Sunday, 13 December 2020

Hubungan Antar Kebudayaan

PUTRI SALWA AMALINA


Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,kepercayaan, nilai, makna, hirarki,agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui individu dan kelompok. Budaya menampakan diri dalam pola-pola bahasa dan dalam bentuk-bentuk kegiatan dan prilaku yang berfungsi sebagai model-model bagi tindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orang-orang tinggal dalam suatu masyarakat disuatu lingkungan geografis tertentu pada suatu tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu. [1]

Istilah kebudayaan telah digunakan untuk merujuk pada macam-macam tingkat lingkupan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya istilah kebudayaan mencakup beberapa pengertian sebagai berikut :[2]

  1. Kawasan-kawasan di dunia, misalnya: budaya timur, budaya barat.
  2. Subkawasan-kawasan di dunia, misalnya: budaya Amerika Utara, budaya Asia Tenggara.
  3. Nasional /negara, misalnya : budaya Indonesia, budaya Perancis, budaya Jepang.
  4. Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara seperti: budaya orang Amerika Hitam, Budaya Amerika Asia, Budaya Cina-Indonesia.
  5. Macam-macam subkelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin, kelas sosial, coundercultures (budaya Hippis, budaya orang di penjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan).

Salah satu alasan penting dalam melakukan hubungan antarkebudayaan, yaitu adanya kesadaran dari diri invidu untuk menonjolkan budayanya sendiri. Dalam melakukan hubungan dengan budaya satu dan budaya lainnya dapat menimbulkan kecemasan, konflik atau permasalahan nantinya. Permasalahan tersebut dapat dihindarkan atau dapat diatasi jika kita bisa beradaptasi terhadap situasi budaya tersebut.

Unsur-unsur hubungan antarkebudayaan :

1. Komunikator

Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan kepada budaya tersebut. Tentunya seorang komunikator sudah mampu dalam memilah kata dalam menyampaikan suatu pesan dan bagaimana gerak tubuh seorang komunikator. Seorang komunikator adalah orang yang berasal dari kebudayaan yang berbeda dalam menjalin hubungan dengan budaya lain.

2. Pesan

Pesan adalah suatu ide atau gagasan yang disampaikan seorang komunikator kepada komunikan. Pesan merupakan tujuan utama dalam terjalinnya hubungan dengan kebudayaan lain. Pesan yang secara baik akan menghasilkan hubungan antarkebudayaan yang terjalin dengan baik pula. Namun, jika pesan yang disampaikan tidak memperhatikan aspek-aspek dalam menyampaikan pesan maka yang akan muncul adalah konflik antarkebudayaan.

3. Komunikan

Komunikan adalah pihak yang menerima pesan, kemudian memahami makna yang disampaikan suatu persepsi seorang komunikan. Komunikan dapat berupa individu atau kelompok. Persepsi dan interpretasi seseorang berbeda-beda tergantung kualitas diri seorang komunikan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dan interpretasi adalah pengalaman, sikap dan prilaku, kemampuan berkomunikasi, konsep diri, kebudayaan, harapan, perasaan, dan keluarga.[3]

4. Media

Media adalah tempat atau alat yang dilakukan seorang komunikator dalam mengirim pesan kepada komunikan. Media yang dapat dilakukan seperti media cetak, media elektronik, dan media tertulis. Namun, biasanya seorang komunikator dalam menyampaikan tujuan dari menjalin hubungan melalui tatap muka secara langsung tanpa melalui media tersebut.

5. Efek atau umpan balik

Umpan balik adalah tanggapan dari pesan yang disampaikan oleh komunikator. Tentunya setelah menyampaikan pesan pasti ada umpan balik dari seorang komunikan. Umpan balik tersebut yang ditunggu seorang komunikan dalam mengetahui reaksi atau tanggapan dari komunikator.

6. Suasana

Dalam menjalin hubungan antar kebudayaan tentunya memiliki suasana, sehingga suasana bisa dikatakan suatu faktor penting dalam hubungan antar kebudayaan. Suasana meliputi suasana sosial, suasana psikolog, dan suasana waktu serta ruang.

7. Gangguan

Gangguan adalah hal yang menjadi penghambat dalam terjalinnya hubungan antara kebudayaan satu dengan kebudayaan lainnya. Penghambat dapat terjadi karena media, pesan, komunikan, dan komunikator.

Cara melaksanakan hubungan antarkebudayaan :

  1. Mempelajari budaya daerah tersebut. Tentunya seseorang yang memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan kebudayaan lain perlu mempelajari budaya daerah itu juga.
  2. Meningkatkan keterampilan dalam mempelajari bahasa dari budaya tersebut. Budaya yang berbeda tentunya memiliki bahasa ciri khas masing-masing. Jika kita mampu dalam berinteraksi dengan budaya tersebut akan menjadi peluang baik dalam beradaptasi dengan kebudayaan itu.
  3. Negosiasi antarkebudayaan. Ketika akan melakukan negosiasi dengan negara yang memiliki perbedaan dalam hal gaya hidup, makanan, dll. Maka, harus menunjukkan sikap yang hormat, luwes, sabar, dan menghargai kebudayaan mereka.

Memahami Perbedaan Budaya

            Indonesia memiliki keberagaman macam daerah dan budaya. Tentunya keberagaman tersebut adalah hal yang harusnya mempersatukan mereka. Namun, tidak jarang pula perbedaan budaya yang dimiliki akan menjadi malapetaka bagi indonesia sendiri. Bagaimana tidak, beragam budaya dimiliki namun masing-masing individu selalu menganggap budayanya lebih benar dibanding kebudayaan lain. Berbagai macam budaya. Maka, berbagai macam pula lah gaya kehidupannya, komunikasinya, cara makannya, norma kehidupannya dan kepercayaan yang dimiliki budaya tersebut. Inti, dari memahami perbedaan budaya adalah toleransi. Toleransi adalah faktor penting dalam memahami perbedaan budaya. Budaya satu harus saling toleransi dan menghargai kebudayaan daerah lainnya pula.


Kesimpulan

Salah satu alasan penting dalam melakukan hubungan antarkebudayaan, yaitu adanya kesadaran dari diri invidu untuk menonjolkan budayanya sendiri. Dalam melakukan hubungan dengan budaya satu dan budaya lainnya dapat menimbulkan kecemasan, konflik atau permasalahan nantinya. Permasalahan tersebut dapat dihindarkan atau dapat diatasi jika kita bisa beradaptasi terhadap situasi budaya tersebut.

Cara melaksanakan hubungan antarkebudayaan :

        1.      Mempelajari budaya daerah tersebut.

        2.      Meningkatkan keterampilan dalam mempelajari bahasa dari budaya tersebut.

        3.      Negosiasi antarkebudayaan.

Inti, dari memahami perbedaan budaya adalah toleransi. Toleransi adalah faktor penting dalam memahami perbedaan budaya. Budaya satu harus saling toleransi dan menghargai kebudayaan daerah lainnya pula.



[1] Deddy Mulyanan & Jalaludin Rakhmat. 2006. Komunikas Antar Budaya Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. Hal. 58-63.

[2] Suryandari, Nikmah. 2019. Buku Ajar Komunikasi Lintas Budaya. Surabaya : CV. Putra Media Nusantara. Hal. 16.

[3] Wahyono, Agus. 2016. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Jawa Tengah : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Hal. 18.

 

DAFTAR PUSTAKA 

Deddy Mulyanan & Jalaludin Rakhmat. 2006. Komunikas Antar Budaya Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

Suryandari, Nikmah. 2019. Buku Ajar Komunikasi Lintas Budaya. Surabaya : CV. Putra Media Nusantara.

Wahyono, Agus. 2016. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Jawa Tengah : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat.

 

Permainan Kaki Anggau

Santa Brigita Erawati Silaban


Permainan kaki anggau merupakan permainan tradisional yang ada dan tersebar di seluruh Indonesia namun memiliki nama yang berbeda-beda di setiap daerah. Umumnya, kita menyebutnya dengan engrang atau egrang. Orang Minangkabau menyebutnya tengkak-tengkak, orang Jawa Tengah menyebutnya jangkungan, dan dalam Bahasa Banjar di Kalimantan Selatan disebut batungkau. Permainan ini mulai dimainkan sejak dulu di berbagai tempat pedesaan dan perkotaan oleh anak laki-laki yang berusia 7-13 tahun, tetapi seiring berjalannya waktu, anggau juga dimainkan oleh perempuan. Permainan anggau ini dimainkan dengan menggunakan dua batang bambu atau kayu yang digunakan sebagai pengganti kaki tetapi masyarakat lebih sering menggunakan bambu. Jenis bambu yang biasa dipakai adalah bambu apus atau wulung dibanding bambu petung yang ukurannya besar dan mudah patah.

Umumnya, panjang masing-masing bambu yang digunakan sekitar dua setengah meter, tergantung panjang kaki pemain. Bambu yang digunakan pun harus sama panjang. Untuk membuatnya, lubangi bambu tersebut di bagian bawah atau kurang lebih 30 cm dari permukaan tanah. Selanjutnya, potong dua buah bambu lain berukuran 30 cm dan dimasukkan ke dalam lubang yang tadi. Bambu yang kecil berguna sebagai pijakan kaki. Adapun bambu yang panjang sebagai tempat berpegangan.

Permainan ini bisa dimainkan di tanah, di lapangan, di pinggir pantai, atau di jalanan Luas arena permainannya kurang lebih tujuh sampai lima belas meter dan lebar empat sampai lima meter. Anggau biasa dimainkan di atas tanah untuk menjaga keamanan pemain anggau agar tidak terluka saat terjatuh karena permainan anggau membutuhkan bidang datar dan kokoh agar memudahkan berjalan di anggau. Selain untuk bersenang-senang, permainan anggau juga biasa dijadikan kompetisi baik di lingkungan pedesaan, perkotaan maupun lingkungan sekolah jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Tantangan yang akan dihadapi dalam permainan kaki anggau adalah menjaga keseimbangan tubuh saat berdiri. Langkah pertama yang kita lakukan saat menggunakan kaki anggau adalah menaikkan kaki ke pijakan pada anggau sambil berpegangan pada gagang anggau. Setelah itu kita berjalan menggunakan anggau. Saat pertama kali bermain anggau, sebaiknya kita mulai secara perlahan dan langkah demi langkah untuk menghindari cedera saat bermain. Kemudian bersikaplah tenang agar tubuh bisa berdiri tegak dan anggau tidak goyang.

Kompetisi yang dilakukan adalah berlomba lari menggunakan anggau dan perlombaan menjatuhkan lawan dengan saling memukul anggau lawan. Perlombaan ini biasa dilakukan oleh 2-5 orang, baik secara individu maupun berkelompok. Untuk kompetisi lomba lari dengan anggau, dibutuhkan 2-5 pemain dalam satu ronde. Para pemain berdiri di kaki anggau di garis start. Perlombaan ini membutuhkan seorang wasit untuk memberi aba-aba perlombaan dimulai ataupun selesai. Aba-aba lomba lari di garis start permainan anggau berbeda dengan lomba lari biasanya. Pemain tidak perlu menggunakan start jongkok maupun start berdiri. Wasit hanya perlu menghitung satu sampai tiga, setelah itu para pemain berlari. Jika tidak ada wasit, pemberian aba-aba bisa dilakukan oleh penonton maupun pemain lain yang sedang tidak berlomba. Aturan perlombaan anggau cukup sederhana. Siapa yang sampai di garis finish, dialah pemenangnya.

Sementara, untuk perlombaan saling menjatuhkan lawan, dibutuhkan paling sedikit 2 orang. Aturan bermainnya cukup mudah. Kedua peserta hanya perlu berdiri di atas kaki anggau secara berhadapan sambil menunggu aba-aba. Saat perlombaan dimulai, kedua pemain boleh saling mengadu bambu atau kayu anggau hingga lawan terjatuh. Siapa yang bisa tetap berdiri di akhir permainan, maka dialah pemenangnya. Sedangkan pemain yang terjatuh maka akan dianggap gugur atau kalah.

Selain untuk melatih kita menjaga keseimbangan tubuh, permainan kaki anggau juga dapat melatih fokus dan konsentrasi. Saat berdiri di anggau, kita harus tetap fokus untuk menjaga keseimbangan tubuh. Melatih fokus dan konsentrasi sangat penting bagi pelajar agar tidak mudah terpengaruh sekitar saat sedang belajar sehingga mudah menangkap dan mengerti ilmu yang diberikan guru. Permainan kaki anggau dilakukan diluar rumah dan membutuhkan tenaga dapat dijadikan sebagai olahraga sehingga badan lebih sehat dan bugar. Bermain anggau bersama teman-teman juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk menghindari stress karena tekanan saat belajar yang dialami anak-anak dan remaja.

Permainan kaki anggau dapat menumbuhkan sifat kompetitif bagi anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa. Sifat kompetitif sangat dibutuhkan dalam kehidupan ini supaya kita mau terus berkembang dan tidak tertinggal dari orang lain. Bagi anak-anak dan remaja, sifat kompetitif sangat dibutuhkan saat belajar di sekolah untuk terus belajar dan meningkatkan prestasi supaya berguna bagi diri sendiri bahkan nusa dan bangsa. Bagi orang dewasa, sifat kompetitif dibutuhkan dalam dunia kerja. Saat mencari kerja, kita bersaing dengan ribuan bahkan jutaan pencari kerja lainnya. Bahkan saat sudah memiliki pekerjaan pun kita tetap terus bersaing untuk mendapatkan posisi yang kita inginkan.

Bermain anggau bersama teman-teman juga bermanfaat untuk melatih sosialisasi kita. Anak yang jarang keluar rumah dan bermain dengan teman sebayanya cenderung menjadi pendiam dan sulit bergaul. Manfaat bermain anggau yang lainnya adalah melatih ketangkasan dan kelincahan tubuh dan pikiran. Saat bermain anggau, kita membutuhkan tangan dan kaki yang lincah dan cepat saat anggau mulai goyang dan tubuh mulai tidak seimbang. Melatih ketangkasan pikiran dapat dilihat dari cara kita memikirkan taktik yang harus dilakukan saat mulai tertinggal lawan saat sedang berlomba lari dan taktik menjatuhkan lawan saat tubuh lawan lebih besar dari kita.

Sayangnya, di zaman sekarang permainan kaki anggau atau engrang mulai jarang dimainkan. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, yaitu, pertama karena bermain anggau cukup sulit. Menjaga keseimbangan tubuh dan menjaga konsentrasi saat berdiri di anggau bukanlah hal yang mudah karena saat kita takut dan tidak yakin, maka kaki kita akan sulit berdiri dengan kokoh. Kedua, latihan permainan kaki anggau membutuhkan waktu yang lama. Sementara, anak-anak di zaman sekarang lebih menyukai sesuatu yang dapat dilakukan dengan mudah dan singkat.

Sulitnya mendapatkan jenis bambu yang kuat dan kokoh di kota besar juga merupakan faktor penyebab anggau mulai jarang dimainkan. Faktor keempat adalah orangtua yang tidak memperkenalkan adanya permainan tradisional ini. Faktor yang terakhir adalah karena perkembangan game online yang sangat cepat dan memiliki pengaruh yang besar. Game online pun mudah dilakukan dimana saja saat kita memiliki waktu luang. Sayangnya, permainan kaki anggau di masa kini sudah berada di museum dan lembaga penelitian tentang ilmu sejarah dan budaya.

Setiap permainan tentunya memiliki nilai-nilai dan pesan yang terkandung didalamnya, termasuk permainan tradisional. Nilai tersebut bisa nilai sosial maupun nilai budaya. Nilai yang pertama adalah nilai kerja keras dan pantang menyerah. Kerja keras tampak dari perjuangan para peserta perlombaan yang berusaha untuk menang dan terus berlari hingga sampai ke garis finish. Nilai yang kedua adalah nilai keuletan. Agar bisa berdiri, berjalan, bahkan berlari menggunakan anggau dibutuhkan latihan yang giat dan rutin. Waktu latihan yang tidak sebentar dan tenaga yang dibutuhkan juga tidak sedikit, akan mendorong kita untuk terus latihan.

Nilai yang ketiga adalah nilai kreativitas dan ketelitian. Membuat anggau yang kuat, sama panjang dan nyaman digunakan juga membutuhkan kreativitas dan ketelitian. Jika panjang bambu dan letak pijakan tidak sejajar, maka sulit bagi kita untuk menyeimbangkan tubuh. Ketiga adalah nilai sportivitas. Dalam sebuah permainan pasti ada yang menang dan kalah. Cara kita menerima kekalahan saat kalah dan tetap menghargai yang kalah saat menang adalah yang terpenting. Sebaiknya kita menghindari rasa iri hati yang timbul saat mengalami kekalahan.

 

Kesimpulan

Jadi, permainan kaki anggau atau engrang merupakan permainan tradisional yang terbuat dari 2 buah bambu atau kayu yang ukurannya sama panjang dan memiliki pijakan. Untuk bisa bermain kaki anggau, dibutuhkan konsentrasi dan keseimbangan tubuh dari pemain. Permainan kaki anggau mulai jarang dimainkan adalah karena masyarakat yang menyukai melakukan kegiatan yang mudah, latihan menggunakan anggau yang tidak sebentar, sulitnya mendapat bambu dengan kualitas yang baik di kota besar, dan game online yang berkembang pesat.

Oleh sebab itu, kita harus melestarikan permainan tradisional ini. Alasan permainan tradisional harus dilestarikan adalah karena permainan tradisional adalah ciri khas budaya dari suku bahkan bangsa itu sendiri. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melestarikan permainan ini seperti mengadakan perlombaan kaki anggau saat hari kemerdekaan, para orang tua mengajarkan dan memperkenalkan permainan kaki anggau kepada anak sejak usia 7 tahun, sebagai bahan ajar pelajaran olahraga di sekolah, bahkan ditambahkan dalam pilihan ekstrakurikuler. Nilai sosial dan budaya yang terkandung dalam permainan anggau adalah nilai kerja keras dan pantang menyerah, nilai keuletan, nilai kreativitas, dan nilai sportivitas.



1 H. Taufik Ikram Jamil dkk.  Pendidikan Budaya Melayu Riau Buku Sumber Pegangan Guru. Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR). Pekanbaru. 2018. Hal. 416

2 Andreas Supriyono. Serunya Permainan Tradisional Anak Zaman Dulu. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta Timur. 2018. Hal. 12

3 Rizky Yulita. Permainan Tradisional Anak Nusantara. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta Timur. 2017. Hal. 55


DAFTAR PUSTAKA

Jamil, H. Taufik Ikram,dkk. 2018. Pendidikan Budaya Melayu Riau Buku Sumber Pegangan Guru. Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR). Pekanbaru.

Supriyono, A. 2018. Serunya Permainan Tradisional Anak Zaman Dulu. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta Timur.

Yulita, R. 2017. Permainan Tradisional Anak Nusantara. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta Timur.


PENGOBATAN TRADISIONAL TOGAK BELIAN PADA MASYARAKAT KENEGERIAN KOTORAJO KECAMATAN KUANTAN HILIR SEBERANG KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

IHSANUL KHAIRI 


Setiap masyarakat baik yang sederhana maupun yang sudah maju mempunyai sistem sosial dan sistem budaya tersendiri dalam menata kehidupan dan membuat masyarakat itu bertahan. Berbagai aspek yang terdapat dalam sistem sosial dan budaya diwariskan oleh masyarakat kepada generasi selanjutnya dengan cara turun temurun. Menurut Koentjaraningrat (1984), kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”.  Dengan demikian, kebudayaan itu dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal”.  Ada pendirian lain mengenai asal kata “kebudayaan” bahwa kata itu adalah suatu perkembangan dari majemuk budidaya, artinya daya dari budi, kekuatan dari akal.[1]

Di desa Kenegerian Kotorajo khususnya kabupaten Kuatan Singinggi menyakini bahwah pengobatan Togak Belian merupakan salah satu jalan untuk memperoleh kesembuhan bagi orang yang sakit, karena mereka mempercayai berobat dengan cara Togak Belian mendatangkan kesembuhan, selain itu pengobatan Togak Belian juga dipandang ekonomis disegi biaya bila dibandingkan dengan berobat kerumah sakit, karena sang dukun tidak memasang tarif atau harga khusus bagi orang yang ingin berobat kepadannya.

Masyarakat Kenegerian Kotorajo melakukan aktifitas melibatkan seni, tari, dan musik. Dalam salah satu upacara mereka menampilkan Togak Belian yang berfungsi sebagai pengobatan dan penolak balak . Tari dan musik pada upacara ini merupakan satu kesatuan yang bertujuan untuk memanggil leluhur atau roh untuk dimintak tolong dalam penyembuhan penyakit. Iringan music yang mengiringi upacara togak belian adalah gendang ketobung, sedangkan nama musiknya atau nyanyiannya disebut dengan anak inyang. Bunyi rebab dianggap sebagai jalan kemantan untuk mencari obat anak inang asuhan (si sakit). Melalui musik rebab manusia dapat berinteraksi dengan alam gaib.

Togak Belian sebagai upacara pengobatan yang digunakan apabila sisakit memerlukan pengobatan, yaitu semacam penyakit yang timbul oleh ilmu kedukunan misalnya pelampiasan rasa iri, dengki, pemusuhan serangan yang datang dari roh gaib serta serangan dari binatang buas. Pelaksanaan upacara pengobatan Togak Berlian terdiri dari beberapa orang diantaranya : Satu orang kumantan atau dukun, pebayu yaitu orang yang ilmu kedudukannya sederajat dibawah kemantan, penari ( satu, dua, atau empat orang) yang tidak ada kententuanya yang mana kemantan termasuk didalamnya , dan tiga orang pemusik diantaranya satu orang pemain gendang ketubung , satu orang pemain rebab dan dan satu orang lagi penyanyi, peyanyi dalam Togak belian dilakukan oleh kemantan.

            Pengobatan Togak Belian dinyanyikan dengan menggunakan bahasa asli Kegerian Kotorajo. Upacara pengobatan langsung dinyanyikan oleh kemantan. Upaca Togak Belian hanya dilakukan oleh desa Kenegerian Kotorajo atau masyarakat adat dari dusun asal desa desa yang memiliki sejarah tertua ada ninik mamak dan juga memiliki benda benda pusaka. Sebelum acara ini selesai, maka masyarakat dilarang untuk keluar desa dengan tujuan agar semua elemen masyarakat setempat terlibat dalam acara tersebut.[2]

Asal Usul Pengobatan Togak Belian

Salah satu adat di desa Kengerian Kotorajo memiliki upacara Pengobatan Togak Belian. Upacara ini memiliki banyak tujuan seperti menolak balak, menyembuhkan penyakit. Beberapa desa Kenegerian Kotorajo yang dituakan masih menjalankan upacara ini, meskipun sudah ada sistem penyembuhan modern. Ini merupakan salah satu bukti kesetian mereka pada tradisi leluhur. Upacara ini merupakan ajaran leluhur agar manusia menjaga keseimbagan hidup dengan alam dan makhluk yang terlihat maupun yang tidak. Upacara ini bertujuaan agar manusia bersyukur kepada Tuhan atas kesehatan mereka. Kata Togak Belian dipercaya berasal dari kata bolien yang berarti persembahan. Secara umum, upacara Togak Belian di artikan sebagai upacara persembahan kepada Tuhan agar diselamatkan dari marabahaya dan mengharapkan kesembuhan serta pelindunganberagam penyakit dan gangguan makhluk gaib yang jahat. Upacara Pengobatan Togak Belian ditujukan untuk lima hal, yaitu mengobati orang sakit, membantu orang hamil yang dikhawatirkan sulit melahirkan, mengobati kemantan, untuk menolak wabah penyakit, mengobati serangan binatang buas.

Waktu dan Tujuan Pelaksanaan

Upacara pengobatan ‘Togak Belian” ini dilakukan sebanyak tiga kali dengan tahapan sebagai berikut:

  1. Pengobatan pertama, dukun mencari asal penyakit itu datang dan apa penyebabnya.
  2. Pengobatan kedua, setelah tahu asal penyakit dan penyebabnya, dukun akan lansung          mengobati penyakit yang diderita oleh pasien tersebut
  3. Pengobatan ketiga atau tahap terakhir, dukun menghilangkan atau membersihkan semua penyakit yang ada pada tubuh pasien, dengan mengkunci rapat penyakit tersebut agar tidak masuk lagi ke tubuh pasien, sampai pasien telah merasa betul-betul merasa sembuh.

 Mati ubat merupakan tahapan yang penting dalam pengobatan “ Togak Belian”. Jika setelah sembuh dan tidak melakukan mati ubat, maka akibatnya diterima oleh dukun, seperti dukun akan menderita penyakit atau para guru tidak mau hadir jika dipanggil oleh dukun, sehingga pengobatan yang dilakukan dukun tidak manjur lagi. [3]

Pemimpin dan Peserta Upacara

Upacara adat pengobatan Togak Belian di pimpin oleh dukun ( orang yang ahli mengobati penyakit). Selain ahli, seorang dukun dipilih karena dianggap makhluk gaib. Selama upacara berlansung dukun akan berhubungan dengan makhluk gaib yang baik dan meminta mereka ikut hadir untuk membantu menyembuhkan penyakit pasit.

Peralatan dan Bahan

Seluruh perlengkapan dah bahan di atas disiapkan oleh dua orang khususnya yang disebut tuo longkok dan pehayu.Selain bertugas untuk hal itu, pebahayu juga bertugas memeriksa semua perlengkapan dan bahan-bahan.Jika belum lengkap, maka pebahayu harus mencari perlengkapannya sebelum upacara di mulai. Penyiapan segalah perlengkapan dan bahan-bahan upacara juga akan dibantu oleh keluarga pasien tersebut.

Peralatan dan Bahan

Seluruh perlengkapan dan bahan disiapkan oleh dua orang khususnya yang disebut tuo longkok dan pehayu. Selain bertugas untuk hal itu, pebahayu juga bertugas memeriksa semua perlengkapan dan bahan-bahan. Jika belum lengkap, maka pebahayu harus mencari perlengkapannya sebelum upacara di mulai. Penyiapan segalah perlengkapan dan bahan-bahan upacara juga akan dibantu oleh keluarga pasien tersebut.[4]

Proses Pelaksanaan

Proses pelaksanaan upacara Togak Belian terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan penutup.

        1.      Persiapan

Persiapan upacara dimulai degan musyawarah dukun dengan keluarga persukuaan orang yang akan di obati. Musyawarah dilakukan untuk mencari kesepakatan apakah orang sakit tesebut akan di obati menggunakan upacara Togak Belian besar atau kecil. Persiapan selanjutnya adalah membersikan rumah yang akan dijadikan tempat upacara dan memasak hidangan untuk para peserta upacara, namun agar tidak membebankan tuan rumah, biasanya para kerabat yang akan hadir sudah membawan makanan, seperti beras, gula, kopi, ayam, hidup, sayur mayor dan sebagainya.

        2.      Pelaksanaan

Pelaksanaan pengobatan Togak Beliaan dilaksan pada malam hari, dapat dikelompokkkan dalam beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap memasuki alam gaib

b. Meminta Obat

c. Kembali ke Alam Sadar

Pengobatan selesai dilakukan proses selanjutnya mengantarkan persembahan kepada akuan yang telah memberikan obat. Persembahan diberikan dengan dibawah sambil menari, lalu kumantan dan pebayu saling berdialog seakan berdialog dengan akuan, salah satunya menanyakan kepada akuan apabila dirinya menerima persembahan tersebut. Dialog ini penting, karena jika tidak diterima akan berakibat pada obat yang diberikan, di mana obat tidak akan bermanfaat.

        3.      Penutup

Tahap terakhir adalah kemantan mengambil persiapan dengan mengusapkan kemenyan kewajahnya dan mengelilingi asapnya. Ritual untuk mengembalikan kesadaran kemantan.

Doa-doa

Dalam upacara adat pengobatan Togak Belian terdapat beberapa doa yang dibaca, antara lain doa mohon izin menebang kayu, doa memintak obat, dan doa persembahan. Doa-doa tersebut dibaca menggunakan bahasa asli dari desa Kenegerian Kotorajo.

Pantangan atau Larangan Togak Belian

Upacara ini memiliki pantagan dan larangan yang harus di hindari, antara lain:

  1. Upacara tidak boleh di gelar dalam bulan puasa, kecuali untuk menolak wabah penyakit ganas atau binatang buas yang tiba-tiba mengamuk
  2. Upacara tidak boleh digelar pada siang hari
  3. Upacara tidak boleh di gelar pada malam Hari Raya Idul Fitri atau Adha
  4. Dalam upacara pengobata togak Belian berlansung pintu rumah tempat upacara tersebut tidak boleh di bukak.
  5. Dalam upacara tidak boleh adanya anak-anak kecil

Nilai-nilai Yang Terkandung Dalam Upacara Togak Belian

Upacara adat pengobatan Togak Belian memuat nilai-nilai yang positif antara lain sebagai berikut:

        1)      Kebersamaan

 Nilai ini tercermin dari perayaan upacara yang dipersiapkan dan digelar secara kolektif. Nilai ini juga tercerminketika selalu masyarakat hadir bersama-sama menuju tempat ritual.

        2)      Pelestarian tradisi leluhur

 Upacara adat Togak Belian yang digelar merupakan ajaran peninggalan leluhur.

        3)      Peduli terhadap Lingkungan

 Orang Kenegerian Kotorajo menyadari bahwa alam perlu dijaga keseimbangannya. Penyakit yang mereka alami dapat dipercaya sebagai indikasi meyeimbangkan kembali hubungan dengan alam sekitar dan makhluk yang ada di dalamnya.

        4)      Sakralitas

Nilai ini tercermin dalam berbagai ritual dan bacaan doa yang membutuhkan kosentrasi, ketenangan jiwa, dan keikhlasan seluruh upacaraKonsep Pengobatan Modern

Alasan Masyarakat Berobat Tradisional Togak Belian

Terdapat beberapa faktor seseorang memilih pengobatan tradisional Togak Belian. Secara garis besar alasan –alasan yang dikemukakan dapat dikategorikan sebagai berikut:

  1. Adanya rasa takut pada diri seseorang pada pengobatan medis dengan cara operasi, karena dalam pemikirannya operasi mempunyai resiko kematian yang tinggi, sehingga lebih tertarik pada pengobatan tradisional yang pengalaman dari orang-orang terdahulu menunjukkan bahwa pengobatan tradisional Togak Belian terbukti berkali-kali menyembuhkan sehingga banyak masyarakat yang percaya terhadap kempuan pengobatan tradisional.
  2. Adanya kepercayaan masyarakat tentang setiap penyakit yang sulit di sembuhkan dengan obat biasa secara medis di anggap penyakit luar biasa. Karena kecenderungan untuk menganggap bahwa setiap penyakit yang tidak dapat di obati atau di sembuhkan berasal dari setan atau karena guna-guna.[5]

 

Kesimpulan

Hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai pengobatan togak pelianmaka dapat diambil kesimpulan bahwa:

Masyarakat disana sudah menjadi kebiasaan untuk melakukan pengobatan tradisional, bahkan sekarang orang sudah melakukan dua pengobatan tradisional, karena masyarakat disana tahu sudah dari nenek moyang mereka yang terdahulu, da nada juga orang yang baru tahu tentang pengobatan tradisional yaitu orang perantauan dari luar daerah Kenegerian Kotorajo dan masuk daerah Kenegerian Kotorajo, banyak orang luar masuk sudah tahu bagaimana pengobatan tradisional.

Jenis penyakit masyarakat yang berobat kedukun yaitu ada beberapa macam jenis penyakit yaitu penyakit demam, sakit kepala, bisul, sakit gigi, gangguan dari makhluk halus, sakit lambung perut sakit mata dan lain sebagainya.

Dalam acara Togak Belian terdapat banyak nilai-nilai postif yang dapat kita ambil seperti, nilai kebersamaan antara sesame masyarakat kampung, pelestarian tradisi leluhur kita, menumbuhkan sikap peduli terhadap lingkungan, dan nilai sakralitas yang melatih kita untuk berkonsentrasi, memperoleh ketenangan jiwa, dan melatih keikhlasan dalam diri kita .

 


[1]  Abdul Syani. “ kebudayaan. “,15 Agustus 2017, http://abdulsyani.blogspot.com/2017/08/kebudayaan.html?m=1. Diakses 26 November 2020

[3] Agus Mandar. Sistem Persekutuan Adat Kuantan Singingi. Kuantan Singingi. Teluk Kuantan. 2003. Hal 12

[4] Tenas Effendy. Peranan Dukun, Pawang bomo dan Kumantan. Pekanbaru. 1986. Hal 12

[5] Fitri Anggela. Pengobatan Togak Belian. Jom Fisip – Ur Volume 7 Edisi 1 Januari – juni 2020. Hal 3

  

DAFTAR PUSTAKA 

Abdul Syani.  “ kebudayaan” http://abdulsyani.blogspot.com/2017/08/kebudayaan.html?m=1.

Agus Mandar. 2003. Sistem Persekutuan Adat Kuantan Singingi. Kuantan Singingi. Teluk Kuantan.

Budisantoso. 1986. Masyarakat Melayu Rantau Riau dan Kebudayaan Riau Pemerintah daerah. Pekanbaru

Fitri Anggela. Pengobatan Togak Belian. Jom Fisip – Ur Volume 7 Edisi 1 Januari – juni 2020.

Tenas Effendy. 1986. Peranan Dukun, Pawang bomo dan Kumantan. Pekanbaru.

 

Friday, 11 December 2020

TOKOH ANTROPOLOGI : FRANZ BOAS

Lili Agustina


Franz Boas adalah seorang  ilmuwan sosial yang sangat berpengaruh sejak awal abad ke-20 yang  terkenal akan komitmennya untuk relativisme budaya dan sebagai penentang ideologi rasis. Boas bisa dibilang orang yang paling inovatif, aktif, dan prodigiously produktif generasi pertama antropologi di AS. Boas adalah seorang yang  melawan vokal rasisme, dan antropologi di gunakan untuk menolak rasisme ilmiah yang populer pada masa itu. Teori relativisme budaya ini menyatakan bahwa semua budaya itu sama, tetapi hanya harus dipahami dalam konteks mereka sendiri dan dengan cara mereka sendiri. Budaya tidak dapat secara objektif di golongkan lebih tinggi atau lebih rendah dan juga lebih baik atau lebih benar, tetapi semua manusia melihat dunia melalui lensa budaya mereka sendiri, dan menilainya sesuai dengan budaya mereka sendiri.

Bagi Boas, tujuan dari antropologi ini adalah agar manusia bisa  memahami cara dimana budaya  tersebut mengkoordinasikan masyarakat untuk memahami dan berinteraksi dengan dunia menggunakan cara yang berbeda tentunya dan untuk melakukan semua ini sangat diperlukan pemahaman tentang bagaimana bahasa dan praktik budaya orang-orang yang harus di pelajari, yaitu dengan cara:

        1.      Menyatukan disiplin ilmu arkeologi,

        2.      Kajian budaya dan sejarah material dan antroplogi fisik

        3.      Kajian variasi antomi manusia dengan etnologi, kajian variasi budaya adat istiadat, dan linguistik deskriptif,

        4.      Kajian bahasa pribumi tidak tertulis,

Akhirnya Boas menciptakan subdivisi empat bidang yang manjadi menonjol dalam antropologi Amerika pada abad ke-20

Boas terkenal karena karya kuratorialnya di American Museum of National History di New York dan dirinya hampir empat dekade mengajar karir antropologi di Columbia University, di mana ia membangun program antropologi pertama sekali di negara itu serta melatih generasi pertama antropologi di AS mahasiswa pascasarjananya kemudian Boas mendirikan banyak sekali program antropologi pertama, sehingga dirinya menjadi orang yang paling di hormati pada saat itu.

Pengaruhnya juga berlanjut dalam pendidikan pascasarjana antropologi dengan mempelajari empat bidang yaitu etnologi, linguistik, antropologi biologi, dan arkeologi.[1] Hal ini merupakan  pendekatan yang Boas lakukan ketika berada di Universitas Columbia, dimana Universitas ini merupakan tempat dia mengajar selama hampir empat dekade. 

Boas lahir pada tanggal 9 Juli 1858 di Minden, Jerman. Ia berasal dari keturunan  keluarga Yahudi kelas menengah di Minden, Westfalen (kemudian bagian dari Prusia), namun diidentifikasi dengan ideologi liberal dan pemikiran mandiri didorong. Boas di besarkan oleh seorang ayah yang bernama Meier Boas dan seorang Ibu yang bernama Sophie Meyer. Boas Menikah dengan Marie Krackowizer Boas dan memilki 6 orang anak yaitu Franziska Boas, Ernst Philip Boas, Helene, Hedwig, Henry dan Gertrud.

Dari usia muda, Boas diajarkan untuk buku nilai dan menjadi tertarik pada ilmu alam dan budaya. Dia mengikuti kepentingan dalam studi perguruan tinggi dan pascasarjana, dengan fokus utama pada ilmu alam dan geografi saat menghadiri University of Heidelberg, Universitas Bonn, dan University of Kiel, di mana ia lulus dengan gelar Ph.D. dalam fisika.[2] Selain itu Boas dilatih sebagai ahli geografi di Universitas uf Kiel.

Boas melakukan sebuah penelitian pada tahun 1883, dimana setelah satu tahun layanan di militer, dia pertama kali meninggalkan Jerman dalam ekspadisi Arktik, Boas mulai penelitian lapangan di masyarakat Inuit di Pulau Baffin, penelitian ini meneliti tentang  dampak lingkungan fisik pada imigrasi inuit asli. Penelitian ini merupakan awal dari pergeseran ke arah mempelajari orang-orang dan budaya, daripada dunia eksternal dan hal ini juga yang akan mengubah perjalanan karirnya.

Pada tahun 1886, Boas mulai melakukan perjalanan lapangan ke Pacific Northwest. Perjalanan ini bertentangan dengan pandangan dominan selama masa itu, Boas datang untuk percaya bahwa melalui penelitian lapangannya ini semua masyarakat yang fundamental di anggap sama. Dia membantah klaim bahwa perbedaan mendasar ada antara masyarakat yang dianggap beradab versus “buas” atau “primitive,” menurut bahasa waktu. Untuk Boas, semua kelompok manusia yang fundamental sama. Mereka hanya perlu dipahami dalam konteks budaya mereka sendiri.[3]

Pada tahun 1888, Buredu of American Ethnology menerbitkan Boar's The Central Eskimo[4]. Kemudian Boas mengambil sebuah pekerjaan untuk mempersiapkan tampilan "budaya hidup" untuk Pameran Kolumbia Dunia pada tahun 1893 tepatnya di Chicago, yang merayakan ulang tahun ke 400 kedatangan Christopher Columbus di Amerika. Boas memiliki kesempatan untuk menerapkan penekatannya pada pameran. Boas memberikan arahan kepada tim untuk membuat pameran antropologi dan etnologi tentang orang India yang berada di Amerika Utara dan Amerika Selatan yang hidup ketika Christoper Columbus tiba di Amerika sambil mencari keberadaan India. Putnam bermaksud Pameran Kolumbia Dunia menjadi perayaan perjalanan Columbus. Putnam beragumen bahwa menampilkan inuit dan bangsa pertama pada akhir abad kesembilan belas (kemudian Eskimo dan India ) “dalam kondisi alami kehidupan mereka” akan memberikan kontras dan merayakan empat abad pencapaian barat sejak 1493.[5]

Hal ini merupakan suatu usaha besar dan banyak sekali bahan yang dikumpulkan oleh tim penelitiannya untuk melanjutkan pembentukan  dasar dari koleksi untuk Field Museum Chicago, di mana Boas bekerja sebentar mengikuti Pameran Columbus. Boas pindah ke New York, di mana ia menjadi seorang asisten kurator kemudian menjadi kurator di American Museum of Natural History . Prinsip yang dia gunakan untuk mengatur item-item pengelompokan dalam konteks budaya adalah inovatif untuk mengatur semua karyanya.[6] Selama perjalanan di sana, Boas berjuang untuk melakukan praktek menyajikan artefak budaya dalam konteks mereka, daripada mencoba untuk mengatur mereka sesuai dengan kemajuan evolusioner dibayangkan. Boas merupakan pendukung awal menggunakan diorama, atau replika dari adegan-adegan kehidupan sehari-hari, dalam pengaturan museum.

Prestasinya tidak cukup di situ saja, dia juga merupakan seorang tokoh terkemuka dalam penelitian, pengembangan, dan peluncuran Museum Northwest Coast Balai pada tahun 1890, yang mana merupakan salah satu pameran museum pertama pada kehidupan dan budaya penduduk asli Amerika Utara. Boas terus bekerja di Museum sampai tahun 1905, ketika ia berbalik dari energi profesional ke arah akademisi.

Pada tahun 1899, Boas menjadi seorang profesor pertama antropologi di Columbia University, setelah tiga tahun menjalani sebagai dosen di lapangan. Dia berperan penting dalam membangun departemen antropologi universitas, yang menjadi Ph.D. pertama Program dalam disiplin di AS. Melalui mahasiswanya, banyak di antaranya kemudian mendirikan departemen antropologi dan program penelitian yang terinspirasi oleh mentor mereka, Boas dangat mempengaruhi perkembangan antropologi Amerika. Di antara murid-muridnya yang paling signifikan adalah A.L. Kroeber, Ruth Benedict, Edward Sapir, Margaret Mead, Zora Neale Hurston, Gilberto Freyre, dan banyak lagi

Boas di kenal  sebagai “Bapak Amerika Antropologi” karena dalam perannya di Columbia, ia melatih generasi pertama ulama AS di lapangan. Antropolog terkenal Margaret Mead dan Ruth Benedict berdua murid-muridnya, seperti penulis Zora Neale Hurston.[7] Selain itu, ada juga beberapa mahasiswa pascasarjananya kemudian Boas mendirikan beberapa departemen antropologi pertama di universitas-universitas yang terdapat di seluruh negeri, termasuk universitas itu adalah program-program di University of California di Berkeley, University of Chicago, Northwestern University, dan seterusnya.

Munculnya antropologi sebagai disiplin akademis di AS yang  berhubungan erat dengan pekerjaan Boas dan khususnya warisan abadi melalui mantan siswa. Boas juga merupakan seorang tokoh kunci dalam pendirian dan pengembangan Asosiasi Antropologi di Amerika, yang di mana tetap organisasi profesional utamanya  untuk antropologi di AS.

Sepanjang garis yang sama, Boas sangat menentang keyakinan bahwa kelompok ras atau etnis yang berbeda yang lebih maju daripada yang lain. Ia menentang rasisme ilmiah, sebuah sekolah yang dominan pemikiran pada waktu itu. rasisme ilmiah yang diselenggarakan bahwa ras adalah biologis, bukan budaya, konsep dan bahwa perbedaan ras demikian dapat dikaitkan dengan biologi yang mendasari. Sementara ide-ide tersebut telah sejak membantah, mereka sangat populer pada awal abad kedua puluh.

Dalam hal antropologi sebagai disiplin, Boas didukung apa yang kemudian dikenal sebagai pendekatan empat lapangan. Antropologi, baginya, merupakan studi holistik budaya dan pengalaman, menyatukan antropologi budaya, arkeologi, antropologi linguistik, dan antropologi fisik.[8]

Franz Boas meninggal pada tahun 1942 yang di sebabkan oleh stroke. Boas meninggal di kampus Columbia University. Sebuah koleksi esainya, artikel, dan kuliah, yang telah dipilih secara pribadi, diterbitkan secara anumerta dengan judul “Race dan Masyarakat Demokratis.” Buku ini membidik diskriminasi ras, yang Boas dianggap sebagai “yang paling tak tertahankan dari semua” bentuk.


KESIMPULAN

Franz Boas lahir di Minden, Jerman yaitu pada tanggal 9 Juli 1858. Kedua orang tuanya adalah orang Yahudi kelas menengah di Minden, Westfalen (kemudian bagian dari Prusia), namun Boas diidentifikasi dengan ideologi liberal dan pemikiran yang mandiri. Franz Boas merupakan seorang  ilmuwan sosial yang sangat berpengaruh sejak awal abad ke-20 yang  terkenal akan komitmennya untuk relativisme budaya dan sebagai penentang ideologi rasis Boas sehingga di kenal  sebagai “Bapak Amerika Antropologi” karena dalam perannya di Columbia, ia melatih generasi pertama ulama AS di lapangan

                Peran Boas sangatlah penting dalam mengembangkan ilmu antropologi, dengan mendidik beberapa muridnya dan banyak melakukan penelitian. Boas di kenal sebagai orang yang paling inovatif, aktif, dan prodigiously produktif generasi pertama antropologi di AS. Boas adalah seorang yang  melawan vokal rasisme, dan antropologi di gunakan untuk menolak rasisme ilmiah yang populer pada masa itu.

 


[1] I Stocking, George W..A Franz Boas Reader The Shaping of American Antropology 1883-1991. The University of Chicago Press. London. Hal 1

[5] Moore, Jerry D. Franz Boas: Budaya dalam konteks. Visi  Budaya: Pengantar Teori dan Teori Antropologi. Altamira. California.Hlm :33-34 

[6] Lorini,Alessandra. Alice Fleatcher and the Search for Women’s Public Recognition in Professionalizing American Antropology. Chromohs. Italy  Hal 1-25.

[8] Greelane http://www.greelane.com/id/sains-teknologi-matematika/ilmu-sosial/franz-boas-4582034 Diakses 5 November 2019.

 

DAFTAR PUSTAKA

Greelane. Franz Boas, Bapak Antriopologi Amerika. http://www.greelane.com/id/sains-teknologi-matematika/ilmu-sosial/franz-boas-4582034 Diakses 5 Maret 2019

Lorini,Alessandra. 2003. Alice Fleatcher and the Search for Women’s Public Recognition in Professionalizing American Antropology. Italy: Chromohs

Moore, Jerry D. 2009. Franz Boas: Budaya dalam konteks. Visi  Budaya: Pengantar Teori dan Teori Antropologi. Walnut creek, California: Altamira.

Stocking, I., George W. 1928. A Franz Boas Reader The Shaping of American Antropology 1883-1991. The University of Chicago Press. London.

 

MINUMAN KHAS MELAYU RIAU

Salsabila Asri Negara Indonesia memiliki berbagai macam masyarakat dengan latar belakang dan keinginan yang berbeda. Indonesia juga memp...