan sosial yang satu ke kedudukan sosial lainnya dalam posisi yang tidak sederajat.Namun jika dikatakan bersifat horizontal yaitu peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya, dari suatu kelompok sosial satu ke kelompok sosial lainnya dalam posisi yang sederajat.Penyebab status sosial itu berpindah bisa karena masalah kenaikan,menduduki jabatan publik,kemampuan untuk menguasai materi ,pendidikan ,prestasi kerja atau masalah-masalah lainnya.

Mobilitas sosial yang dilakukan oleh masyarakat menimbulkan gejolak perubahan bagi individu maupun masyarakat yang melakukannya. Salah satunya adalah perubahan sosial ekonomi. Masyarakat tidak berhenti pada satu titik tertentu sepanjang masa. Setiap masyarakat dalam kehidupannya tentu mengalami perubahan.Perubahan sosial lebih bersifat khusus karena merupakan bagian dan perubahan kebudayaan [2].

 

Konsekuensi / Akibat Dari Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial  merupakan sebuah proses perubahan untuk menuju situasi dan kondisi baru di dalam kehidupan bermasyarakat.Jika proses penyesuaiannya terhadap situasi dan kondisi baru tersebut mendapatkan dukungan atau berpihak dari lingkungan disekitarnya ,maka proses perubahannya akan berjalan dengan lancar dan mulus.Namun sebaliknya,Jika lingkungan disekitarnya tidak mendukung/berpihak/menentang terhadap proses perubahan tersebut,maka yang terjadi akan timbul/berkembang berbagai konflik [3].

Jika seandainya individu atau kelompok dapat menyesuaikan dirinya dengan kondisi atau situasi yang baru dalam mengalami mobilitas sosial tersebut ,maka akan memperoleh atau mendapatkan hal-hal yang positif sebagai konsekuensi atau akibat dari mobilitas sosial seperti :

        1)      Individu atau kelompok akan mendapatkan kebahagiaan ,kebanggaan serta kepuasan.

        2)      Individu atau kelompok akan mendapatkan kesempatan untuk lebih maju.

        3)      Individu atau kelompok akan mendapatkan kesempatan yang luas untuk mau bekerja keras,mengejar prestasi untuk dapat mencapai kedudukan yang diinginkan .

Namun sebaliknya jika individu atau kelompok tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi baru maka akan terjadi konsekuensi-konsekuensi.Konsekuensi itu berupa proses sosial yang disosiatif, misalnya konflik.


Ø Konflik

Individu atau kelompok jika lingkungan disekitarnya tidak mendukung/berpihak/menentang terhadap proses perubahan yang ada,maka yang terjadi akan timbul/berkembang berbagai konflik.Akibatnya ditandai dengan adanya benturan antara nilai dan kepentingan dalam masyarakat . Konflik merupakan sarana untuk mencapai suatu keseimbangan antara berbagai kekuatan  yang ada dalam masyarakat dari keseimbangan lama yang terganggu oleh adanya perubahan kedudukan akibat mobilitas sosial.

Jadi, walaupun konflik merupakan suatu proses yang diasosiatif, mobilitas tetap saja merupakan satu bentuk proses sosial yang mempunyai fungsi dan akibat positif bagi masyarakat.Konflik sebagai akibat konsekuensi dari mobilitas sosial dapat berupa konflik antarkelas,konflik antarindividu,konflik antarkelompok sosial,atau konflik antargenerasi,Konflik status dan konflik peranan.

 

    ü  Konflik antarkelas sosial

Konflik antarkelas sosial yaitu suatu konflik yang terjadi karena adanya benturan antar kepentingan kelas sosial lainnya yang ada didalam suatu kelompok sosial tertentu dengan orang lain yang baru saja masuk ke dalam kelompok tersebut.

Konflik antarkelas sosial antara lain:

1)      Konflik antar majikan dengan buruh yang ingin menaikkan kedudukan sosialnya,misalnya upah.

2)      Konflik antar warga baru dalam suatu kelas sosial dari warga lama yang mendapat reaksi negatif .

3)      Reaksi negatif terhadap perlakuan masyarakat sehubungan dengan kelas sosial yang baru dan lainnya .

    ü  Konflik antarindividu

Konflik antarindividu yaitu suatu konflik yang terjadi seperti masuknya individu kedalam suatu kelompok namun tidak diterima oleh anggota kelompok yang lain .Contoh lain seperti di dalam lingkungan organisasi / seseorang tidak dapat menerima kehadiran seseorang yang menduduki suatu jabatan tertentu.

    ü  Konflik antarkelompok sosial

Konflik antarkelompok sosial yaitu suatu konflik yang terjadi  ini dapat melibatkan ras,etnis,agama,golongan.Atau dominannya suatu kelompok sosial tertentu  dibandingkan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya.Konflik ini dapat terjadi karena perebutan dalam peluang mobilitas sosial.

Konflik antarkelompok sosial berupa;

      1.      Konflik antarkelompok partai politik dalam memperoleh kekuasaan atau pengakuan dari masyarakat

    2.  Konflik atas reaksi dari kelompok yang tertindas terhadap penguasa.Tindakan kekerasan yang dilakukan sekelompok sosial akibat korban fanatisme.

      3.      Konflik yang terjadi pada suatu kelompok sosial yang protes terhadap pihak-pihak yang berwenang untuk mendapatkan hak dan perlakuan yang adil.

    ü  Konflik antargenerasi

Konflik antargenerasi yaitu konflik yang terjadi dalam hubungan antar generasi.Adanya pergeseran hubungan antar satu generasi dengan generasi yang lain,sehingga tatanan hubungan antar generasi tersebut yang selama ini berlaku tidak diakui lagi atau dipersoalkan oleh generasi tertentu.Misalnya antara golongan tua dan golongan muda.Dimana golongan muda yang kedudukan sosialnya lebih tinggi sering membuat generasi muda tidak lagi menghormati generasi tua.Generasi muda menganggap bahwa generasi tua itu adalah generasi yang terbelakang,kuno,kolot dan lain sebagainya.

Dan sebaliknya generasi tua sering menganggap bahwa kebudayaan atau pola hidup mereka selama ini merupakan kebudayaan atau pola hidup yang paling benar,mulia dan paling utama.Dan menganggap kebudayaan dan pola hidup diluar mereka telah melenceng atau menyimpang dari adat.Hal ini lah yang memungkinkan timbulnya konflik antar generasi.Padahal jika setiap pihak dapat saling menyesuaikan dirinya terhadap keadaan yang baru,konflik antar generasi ini tidak akan terjadi.Yang menjadi persoalan utama dari setiap perubahan yang ada yaitu sulitnya menyesuaikan diri terhadap keadaan yang baru  

    ü  Konflik status dan konflik peranan

  Jika seseorang naik ke kedudukan yang lebih tinggi atau seseorang itu turun ke kedudukan yang lebih rendah  dituntun untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan kedudukan yang baru.Terkadang terjadi kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap status kedudukan yang baru ,kesulitan inilah yang akan menimbulkan konflik status.

Konflik status merupakan konflik yang terjadi karena pertentangan antar status yang disanding oleh seseorang karena kepentigan-kepentingan yang berbeda. Hal ini berkaitan dengan banyaknya status yang disanding oleh seseorang.Pada umumnya setiap individu menyandang berbagai status sekaligus atau berbarengan itulah yang akan memicu munculnya konflik status.Misalnya  seseorang hakim memimpin persidangan yang mengadili seorang terdakwa. Ternyata, terdakwa itu dulu pernah menolongnya. Dalam kasus ini terdapat dua status yang aktif dalam diri si hakim dan masing-masing memiliki kepentingan yang saling berbeda. Status sebagai hakim bertugas mengadili orang yang melanggar hukum dan status sebagia orang yang pernah ditolong serta memiliki kepentingan untuk membalas budi. Di sini terjadi konflik status yang akan diikuti dengan timbulnya konflik peranan.

            Konflik peranan merupakan konflik keadaan ketika seseorang tidak mampu melaksanakan perannya sesuai dengan tuntunan status yang sedang di sandangnya.Hal ini bisa terjadi misalnya karena statusnya yang baru tidak ia sukai atau tidak sesuai dengan kehendak hatinya. Bentuk konflik peran yang dialami oleh seseorang yang harus turun dari kedudukannya yang tinggi disebut dengan Post Power Syndrome.

    ü  Penyesuaian

Perubahan-perubahan atau mobilitas sosial yang terjadi akan mendorong masyarakat untuk mampu menyesuaikan dirinya sehingga keadaan stabilitas sosial yang baru akan tercipta.

 Sebab-sebab penyesuaian.

        1.      Penyesuain dilakukan perlakuan baru masyarakat terhadap kelas sosial, kelompok sosial, atau generasi tertentu

        2.      Penyesuaian terhadap pemerintah individu atau sekelompok warga akan kedudukannya yang baru

        3.      Penyesuain terhadap pergantian dominasi dalam suatu kelompok sosial atau masyarakat.

Di samping akibat atau konsekuensi-konsekuensi yang berbentuk konflik ,namun mobilitas sosial dalam masyarakat juga ada yang bernilai positif atau mempunyai keuntungan .Keuntungan itu dapat dirasakan oleh masyakarat  apabila mereka dapat menyesuaikan dirinya terhadap keadaan atau situasi atau kondisi yang  baru yang ditimbulkan oleh mobilitas sosial.

 

 

Kesimpulan

 

Terjadinya mobilitas sosial dalam masyarakat mempunyai berbagai konsekuensi positif dan negatif, yang bergantung pada kemampuan individu atau kelompok untuk beradaptasi dengan situasi baru, kelompok baru, orang baru, dan gaya hidup baru.Jika individu atau kelompok yang telah mengalami mobilitas sosial dapat beradaptasi maka akan memperoleh hal-hal positif sebagai konsekuensi mobilitas sosial seperti : mengalami kebahagiaan,kebanggaan serta kepuasan.Memberikan kesempatan bagi individu atau kelompok untuk lebih maju Kesempatan yang luas akan mendorong orang untuk mau bekerja keras,mengejar prestasi untuk dapat mencapai kedudukan yang diinginkan .

Sebaliknya, jika mereka tidak dapat beradaptasi dengan situasi baru, maka akan timbul konsekuensi, yaitu proses sosial yang terpisah, seperti konflik. Hasil dari gejala mobilitas sosial ditandai dengan konflik antara nilai dan kepentingan. Konflik sebenarnya merupakan sarana setelah keseimbangan antara berbagai kekuatan yang ada di masyarakat, keseimbangan ini telah lama terganggu oleh perubahan posisi akibat mobilitas sosial.

  



[1] Hasan Kawaguchi. “ Konsekuensi Mobilitas Sosial.“, http://kulpulan-materi.blogspot.com/2012/07/konsekuensi-mobilitas-sosial.html

[2] Yusuf Adi Wibowo, Rusdarti & Eko Handoyo. Mobilitas Perempuan Buruh Pabrik dalam Perubahan Sosial Ekonomi Perempuan Buruh (Studi Kasus di Desa Batursari Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak). Journal of Educational Social Studies Vol.6, No.1,Juni 2017. Hal.74

[3] Wida Widianti. Sosiologi 2 untuk SMA dan MA Kelas XI IPS. Jakarta.2009. Hal.60.

  

DAFTAR PUSTAKA

Kawaguchi Hasan. “ Konsekuensi Mobilitas Sosial.“ http://kulpulan-materi.blogspot.com/2012/07/konsekuensi-mobilitas-sosial.html

Wibowo Adi Yusuf, Rusdarti & Handoyo Eko. Mobilitas Perempuan Buruh Pabrik dalam Perubahan Sosial Ekonomi Perempuan Buruh (Studi Kasus di Desa Batursari Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak). Journal of Educational Social Studies. Vol. 6, No 1,Juni 2017.

Widianti Wida. 2009. Sosiologi 2 untuk SMA dan MA Kelas XI IPS. Jakarta.

 

Tuesday, 8 December 2020

DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL TERHADAP KEHIDUPAN

Suspita Juliana


Perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi karena ketidak sesuaian antara unsur-unsur sosial yang berbeda sehingga terjadi ketidakserasian fungsi dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap individu atau masyarakat pastinya mengalami perubahan baik di lingkungan masyarakat atau keluarga. Perubahan sosial berbeda dengan perubahan lainnya. Perbedaannya itu adalah perubahan sosial menekankan perubahan yang terjadi pada aspek kultural (budaya) dan aspek struktural masyarakat.Dampaknya itu terhadap kehidupan sosial. Sehingga memperoleh penghidupan yang lebih baik dan martabat.

Perubahan sosial memiliki dampak terhadap terhadap masyarakat,ada pun dampak yang terjadi pada kehidupan masyarakat ialah dampak negatif dan dampak positif:

        A.       Dampak posistif

Ø   Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terasa semakin cepat, khususnya sebagai akibat berkembangnya teknologi dalam bidang industri elektronika dan informatika, dimana daur hidup produk (product life cycle) semakin memendek. Disamping itu pengembangan teknologi dalam bidang tersebut yang ditandai dengan peningkatan kapasitas yang besar, peningkatan kecepatan serta daya miniaturisasi mempengaruhi pula luas ruang lingkup aplikasinya sehingga memberikan dampak yang sangat luas terhadap perkembangan di sub sektor industri lainnya serta kehidupan kita secara menyeluruh. Oleh karenanya negara-negara industri di dunia berupaya untuk menguasai dan mengembangkan teknologi dengan meningkatkan kegiatan penelitian & pengembangan (research & development) dalam bidang teknologi manufaktur (manufacturing technology) dan teknologi produk (product)[1]

Ø   Terciptanya lapangan pekerjaan

Dengan adanya tercipta lapangan pekerjaan ini, maka kehidupan masyarakat akan terjamin dengan baik, karena dengan adanya lapangan pekerjaan masyarakat dapat melakukan pekerjaan tersebut.

Ø    Terciptanya tenaga professional

Proses industrialisasi ditunjang oleh teknologi mutakhir untuk memperbanyak hasil produksi. Persaingan mutu hasil produksi semakin ketat untuk menarik minat konsumen. Oleh karena itu, untuk mendukung persaingan industri diperlukan tenaga kerja yang memiliki kecakapan, keterampilan, keahlian, dan profesionalisme tinggi.

Ø   Meningkatnya efektivitas dan efisien kerja

Teknologi mutakhir berperan besar untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja masyarakat sehingga lebih produktif. Teknologi tetap memegang peranan penting dalam proses kerja yang dilakukan oleh masyarakat pada saat ini. Efektivitas dan efisiensi kerja selalu tersebiut tentusaja akan berkaitan erat dengan penggunaan alat produksi yang dapat menghasilkan produk lebih cepat, lebih banyak, dan tentunya adalah tepat sasaran.

 

Ø   Terciptanyaan Rasa Toleransi Yang Tinggi

Dampak positif perubahan sosial selanjutnya adalah dengan terciptanyaan nuansa kehidupan masyarakat yang memiliki tingkat tolerasi yang tinggi. Hal ini terbentuk karena masyarakat sudah berfikir maju dalam perkembangan kehidupan yang dialaminya.[2]

 

Ø  Kebebasan dalam Berpendapat

Dampak postif yang dapat dimbil dari perubahan sosial adalah kebebasan dan berpendapat yang dilakukan olah setiap orang tanpa batas.Kebebasan ini di dapatkan karena adanya kemjun dibidang teknologi. Misalnya saja memanfaatkan teknologi untuk menyampaikan endapat, baik melalui facebook, twitter, ataupun menyampaikan pendapat melalui media sosial lainnya.

       B.     Dampak negatif

Ø  Kondisi disintegrasi

Disintegrasi sering diartikan sebagai proses terpecahnya suatu kesatuan menjadi bagian-bagian kecil yang terpisah satu sama lain. Sedangkan disintegrasi sosial adalah proses terpecahnya suatu kelompok sosial menjadi beberapa unit sosial yang terpisah satu sama lain. Proses ini terjadi akibat hilangnya ikatan kolektif yang mempersatukan anggota kelompok satu sama lain. Perubahan sosial sering ditandai dengan perubahan unsur kebudayaan, tanpa diimbangi perubahan unsur kebudayaan yang lain yang saling terkait. Biasanya unsur yang cepat berubah adalah kebudayaan kebendaan bila dibandingkan dengan kebudayaan rohani[3]

Ø  Disorganisasi sosial.

konsep disorganisasi sosial merupakan proses melemahnya nilai dan norma dalam suatu masyarakat akibat terjadinya perubahan. Sebagai contohnya, di era sosial media saat ini, masyarakat cenderung beralih kepada sikap individualistis (mementingkan diri sendiri) dan kurang memperhatikan lingkungan sosial sekitar

Ø  Kenakalan remaja

Kenakalan remaja sejatinya juga dapat dipengaruhi oleh adanya perubahan sosial. Nilai-nilai kebebasan budaya Barat diadopsi tanpa menyesuaikan kondisi kebudayaan kita sendiri. Contoh kenakalan remaja yang menjadi dampak negatif adalah tawuran, pemerasan, adanya geng motor, seks bebas, penggunaan obat-obatan terlarang, serta pornografi.[4]

   Ø  Eksistensi Adat Istiadat Berkurang

Nilai sosial dalam arti adat istiadat semakin ditinggalkan oleh masyarakat karena dianggap tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Nilai-nilai tradisi mulai ditinggalkan dan kemudian digantikan dengan nilai-nilai kebudayaan modern.Kondisi tersebut pada dasarnya secara cepat atau lambat sekalipun akan dapat menghilangkan jati diri bangsa yang memang selalu tak terpisahkan dengan berbagai contoh norma adat istiadat atau budaya yang ada dalam kehidupan bermasyarakat.

   Ø Tidak Berfungsinya Lembaga Sosial Secara Optimal

Lembaga sosial yang tidak berfungsi secara optimal berkaitan dengan pola kepemimpinan anggota masyarakat yang menyalahgunakan kedudukan dan wewenang. Tindakan itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.Salah satu contoh tidak berfungsinya lembaga hukum secara optimal adalah lembaga hukum yang tidak melaksanakan peradilan secara baik karena praktik suap. Oknum peradilan yang melakukan tindakan tersebut bertujuan agar dapat memperbaiki standar atau taraf hidup. Cara memperoleh uang secara tidak jujur disebut korupsi.

   Ø  kriminalitas

tindakan segala sesuatu yang melanggar hukum atau sebuah tindak kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal. Biasanya yang dianggap kriminal merupakan seorang pencuri, pembunuh, perampok, atau teroris. dan iyu mengangu kehidupan sosial masyarakat yang sangat meresahkan.

Dengan adanya dampak perubahan sosial terhadap kehidupan, kita dapat mengetahuinya dan merasakannya seperti apa dampak perubahan sosial itu.dampak perubahan sosial terhadap kehidupan ada yang negatifnya da nada juga yang positifnya,kita hanya boleh mencontoh dari sisi positif dan tidak boleh mencontoh dari sisi negatif

  

Kesimpulan:

Perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi karena ketidak sesuaian antara unsur-unsur sosial yang berbeda sehingga terjadi ketidakserasian fungsi dalam kehidupan bermasyarakat.Perubahan sosial memiliki dampak terhadap terhadap masyarakat,ada pun dampak yang terjadi pada kehidupan masyarakat ialah dampak negatif dan dampak positif.dampak perubahan sosial terhadap kehidupan sangat terasa oleh kita sendiri,yang mana kita merasakan dampak dari sisi positif maupun di sisi negatif. Dampak dari sisi positif ada beberapa yaitu            perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,terciptanya lapangan pekerjaan,terciptanya tenaga kerja professional dan meningkatnya efektivitas dan efisiensi kerja,terciptanya rasa toleransi tinggi dan bebas berpendapat.sedangkan dari sisi negatifnya yaitu kondisi disintegrasi, kenakalan remaja,kriminalitas,tidak berfungsinya lembaga sosial,disorganisasi sosial dan eksitensi adat istiadat berkurang

 


[1] Raharjo Agung. 2010. Buku Kantong Sosiologi SMA Ips.Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Hal 64

[2] Philipus Ng Dan Nurul Aini. 2006. Sosiologi Dan Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal 69

[3] Dwi,vina.” Dampak perubahan sosial terhadap kehidupan” , 24 november 2020,

https://blog.ruangguru.com/mengenal-dampak-perubahan-sosial-terhadap-masyarakat

diakses 6 desember 2020

[4] https://dosensosiologi.com/dampak-perubahan-sosial diakses 6 desember 2020

 

DAFTAR PUSTAKA 

Dwi,vina.” Dampak perubahan sosial terhadap kehidupan”

https://blog.ruangguru.com/mengenal-dampak-perubahan-sosial-terhadap-masyarakat

diakses 6 desember 2020

https://dosensosiologi.com/dampak-perubahan-sosial

diakses 6 desember 2020

Raharjo Agung. 2010. Buku Kantong Sosiologi SMA Ips.Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Philipus Ng Dan Nurul Aini. 2006. Sosiologi Dan Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

  

MINUMAN KHAS MELAYU RIAU

Salsabila Asri Negara Indonesia memiliki berbagai macam masyarakat dengan latar belakang dan keinginan yang berbeda. Indonesia juga memp...