Thursday, 10 December 2020

HUBUNGAN SOSIOLOGI DENGAN ILMU YANG LAIN

Lili Agustina


Sosiologi adalah ilmu yang khusus mengkaji masyarakat. Para sosiolog berperan memberikan gambaran realitas sosial yang dikaji secara ilmiah dengan metode-metode tertentu guna mendapatkan ilmu pengetahuan.[1]

Sosiologi mempelajari tentang interaksi-interaksi yang terjadi di tengah masyarakat. Sejatinya masyarakat hidup berdampingan dan saling membutuhkan. Namun, ilmu sosiologi tidak hanya mengkaji tentang ilmu sosial masyarakatnya saja, tetapi ilmu sosiologi juga memiliki hubungan dengan ilmu sosial lainnya, yaitu :

        1.      Sosiologi Sebagai Ilmu Ekonomi

Ilmu ekonomi merupakan kajian untuk memperoleh barang-barang dan jasa produksi, distribusi, serta konsumsi. Suatu hubungan ataupun mata rantai penting antara ekonomi dan sosiologi adalah dua-duanya merupakan basis sosial tentang perilaku ekonomi. Uang tidak akan mudah berpindah keluar masuk bank dengan sendirinya atau sebagai jawaban atas kekuatan yang semata-mata bukan perseorangan. Hubungan sosiologi dan ekonomi bahwa ekonomi yang merupakan basis perilaku sosial yang ikut menentukan tipe dan bentuk interaksi mereka.[2]

Dalam melakukan interaksi yang berhubungan dengan masalah ekonomi seperti menjalankan usaha, tentunya ada interaksi antara penjual dan pembeli. Seorang penjual yang memiliki pelayanan yang baik, maka akan meningkatkan jumlah pembeli. Sama halnya yang terjadi di pasar tradisional, disana akan di jumpai berbagai suku dan agama dari tiap individu. Disinilah peran ilmu sosiologi dalam mengatasi perbedaan karakter setiap orang.

Ilmu ekonomi mempelajari usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam dengan keterbatasan barang dan jasa yang tersedia. Misalnya ilmu ekonomi berusaha memecahkan persoalan yang timbul karena tidak seimbangnya persediaan pangan dengan jumlah penduduk, serta mempelajari usaha menaikkan produksi guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Adapun sosiologi mempelajari unsur-unsur kemasyarakatan secara keseluruhan. Sosiologi mempelajari bagaimana manusia berinteraksi, bekerja sama, bersaing dalam upaya-upaya pemenuhan kebutuhan.[3]

Pembawaan karakter dari tiap suku tentunya berbeda, ada yang logat bahasanya keras, lembut dan mendayu-dayu. Dalam ilmu sosiologi menjelaskan tentang bagaimana cara berinteraksi kepada semua orang. Jika kita memahami cara berinteraksi dengan baik, semua usaha yang akan kita jalani akan berjalan dengan lancar.

        2.      Sosiologi Sebagai Ilmu Politik

Ilmu politik lebih memusatkan perhatiannya pada pemerintah dan penggunaan kekuatan politis. Para akademis tentang ilmu politik melihatnya terutama dari gagasan di belakang sistem pemerintahan pada operasi proses-proses politik itu. Para ahli sosiologi, pada sisi lain menjadi lebih tertarik pada pertanyaan-pertanyaan perilaku politik alasan orang-orang ikut serta berpolitik bergabung dalam pergerakan politik atau mendukung isu-isu politik hubungan antara politik dan institusi sosial lainnya.[4]

Dalam menjalani kehidupan berpolitik, tentu adanya interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Masyarakat yang terjun ke dunia politik harus mengetahui bagaimana cara berpolitik dengan baik, bagaimana cara berhubungan dengan masyarakat biasa dan mengetahui cara menyesuaikan diri dengan lingkungan politik dan ketika berada di lingkungan masyarakat biasa.

        3.      Sosiologi Sebagai Ilmu Sejarah

Ilmu sejarah melihat kebelakang, dalam suatu usahanya untuk menggambarkan suatu peristiwa, urutan, dan maknai tentang peristiwa yang lampau itu. Penyelidikan sejarah telah bergeser dari laporan tentang orang-orang dan tempat-tempat untuk menggambarkan kecendrungan sosial yang luas dari waktu ke waktu. Di dalam putaran mereka, para ahli sosiologi banyak meminjam peranan penyelidikan historis. Mereka telah memberikan gambaran atau menarik atas sejarah.[5]

Keduanya mempelajari kejadian dan hubungan yang dialami masyarakat/ manusia. Mulai dari bagaimana manusia itu ada hingga zaman modern saat ini. Pada masa pra sejarah, interaksi antar manusia belum seperti saat ini. Interaksi yang penuh dengan kesederhanaan menjadi ciri khas dari masyarakat pra sejarah. Pada saat ini banyak sekali masyarakat yang memandang tingkatan status seseorang, biasanya semakin tinggi status seseorang maka semakin di hormati. Hal ini lah yang di katakan perkembangan zaman, dan ini lah yang merupakan hubungan sosiologi dengan ilmu sejarah. Interaksi antar masyarakat mengalami perkembangan dari zaman ke zaman.

Banyak sekali metode dalam ilmu sosiologi. Salah satu metode yang digunakan dalam sosiologi adalah metode historis. Dalam perkara ini para sosiolog senantiasa memberikan berbagai macam persoalan sejarah kepada ahli sejarah sehingga ilmu sejarah ini akan dipengaruhi oleh perkembangan sosiologi. Oleh sebab itu antara ilmu sejarah dan ilmu sosiologi memiliki pengaruh timbal balik.

        4.      Sosiologi sebagai Ilmu Antropologi

Seorang manusia akan memiliki perilaku yang berbeda dengan manusia lainnya walaupun orang tersebut kembar siam. Ada yang baik hati suka menolong serta rajin menabung dan ada pula yang prilakunya jahat yang suka berbuat kriminal  menyakitkan hati. Manusia juga saling berhubungan satu sama lainnya dengan melakukan interaksi dan membuat kelompok dalam masyarakat. Hal-hal tersebut dapat dikaji dengan pendekatan antropologi dan sosiologi.[6]

Objek kajian sosiologi adalah masyarakat. Sedangkan objek kajian dari antropologi adalah budaya. Tentunya, masyarakat tidak lepas dari yang namanya budaya. Indonesia yang memiliki beragam suku, tentunya memiliki kebudayaan yang beragam. Keberagaman ini lah yang menjadi peran penting dalam ilmu sosiologi. Masyarakat harus bisa berinteraksi dengan keberagaman suku dan budaya dari masyarakat lain.

        5.      Sosiologi sebagai Ilmu Geografi

Contoh keterkaitan antara ilmu geografi dengan ilmu sosial terdapat di konsep esensial geografi, salah satunya adalah konsep interelasi dan interdependensi,  pengertian dari konsep tersebut adalah konsep tentang hubungan timbal balik antara dua tempat yang saling berkaitan. Sebagai contoh adalah kota sebagai pusat perdagangan yang tidak ada tempat untuk pertanian akan membutuhkan bahan pangan dari desa, sedangkan desa sebagai pusat bahan pangan akan menggantungkan berbagai macam kebutuhan seperti bahan bangunan, berbagai alat-alat rumah tangga, dan sebagainya dari kota. Sehingga hal ini mengakibatkan adanya interaksi yang terjadi antara masyarakat di desa dan masyarakat kota. Dari interaksi tersebut akan ada pola kebudayaan baru yang masuk dari kota ke desa, sehingga lama kelamaan budaya dari desa akan hilang karena sudah tergantikan oleh budaya baru dari kota.[7]

Selain itu, banyaknya program kependudukan dari pemerintah salah satunya imigrasi. Sama-sama kita ketahui imigrasi ini adalah perpindahan penduduk. Suatu wilayah yang sudah melebihi kapasitas atau tidak lagi mendukung sektor perekonomiannya, maka dilakukanlah imigrasi. Misalkan saja imigrasi satu keluarga yang berasal dari Riau yag hendak pindah ke pulau Jawa. Tentunya kebiasaan adat istiadat dan  bahasa yang di bawa sudah tentu berbeda dengan orang-orang yang tinggal asli di pulau jawa.

Maka dari itu, ilmu geografi sangat erat hubungannya dengan ilmu sosiologi dalam menghadapi atau menyikapi hal ini. Seseorang harus belajar bagaimana menjadi individu yang bisa berbaur di mana saja, dan menjalani kehidupan dengan baik.


KESIMPULAN

Ilmu sosiologi tidak hanya berkaitan dengan ruang lingkupnya saja, namun juga memiliki hubungan yang erat dengan ilmu-ilmu yang lain, seperti ilmu ekonomi, ilmu politik, ilmu sejarah, ilmu antropologi dan ilmu geografi.

Manusia yang hidup berdampingan, membuat semua aspek ilmu ini saling terhubung. Misalnya saja dalam kehidupan di pasar terdapat ilmu sosiologi yaitu tentang bagaimana cara berinteraksi antara penjual dengan pembeli, pembeli dengan pembeli, dan penjual sesama penjual. Hal ini terjadi sangat dekat dengan kita dan bahkan selalu kita alami. Jadi, ilmu sosiologi ini sangat penting untuk kita pelajari, terlebih ilmu sosiologi sangat memiliki hubungan erat dengan ilmu yang lainnya.

 


[1] Elisanti, Tintin Rostini. Sosiologi 1 . Pusat Pembukuan. Jakarta. Hlm 3

[2] Dr. Hj.Binti Maunah,M.Pd.i. Sosiologi Pendidikan. Media Akademi. Yogyakarta. Hlm 17

[3]Slampack Cuacep. “Hubungan Sosiologi dengan  Ilmu Lainnya.”, https://academia.edu/8084741/HUBUNGAN_SOSIOLOGI_DENGAN_ILMU_LAINNYA?auto=download.

[4] Dr. Hj.Binti Maunah,M.Pd.i.Sosiologi Pendidikan. Media Akademi. Yogyakarta. Hlm 17

[5] Dr. Hj.Binti Maunah,M.Pd.i.Sosiologi Pendidikan. Media Akademi. Yogyakarta. Hlm 17

[6]Slampack Cuacep. “Hubungan Sosiologi dengan  Ilmu Lainnya.”, https://academia.edu/8084741/HUBUNGAN_SOSIOLOGI_DENGAN_ILMU_LAINNYA?auto=download.

[7]Slampack Cuacep. “Hubungan Sosiologi dengan  Ilmu Lainnya.”, https://academia.edu/8084741/HUBUNGAN_SOSIOLOGI_DENGAN_ILMU_LAINNYA?auto=download.

  

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Hj. Binti Maunah,M.Pd.i. 2016. Sosiologi Pendidikan. Media Akademi. Yogyakarta

Elisanti, Tintin Rostini. 2009. Sosiologi 1. Pusat Pembukuan. Jakarta.

Slampack Cuacep. “Hubungan Sosiologi dengan  Ilmu Lainnya.”, https://academia.edu/8084741/HUBUNGAN_SOSIOLOGI_DENGAN_ILMU_LAINNYA?auto=download.

Peran dan Fungsi Lembaga/Pranata Keluarga

Erlina Manurung


Keluarga merupakan unit/bagian terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari Ayah, Ibu dan Anak. Dalam sebuah keluarga diatur hubungan antara anggota keluarga sehingga mempunyai peran dan fungsi sendiri-sendiri. Keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama bagi seorang anak. Memalui keluarga, anak mulai dilatih dan diperkenalkan cara-cara hidup bersama dengan orang lain. Orangtua juga akan memeperkenalkan aturan-aturan yang berlaku di masyarakat. [[1]]

Pranata keluarga juga merupakan kelompok terpenting bagi pertumbuhan anak, karena didalam keluarga akan dibentuk perilaku-perilaku anak. Pada hakikatnya tidak ada anak yang tidak memiliki keluarga, karena begitu anak lahir oang pertama yang diketahuinya adalah keluarga, karena itulah keluarga memiliki peran dan fungsi penting dalam kehidupan anggotan keluarganya.

Berdasarkan orientasi atau proses pembentukannya, Hoton dan Hunt (1987) membedakan antara keluarga konjugal (keluarga inti) dengan keluarga konsanguinal (keluarga kerabat). Keluarga konjugal dibentuk oleh perkawinan. Anggota keluarga konjugal adalah suami, istri dan anak-anak yang belum kawin. Dalam keluarga ini , anggota lebih menekankan pada pentingnya hubungan perkawinan daripada hubungan darah. Sedangkan keluarga konsanguinal adalah keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan. Sering disebut sebagai the family of orientation. Didalam keluarga konsanguinal ini hubungan darah lebih dipentingkan daripada hubungan perkawinan. Tidak semua pranata sosial dasar ini dijumpa pada suatu masyarakat atau suku bangsa. Ada beberapa pranata sosial dasar yang berhubungan dengan keluarga inti, yaitu :

·         Pranata kencan (dating).

Kecan merupakan perjanjian soasial yang secara kebetulan dilakukan oleh dua individu yang berlain jenis kelaminnya untuk saling mengenal da menyelidiki kepribadian mereka sebelum mengikatkan diri dalam suatu perkawinan. Tidak semua keluarga mengikuti pranata sosial kencan ini. Dalam suatu masyarakat ada juga dimana jodoh itu ditentukan oleh orang tua, maka pranata kencan tidak dijumpai bahkan dilarang.

·         Pranata peminangan.

Setelah pranata kencan berhasil maka akan dilanjutkan dengan peminangan, yaitu permintaan untuk menjalin hubungan eksklusif antara dua orang tersebut yang akan melangsungkan perkawinan. Peminangan dapat dilakukan oleh keluarga laki-laki atau keluarga perempuan, sesuai dengan pranata sosial yang berlaku. Pada masyarakat Minangkabau peminangan dilakukan oleh pihak perempuan. Pada masyarakat lainnya banyak juga dilakukan oleh pihak laki-laki.

·         Pranata pertunangan (mate-selection)

Diartikan sebagai hubungan yang diumumkan secara resmi/formal diantara laki-laki dengan perempuan yang bermaksud untuk menikah. Pranata pertunangan ini lebih banyak dikenal di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Utara. Sementara di masyarakat Asia, pertunangan hanya dilakukan oleh kalangan tertentu, biasanya dikalangan menengah ke atas atau orang kota.

·         Pranata perkawinan (marriage)

Pranata terakhir yang berkaitan dengan pembentukan keluarga inti, yang secara sosiologis dapat diartikan sebagai ikatan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang terbentuk melalui persetujuan masyarakat. Konsekuensi disuatu perkawinan adalah adanya status baru yang diikuti dengan sederet hak dan kewajiban atau tanggung jawab yang baru.[[2]]

Peran Lembaga / Pranata Keluarga

Peran keluarga adalah membina dan membimbing anggota keluarganya untuk beradaptasi dengan lingkungannya, baik itu lingkungan fisik dan lingkungan budaya dimana ia berada. Sehingga anggota keluarga tidak kehilangan. Keluarga juga berperan untuk memperkenalkan kepada anggota kelurganya tentang kondisi yang ada dilingkungannya. Peran keluarga memegang kendali dalam keberlangsungan hidup anggota keluarganya, karena keluarga berperan sebagai identitas dari seluruh anggota keluarga.

Fungsi Lembaga / Pranata Keluarga

·         Fungsi Biologis

Setiap manusia memiliki kebutuhan biologis, baik itu laki-laki atau perempuan. Dalam memenuhi kebutuhan biologis tersebut maka terjadi perkembangbiakkan berupa keturunan sehingga menjadi sebuah anggota keluarga melalui satu pernikahan yang sah.

·         Fungsi Protektif (perlindungan)

Salah satu untuk membentuk suatu keluarga adalah untuk mendapatkan keterjaminan dan perlindungan baik secara fisik maupun psikologis.

·         Fungsi Ekonomi.

Fungsi ekonomi dari keluarga adalah pencarian nafkah, perencanaan dan penggunaannya.

·         Fungsi Edukatif

Keluarga merupakan salah satu lingkungan pendidikan pertama kali diterima dan diserap oleh anak. Ayah dan ibu memiliki peran aktif dalam memberikan pendidikan dikeluarganya.

·         Fungsi Sosialisasi.

Karena keluarga memiliki keterkaitan yang erat terhadap fungsi edukatif, sehingga didalamnya juga ada unsur sosialisasi untuk memberikan arahan bagi anggota keluarganya tentang aturan-aturan dan norma yang ada di masyarakat.

·         Fungsi Afeksi.

Ketika anak masih kecil, fungsi afeksi berperan sangat penting. Anak dapat merasakan dan menangkap sebuah perasaan orangtuanya pada saat anak berkomunikasi dengannya. Sehingga anak sangat membutuhkan kehangatan perasaan dari orangtuanya. Maka, orangtua harus menjalankan fungsi afeksi ini dengan baik agar anak memiliki jiwa yang sehat. [[3]]

·         Fungsi Penentuan Status.

Pada masyarakat berkasta dimana status seseorang lebih banyak diberikan berdasarkan keturunan. Keluarga berfungsi mewariskan status sosial kepada para anggota keluarganya. Misalnya status sebagai bangsawan atau kedudukan dalam kasta.

·         Fungsi Pemeliharaan.

Keluarga pada dasarnya memiliki fungsi memelihara anggota-anggotanya sehingga mereka dapat hidup dengan nyaman dan terbebaskan dari berbagai penderitaan, termasuk penyakit-penyakit. Fungsi pemeliharaan ini sangat dirasakan oleh para anggota keluarga yang masih dibawah usia 5 tahun, juga bagi anggota yang telah lanjut usia.[[4]]

 

        Kesimpulan

Keluarga merupakan unit sosial terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Dari keluarga melahirkan individu dengan berbagai bentuk kepribadian dalam masyarakat. Peran keluarga adalah membina dan membimbing anggota keluarganya untuk beradaptasi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik dan lingkungan budaya dimana ia berada, dan pranata keluarga juga berperan sebagai identitas dari anggota keluarga tersebut. Keluarga terbentuk dari perkawinan sah menurut agama, adat adan pemerintah.  Keluarga juga memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi biologis, fungsi protektif/perlindungan, fungsi ekonomi, fungsi edukatif, fungsi sosialisasi, fungsi afeksi, fungsi penentuan status dan fungsi pemeliharaan.



[[1]] Santosa, Agus. 2009. Pranata Sosial: Pengertian, Tipe dan Fungsi. Yogyakarta: Word Press. hlm. 8.

[[2]] Santosa, Agus. 2009. Pranata Sosial: Pengertian, Tipe dan Fungsi. Yogyakarta: Word Press. hlm. 9.

[[3]] Andri Setiawan, Tenia Kurniawati. 2020. Modul Ilmu Pengetahuan Sosial Edisi PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) pada masa pandemi covid-19. Malang: Ahlimedia Press.

[[4]] Santosa, Agus. 2009. Pranata Sosial: Pengertian, Tipe dan Fungsi. Yogyakarta: Word Press. hlm. 12.

 

DAFTAR PUSTAKA 

Santosa, Agus. 2009. Pranata Sosial: Pengertian, Tipe dan Fungsi. Yogyakarta: Word Press.

Andri Setiawan, Tenia Kurniawati. 2020. Modul Ilmu Pengetahuan Sosial Edisi PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) pada masa pandemi covid-19. Malang: Ahlimedia Press.

 

KETERATURAN SOSIAL

VIBIOLA ANANDA PUTRI


Keteraturan sosial adalah suatu kondisi masyarakat yang mematuhi nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Wujud keteraturan sosial dapat dihihat dalam kehidupan masyarakat yang aman, tertib, sahing menghormati, dan mengedepankan gotong royong. Keteraturan sosial dalam masyarakat dapat terbentuk melalui unsur-unsur yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat. Keteraturan sosial identik dengan kondisi sosial yang stabil dan hubungan sosial antarindividu atau masyarakat yang harmonis. Kondisi stabil tercermin dengan adanya pola perilaku sosial yang selaras dengan nilai dan norma yang berlaku.

Menurut Email Durkheim prinsip keteraturan sosial pada dasarnya adalah karena setiap orang, individu baik secara kognitif, emosional dan seluruh perilakunya selalu dan pada dasarnya sesuai dengan fakta sosial[1]. Melalui interaksi sosial, manusia saling bekerja sama, menghargai, menghormati, hidup rukun dan gotong royong. Sikap-sikap tersebut mampu menciptakan keteraturan dan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat yang mendorong munculnya keteraturan sosial[2]. Keteraturan sosial merupakan suatu kondisi yang sendi-sendi kehidupan bermasyarakatnya berjalan tertib dan teratur sehingga tujuan kehidupan bermasyarakat dapat tercapai. Ciri-ciri terbentuknya ketertiban sosial yaitu:

a.    Terdapat suatu sistem nilai dan norma yang berlaku

b.    Individu atau kelompok memahami dan mengetahui nilai dan norma yang berlaku.

c.    Individu atau kelompok menaati nilai dan norma dengan sebaik-baiknya.

Beberapa unsur keteraturan sosial[3]:

1.    Tertib Sosial

Tertib sosial adalah keadaan masyarakat dengan kehidupan tertib dan teratur sebagai hasil dari interaksi sosial yang berjalan harmonis. Sebagai contoh, masyarakat yang menggunakan jalan raya. Pengguna jalan raya yang memahami norma yang berlaku akan menaati aturan lalu lintas. Sementara itu, pengguna jalan yang tidak memahami norma sosial akan melanggar aturan lalu hintas.

2.    Order

Order adalah sistem norma dan nilal sosial yang berkembang, diakui, dan dipatuhi oleh seluruh anggota masyaralat. Order dapat tercapai apabila terdapat tertib soial dan setiap individu melaksanakan hak serta kewajibannya. Contoh order adaah adat istiadat yang dijadikan pedoman dalam Kehidupan kehidupan sehari-hari, khususnya dalam kehidupan masyarakat, dari dahulu sampai dengan pada saat ini.

 

3.    Keajekan

Keajekan adalah kondisi yang berkaiatan erat dengan keteraturan sosial, dimana kondisi ini berlangsung tetap serta berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu, Keajekan ini juga adalah hasil hubungan yang terjadi dalam rutinitas kehidupan manusia. Misalnya, dalam lembaga pendidikan, khsusnya untuk setiap peserta didik yang selalu datang setiap pagi ke sekolah. Atau para petani sawah yang selalu membawa peralatan pertanian setaip harinya. Merupakan salah satu contoh dalam keterauran sosial.

4.    Pola

Pola adalah corak yang mengakibatkan hubungan tepat dalam proses interaksi sosial, sehingga seringakli keadaan ini dijakan sebagai model secara genral karena dianggap mampu mengatasi dan mengantisipasi perubahan sosial yang berdampak pada hal negatif. Contoh pola dalam kehidupan bermasyarakat adalah musyawarah yang seringkali dijadikan oleh masyarakat sebagai cara menyelesaikan masalah, hal ini lantaran pola dam bermusyawarah sudah teruji penggunaannya dalam menyelesaikan masalah.

 

Syarat-syarat Keteraturan sosial

1.    Terdapat kesadaran warga tentang pentingnya keteraturan masyarakat.

2.    Terdapat norma sosial yang dianggap sesuai dengan keadaan butuh terhadap peradaban yang terjadi pada kehidupan bermasyarakat.

3.    Terdapat aparat penegak hukum dalam Lembaga Hukum yang haruslah konsisten untuk bisa mensjalankan segala tugas, fungsi, dan wewenangnya dalam menejalakan amanah yang diembannya

Faktor Pendorong dan Penghambat Keteraturan Sosial

1.    Faktor Pendorong Keteraturan Sosial

a)  Kerjasama ialah salah satu bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang bertujuan untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan Bersama

b)  Akomodasi yaitu sebuah upaya untuk mencapai penyelesaian dari suatu konflik atau pertikaian

c)  Asimilasi merupakan proses penyesuaian dua atau lebih budaya masyarakat yang berbeda menjadi satu budaya hasil perpaduan atau peleburan budaya-budaya sebelumnya.

d)  Akulturasi artinya proses penyesuaian dua dua atau lebih budaya masyarakat yang berbeda menjadi satu tanpa menghilangkan kepribadian budaya asli masing-masing.

2.    Faktor Penghambat Keteraturan Sosial

a)    Persaingan yakni suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu agar mendapatkan kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.

b)   Kontravensi merupakan segala bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan bertentangan atau konflik.

c)    Pertentangan atau konflik sosial adalah beberapa proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal antar orang yang bertikai.

Contoh mengenai keteraturan sosial  yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat adalah terjadinya kegiatan untuk saling mengingatkan antar teman, tetangga, dan saudara mengenai kegiatan pelanggaran, baik pencurian, mencontek, atau kegiatan lainnya. Hal ini sudah tergolong dalam keteraturan sosial, lantaran dengan cara inilah teman yang ada disekeliling kita akan kembali mengingatkan ketka kita mengelami permasalahan[4].

  

 

Kesimpulan

Keteraturan sosial diperlukan dalam suatu masyarakat memiliki tujuan-tujuan atau cita-cita tertentu. Jadi untuk mencapai tujuan-tujuan ini, maka keteraturan sosial sangat diperlukan. Tanpa keteraturan, mustahil tujuan-tujuan itu dapat dicapai. Ada banyak tujuan yang ingin dicapai oleh suatu masyarakat antara lain kehidupan yang aman dan tentram, pembangunan yang berhasil, dan stabilitas yang mantap. Hubungan antara keteraturan sosial dan interaksi sosialadalah, keteraturan sosial tidak akan tercipta tanpa adanyainteraksi sosial yang selaras dan serasi adengan nilai-nilai dannorma-norma sosial yang ada. Masyarakat yang teratur hanya dapat dicapai apabila setiap individu melaksanakan kewajiban dan menerima haknya dari orang lain. Salah satu kewajiban yang harus dilakukan individu agar terwujud keteraturan sosial adalah menaati norma dan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat tersebut. keteraturan sosial tidak terlepas dari unsur-unsur, nilai-nilai, kebudayaan dan sikap yang menjadikan dasar dalam menentukan sesuatu yang penting dan benar.

 



[1] Yustinus Suhardi Ruman. Keteraturan Sosial, Norma dan Hukum : Sebuah Penjelasan sosiologis. Jurnal Hukum Prior’s. Vol. 2, No. 2, Februari 2009. Hal. 107

[2] Waluyo, M.Hum. Ilmu Pengetahuan Sosial. 2008. Hal. 45

[4] Taufiq Rohman Dhohiri, M.Si. Sosiologi. 2007. Hal. 75

  

DARTAR PUSTAKA

Rohman, Dhohiri Taufiq. 2007. Sosiologi. Yudhistyra. Jakarta.

Sidiqharim. “Keteraturan Sosial”, https://sosiologis.com/keteraturan-sosial#:~:text=Keteraturan%20sosial%20identik%20dengan%20kondisi,nilai%20dan%20norma%20yang%20berlaku.

Waluyo. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial. Intan Pariwara. Jakarta.

Suhardi, Ruman Yustinus. Keteraturan Sosial, Norma dan Hukum : Sebuah Penjelasan sosiologis. Jurnal Hukum    Prior’s. Vol. 2, No. 2, Februari 2009

 

MINUMAN KHAS MELAYU RIAU

Salsabila Asri Negara Indonesia memiliki berbagai macam masyarakat dengan latar belakang dan keinginan yang berbeda. Indonesia juga memp...