Sunday, 27 December 2020

Kebudayaan Dan Kerangka Teori Tindakan

Yulia Nanda Vika


Cara hidup manusia dengan berbagai macam sistem tindakan dijadikan sebagai objek penelitian dan analisis oleh ilmu antropologi sehingga aspek belajar merupakan aspek pokok. Itulah sebabnya dalam memberi pembatasan terhadap konsep “kebudayaan” atau culture, ilmu antropologi berbeda dengan ilmu-ilmu lainnya. Kalau dalam bahasa sehari-hari “kebudayaan” dibatasi hanya pada hal-hal yang indah (seperti seni tari, seni rupa, seni suara, kesusasteraan dan filsafat) saja. sedangkan dalam ilmu antropologi jauh lebih luas sifat dan ruang lingkupnya. Menurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.[1]

Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia dalah kebudayaan karena hanya sedikit tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan naluri, beberapa refleks, beberapa tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakuan membabi buta. Bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang terbawa dalam gen sejak ia lahir, (seperti makan, minum, atau berjalan dengan kedua kakinya), juga dirombak olehnya menjadi tindakan berkebudayaan. Manusia makan pada waktu-waktu tertentu yang dianggapnya wajar dan pantas, ia makan dan minum dengan alat-alat, cara-cara dan sopan santun atau protokol yang sering kali sangat rumit, harus dipelajarinya dahulu dengan susah payah. Manusia berjalan tidak hanya menurut wujud biologisnya yang telah ditentukan oleh alam, tetapi merombak cara berjalannya dengan gaya seperti prajurit, berjalan dengan gaya lemah lembut, berjalan seperti peragawati dan sebagainya, yang semuanya harus dipelajarinya dahulu. Itulah kenapa kebudayaan hanya dimiliki oleh makhluk manusia yang bahwa proses evolusi manusia, yang kemudian menyebabkan bahwa manusia melepaskan diri dari alam kehidupan makhluk-makhluk primat lainnya.

Saturday, 26 December 2020

INTEGRASI SOSIAL

Iva Kusuma Wardani


Integrasi sosial atau penyesuaian sosial adalah suatu proses penyesuaian diantara unsur-unsur yang saling berbeda, yang dalam kehidupan sosial sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang serasi fungsinya bagi masyaraka tersebut. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan “integrasi” sebagai proses pembauran sehingga menjadi satu kesatuan. Kata “kesatuan” mengisyaratkan berbagai macam elemen yang berbeda satu sama lain mengalami proses pembauran.

Defenisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan dimana kelompok-kelompok etnik beradaptasi terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka.

Terjadinya integrasi sosial menyebabkan kelangsungan hidup individu atau kelompok terjamin, meskipun terdapat perbedaan-perbedaan. Integrasi sosial merupakan suatu proses untuk mempertahankan kelangsungan hidup kelompok yang tidak akan pernah selesai dan berlangsung terus menerus. Hal ini dapat dicapai menurut beberapa fase yakni akomodasi, kerjasama, koordinasi dan asimilasi.

Seperti halnya konflik, integasi dapat terjadi secara vertikal maupun horisontal. Integrasi vertikal terjadi antara kelas – kelas sosial, sedangkan integrasi horisontal terjadi antara kelompok – kelompok sosial  di masyarakat.

Stratifikasi Sosial

Intan Afriyani Aisyah


Istilah stratifikasi (stratification) berasal dari kata strata dan stratum yang  berarti  lapisan.  Karena  itu  stratifikasi  sosial  (social  stratification) sering diterjemahkan dengan pelapisan masyarakat. Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan (status) yang sama menurut ukuran masyarakatnya, dikatakan berada dalam suatu lapisan (stratum).

Stratifikasi sosial  adalah perbedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat). Menurut sosiolog Italia, Gaetano Mosca bahwa pembedaan di dalam masyarakat ini terkait dengan konsep kekuasaan, yakni ada sekelompok orang memang berkuasa atas kelompok orang yang lain. [1]

          Terdapat proses dibentuknya stratifikasi sosial :

  1. Ukuran kekayaan adalah kepemilikan harta benda seseorang dilihat dari jumlah material saja. Harta mau benda yang dianggap sebagai kekayaan akan dijadikan sebagai perbedaan masyarakat didalam sosial, sehingga masyarakat yang memiliki kekayaan yang melimpah akan diposisikan sebagai sosial tertinggi, dan seperti itu sebaliknya, jika kekayaannya rendah, maka posisi sosialnya berada pada golongan yang rendah juga. Kekayaan tersebut terlihat pada rumah, cara berpakaian yang kenakan, benda-benda yang bagus dan juga bisa dapat dilihat dari pendirian.

Tokoh Antropologi Margaret Mead

Wila Ardila

 

Margaret Mead (16 Desember 1901 – 15 November 1978) adalah seorang antroplog budaya Amerika. Mead dilahirkan di Philadelphia, Pennsylvania dan dibesarkan di kota Doylestown, Pennsylvania yang tidak jauh dari situ. Ayahnya adalah seorang profesor di sebuah universitas, sementara ibunya seorang aktivis sosial. Mead lulus dari Barnard College pada 1923 dan mendapatkan gelar Ph.D.nya dari Universitas Columbia pada 1929. Pada tahun 1925 ia berangkat untuk melakukan penelitian lapangannya di Polinesia. Pada 1926 Mead bergabung dengan American Museum of Natural History, New York City, sebagai pembantu kurator, dan akhirnya menjadi kurator etnologi museum itu dari 1946 hingga 1969. Selain itu, ia mengajar di Universitas Columbia sebagai dosen luar biasa sejak 1954. Mengikuti teladan gurunya Ruth Benedict, Mead memusatkan studinya pada masalah-masalah asuhan terhadap anak, kepribadian dan kebudayaan.1

Margaret Mead menikah tiga kali, pertama dengan Luther Cressman dan dua pernikahannya yang berikut dengan sesama antropolog, Reo Fortune dan Gregory Bateson. Dengan Bateson ia memperoleh seorang anak perempuan, yang juga seorang antropolog, Mary Catherine Bateson. Cucu perempuannya, Sevanne Margaret Kassarjian, adalah seorang aktris panggung dan televisi yang bekerja secara professional dengan nama Sevanne Martin. Mead meninggal di New York City pada 15 November 1978, dalam usia 76 tahun.

Macam-macam Lembaga Sosial

Ardelia Naisya Agustina


        A.    Pengertian lembaga sosial

Pengertian istilah lembaga sosial dalam bahasa Inggris adalah social institution, namun social institution juga diterjemahkan sebagai pranata sosial, hal ini dikarenakan social institution merujuk pada perlakuan mengatur perilaku para anggota masyarakat.[1]  Menurut pendapat para tokoh tentang definisi lembaga sosial:

1.      Menurut Koentjaraningkrat, Lembaga sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktifitas sosial untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.

2.      Menurut Leopold Von Weise dan Becker, Lembaga sosial adalah jaringan proses hubungan antar manusia dan antar kelompok yang berfungsi memelihara hubungan itu beserta pola-polanya yang sesuai dengan minat kepentingan individu dan kelompoknya

3.      Menurut Robert MacIver dan C.H. Page, Lembaga sosial adalah prosedur atau tatacara yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang tergabung dalam suatu kelompok masyarakat.

Ngumbai Lawok

Ardelia Naisya Agustina


Indonesia sangat terkenal akan keanekaragamannya, hal tersebut berdasarkan fakta bahwa di Indonesia disamping terdapat kekayaan alam; hutan, lautan, serta sumber daya alam lainnya, juga terdapat kekayaan lain. Kekayaan kategori kedua ini menunjukkan pula bahwa sunnatullah betul-betul nyata dan terasa di Tanah Air. Indonesia dihuni oleh berbagai macam tipe mata pencaharian masyarakat seperti bertani atau berkebun pada masyarakat yang hidup di pegunungan, juga sebagai nelayan bagi yang hidup di daerah pantai, dimana pada masing-masing tipe tersebut memiliki upacara atau ritus. Adapun tujuan masyarakat melakukan ritus tersebut agar pada saat menjalankan pekerjaan penghasilan mereka meningkat dan dijauhkan dari mara bahaya.

Pada setiap kelompok masyarakat memiliki norma informal, dimana norma tersebut dijadikan sebagai acuan atau pandangan dalam berinteraksi meskipun memiliki berbagai macam perbedaan latar belakang. Norma informal tersebut dinamakan kearifan lokal (local wisdom) yang sesungguhnya dapat menjadi modal sosial dan tentu sangat bermanfaat bagi keberlangsungan kehidupan manusia itu sendiri. Masyarakat Lampung (khususnya di Kabupaten Pesisir Barat) memiliki kearifan lokal yang jika dipahami, dikembangkan serta dikelola secara baik, maka dapat berkontribusi pada pembangunan daerah, khususnya sebagai dalam hal kepariwisataan. Adapun kearifan lokal yang dimaksud disini yaitu ritual Ngumbai Lawok.[1]

Friday, 25 December 2020

TOKOH SOSIOLOGI : EMILE DURKHEIM : SOSIOLOGI STRUKTURAL

Dewi Ayuni


David Emile Durkheim (lahir di Epinal, Prancis, 15 April 1858 – meninggal 15 November 1917 pada saat usia 59 tahun) adalah salah satu pencetus sosiologi modern. Durkheim berasal dari keluarga Yahudi Prancis atau keluarga rabi. Durkheim secara resmi mendirikan fakultas sosiologi pertama di sebuah Universitas Eropa pada tahun 1895 dan menerbitkan salah satu jurnal pertama yang diabdikan untuk ilmu sosial yaitu (L’Anne’Sociologique) pada tahun 1896. Perhatian Durkheim yang utama adalah cara  yang dilakukan masyarakat agar dapat mempertahankan kekuatan dan koherensinya di masa modern, ketika hal-hal seperti latar belakang keagamaan dan etnik bersama sudah tidak ada lagi. Untuk mempelajari kehidupan sosial dikalangan masyarakat modern, Durkheim berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap fenomena sosial bersama Herbert Spencer.

Durkheim adalah orang pertama yang menjelaskan keberadaan dan sifat dari banyak bagian di dalam masyarakat dengan merujuk kepada fungsi yang mereka lakukan dalam mempertahankan kesehatan dan keseimbangan di masyarakat. Posisi ini biasa disebut dengan fungsionalisme. Durkheim mendefinisikan masyarakat sebagai kenyataan objektif yang di dalamnya terdapat kumpulan individu sebagai struktur yang saling membutuhkan, karena masyarakat dianggap sebagai sesuatu yang sakral. Berbeda dengan Karl Marx yang memandang masyarakat hanya terdiri dari dua kelas yang saling bertentangan yang dapat memunculkan ketegangan dalam masyarakat sebagai akibat dari pertentangan antar kelas sosial dan pembagian nilai – nilai ekonomi yang tidak merata.

Peran dan Fungsi Lembaga/Pranata Ekonomi

Enjela Primiranda


Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Sementara tindakan ekonomi adalah setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang paling baik dan paling menguntungkan. Dalam melakukan tindakan, maka ada motif ekonomi diantaranya motif intrinsic yang dilakukan berdasarkan kemauan sendiri dan motif ekstrinsif berdasarkan keinginan atas dorongan orang lain (Clara, 2012).[1]

Ekonomi juga dapat diartikan sebagai cabang ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan konsumsi barang-barang serta kekayaan (seperti halnya keuangan, perindustrian, dan perdagangan).

Lembaga/pranata ekonomi muncul sejak adanya interaksi manusia, yaitu sejak manusia mulai membutuhkan barang atau jasa dari manusia lain. Pranata ekonomi ada dan diadakan oleh masyarakat dalam rangka mengatur dan membatasi perilaku ekonomi  masyarakat agar dapat tercapai keteraturan dan keadilan dalam perekonomian masyarakat. Bentuk paling sederhana dari pelaksanaan pranata ekonomi adalah adanya sistem barter (tukar menukar barang). Akan tetapi, untuk kondisi saat ini, sistem barter telah jarang digunakan dan sulit untuk diterapkan.[2]

DAERAH-DAERAH KEBUDAYAAN DI AMERIKA LATIN

ASRIDAWANI SUNDARI


1.      Pengertian            

          Budaya  amerika latin adalah ekspresi formal atau informal orang amerika latin dan mencakup tinggi (sastra dan seni tinggi) dan budaya populer (musik, seni rakyat dan tarian), serta agama dan praktik adat lainnya. Ini umumnya berasal dari barat, tetapi memiliki berbagai tingkat pengaruhpenduduk asli amerika, afrika, dan asia. Definisi amerika latin bermacam-macam, dari perspektif budaya, amerika latin pada  umumnya, pada bagian-bagian ameika yang warisan, agama, dan bahasanya  dapat ditelusuri hingga ke budaya latin di akhir kekaisaran romawi.[1]

2.      Suku bangsa

Konsep yang tercakup dalam istilah “suku bangsa” adalah suatu golongan manusia yang terkait oleh kesadaran dan identitas dari “ kesatuan kebudayaan” sedangkan identitas dan kesadaran tadi sering kali (tetapi tidak selalu) dikuatkan oleh kesatuan bangsa juga. Jadi kesatuan kebudayaan bukan suatu hal yang ditentukan oleh orang luar (misalnya oleh seorang ahli antropologi, ahli kebudayaan atau yang lainnya, dengn metode-metode analisis ilmiah), melainkan oleh warga kebudayaan yang bersangkutan tersebut.[2]

Thursday, 24 December 2020

Sikap Toleransi Dan Empati Sosial Terhadap Keberagaman Budaya

Basa Meilinda Manalu


        1.      Sikap Toleransi dan Empati terhadap Keberagaman Budaya

Toleransi adalah sikap manusia untuk saling menghargai dan menghormati baik di antar individu ataupun antar kelompok seperti membiarkan orang lain berpendapat lain ,melakukan hal yang tidak sependapat dengan kita, tanpa kita ganggu ataupun intimidas.Sementara itu, djohan effendi memberikan makna yang sangat luas, sehingga mencakup definisi yang diutarakan oleh Heiler dan Dimont menurutnya,Toleransi adalah sikap atau perilaku seseorang yang menghargai berbagai macam perbedaan. Empati adalah sikap yang secara ikhlas mau merasakan pikiran dan perasaan orang lain dimana sikap empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain serta dapat membayangkan bagaimana bila posisinya berada seperti orang tersebut. Thomas dan Diane Mader berpendapat bahwa empati adalah kemampuan seseorang untuk berbagai perasaan yang dilandasi oleh rasa kepedulian, dan ada bebagai tingkatan dari kepedulian tersebut.(Thomas dan Diane Mader,1990).[1]

MINUMAN KHAS MELAYU RIAU

Salsabila Asri Negara Indonesia memiliki berbagai macam masyarakat dengan latar belakang dan keinginan yang berbeda. Indonesia juga memp...