Thursday, 3 December 2020

TOKOH SOSIOLOGI INDONESIA: MOCHTAR NAIM

Nofia Firdayanti

  

Mochtar Naim  lahir pada tanggal  25 Desember 1932 di Nagari Sungai Penuh Kerinci, Jambi. Beliau merupakan  seorang antropolog dan sosiolog ternama di  Indonesia. Tokoh yang sangat disegani. Selain sebagai seorang sosiolog ternama, Mochtar Naim juga tampil sangat  terkemuka sebagai ahli Minangkabau. Di beberapa kali seminar dan dalam tulisan-tulisannya, Mochtar sendiri kerap kali membagi budaya Nusantara dalam dua konsep aliran yaitu polarisasi budaya yang digambarkan Mochtar adalah konsep budaya yang bercirikan sentrifugal yang diwakili oleh budaya M yaitu Minangkabau, dan berlawanan dengan konsep budaya sentripetal-sinkretis yang diwakili oleh budaya J yaitu  Jawa. [1]

Nama seorang Mochtar Naim dan dunia Minangkabau seolah-olah di ibaratkan dalam dua sisi mata uang yang sulit untuk dipisahkan. Karena dalam sejarah telah mecatat bahwa Mochtar Naim

hampir sejak setengah abad silam, beliau sangat memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap dunia Minangkabau.

Pada usia remaja Moctar Naim melanjutkan studi sarjananya ke tiga universitas sekaligus yaitu, Universitas Gadjah Mada, PTAIN, dan Universitas Islam Indonesia, yang ketiganya terletak di daerah Yogyakarta . Moctar Naim  mendapatkan gelar seorang PhD dalam  bidang Sosiologi dari University of Singapore (1974) lalu beliau  menyelesaikan kursus  PhD di bidang Sosiologi sebelumnya pada tahun sekitar 1960-an di New York University, NY. Moctar Naim memperoleh gelar MA dalam Studi Islam pada tahun 1960 di McGill Univ di Montreal, Kanada. Beliau menulis tesis MA-nya yang memuat tentang  “Partai Nahdlatul Ulama (1952-1955): Penyelidikan terhadap Asal Usul Keberhasilan Pemilu”, dan disertasi PhD tentang “Merantau: Migrasi Sukarela Minang-kabau (1974),” yang beliau kunjungi secara luas ke banyak sekali  wilayah di Indonesia, Malaysia dan Filipina.

Makalah Mochtar Naim  tentang pola migrasi Minangkabau di serahkan dalam  Kongres Internasional Orientalis di Canberra (Jan 1971), dan di Kongres Antropolog Dunia Amsterdam (1981). Seorang Mochtar Naim selama berdomisili di Amerika Serikat  sekitar tahun 1960-1968, karena kepintaran dan kepandaiannya beliau pernah menjadi seorang  Dosen Bahasa Indonesia dibeberapa Universitas yaitu,  NYU, Cornell U, Oswego College of SUNY, dan pernah juga menjadi asisten peneliti di Prof Karl Pelzer dan Prof Isidore Dyan di Yale U. Beliau sempat bekerja untuk Misi Indonesia ke PBB sebagai salah satu sekretaris penelitian bidang sosial sebagai staf lokal sekitar tahun 1964-1968.

Sekembalinya Moctar Naim dari Amerika Serikatpada tahun 1968,  beliau  mendirikan Pusat Kajian Minangkabau, saat mengajar di Universitas Andalas di Padang, Sumatera Barat dan melibatkan diri dalam berbagi kegiatan penelitian dan seminar yang membawanya melalang buana ke berbagai penjuru Indonesia dan luar negeri. Sekitar tahun 1970-1974 saat beliau berdomisili di Singapura, beliau merupakan seorang peneliti di Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS) sambil mempersiapkan hal – hal disertasinya, lalu diangkatlah beliau sebagai Direktur Proyek Penelitian di Institut Pendidikan Tinggi dan Pembangunan Regional (RIHED) yang berbasis di ASEAN.[2]

Mochtar Naim sosok yang pekerja keras dan berprestasi. Sekembalinya Mochtar Naim di rumah, beliau bekerja untuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Ketenagalistrikan sebagai Konsultan untuk Rencana Pembangunan Pasa-man Barat dan Direktur Pusat Dokumentasi Perencanaan Pembangunan di Bukittinggi, Sumatera Barat, dan kemudian di Medan, Sumatera Utara, sebagai direktur proyek untuk Rencana Pembangunan Sumatera Utara sekitar tahun 1974-1978. Lalu pada saat bekerja untuk Kementerian yang sama, beliau  dikirim ke beberapa negara yaitu , Manila, Filipina, untuk mengikuti seminar PBB tentang Pekerjaan Sosial dan berkeliling AS di beberapa negara bagian selatan (1978) untuk melakukan studi banding dalam pembangunan regional.

Pada tahun 1979-1980 seorang Mochtar Naim dengan  banyaknya ilmu pengetahuan  dan wawasannya diangkatlah  beliau sebagai Direktur PLPIIS (Pusat Pelatihan Penelitian Ilmu Sosial) di Univ Hasanuddin Makassar. Selain itu , sosok Mochtar Naim juga  menulis sebuah  karya monumental yang tidak ternilai harganya, yaitu klasifikasi ayat – ayat Al-Qur’an secara Tematik Maudhu’i. Sudah 8 tema dari 10 tema yang beliau selsaikan. Berikut ini adalah hasil karya – karya dari Moctar Naim :

                                                                                            

1.      Fisika dan Geografi

2.      Biologi dan Kedokteran

3.      Botani dan Zoologi

4.      Ekonomi

5.      Hukum

6.      Kisah – kisah Sejarah

7.      Hidup Sesudah Mati

8.      Ayat – ayat Do’a

                           

Mochtar Naim diangkat sebagai ketua panitia persiapan pendirian fakultas Seni dan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Andalas Padang, Sumatera Barat pada tahun 1980-1982. Beliau juga menjadi  seorang dosen Sosiologi di Univ Andalas sesekali dari tahun 1968 hingga 1982 dan dari tahun 1982 hingga 1988 sebagai dosen tetap dan ketua Departemen Sosiologi. Mochtar Naim banyak sekali mengikuti seminar di berbagai universitas dalam maupun luar negeri.

Mochtar Naim adalah seorang peneliti yang hebat beliau menjadi tamu di Univ of Kent di Canter-burry, Inggris (Musim Gugur pada tahun 1985), profesor tamu di Frankfurt U (Program Musim Panas Studi Indonesia 1986), peneliti senior di Kyoto Univ Center for Southeast Asian Studies (1987), lalu melakukan penelitian tentang konflik budaya Indonesia, dan peneliti senior di Tokyo Institute of Developing Economies pada tahun 1988.

Hal hebat lainya, seorang Mochtar Naim pernah mencicipi menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah, beliau  telah melakukan perjalanan secara ekstensif ke berbagai belahan dunia, terutama dalam kaitannya dengan studi banding sistem bikameral legislatif di AS, Kanada, Inggris, Skandinavia negara, Jerman, Turki, Korea, Cina, Malaysia dan Australia.

Tidak perlu diragukan lagi, sejauh ini seorang Mochtar Naim telah menulis sekitar 600 makalah (sekitar 4.300 halaman) untuk berbagai keperluan dan tentunya berbagai topik, selain sejumlah buku dengan berbagai topik, dan sejumlah laporan penelitian. Beliau ternyata menulis secara ilmiah dan sangat populer dengan bahasa tentunya sangat mudah dicerna dan dengan pandangan sosiologis dan filosofis-Nya.

Dalam sejarah Mochtar Naim, secara keilmuan beliau sangat tau dan paham aneka masalah Minangkabau dari cara pandang Minangkabau itu sendiri. Beberapa pikirannya yang sangat dominan itu, dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yakni sistem Matrilineal, Merantau dan sistem pemerintahan terendah di Minangkabau, Nagari.  Seluruhan hidup Mochtar Naim adalah bersatu untuk mengkaji dan menyebar luaskan  budayanya secara keilmuan. Maka dari itu, beliau menjadi sosok yang sekaligus pejuang dalam sunyi. Karena, berbekal kepakaranya atas sosiologi itu, beliau dapat menetap di negeri orang. Namun, sepertinya beliau sadar betul dengan ungkapan tua yang  mengatakan  ‘‘hujan emas di rantau orang, lebih baik hujan batu di kampung itu sendiri” dan kembalilah seorang Mochtar ke ranah Minang menapak pejuang kulturalnya.[3] Suku Minangkabau itu sendiri sangat dikenal sebagai perantau yang ulung bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya orang – orang yang berhasil di daerah perantauannya. Mereka merintis dari usaha – usaha kecil agar dapat bertahan hidup dari terjangan kaum asli di tempat yang di tinggali. Dalam suku Minangkabau, dikenal sebuah pola migrasi yang sering disebut dengan “Merantau”. Kata itu adalah suatu tipe khusus dari migrasi dengan berbagai konotasi budaya tersendiri yang tidak mudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris  atau bahasa Barat manapun.[4]

  

Kesimpulan

Mochtar Naim  adalah seorang  antropolog dan sosiolog Indonesia. Beliau lahir  pada tanggal 25 Desember 1932 di Nagari Sungai Penuh Kerinci, Jambi. Selain sebagai seorang sosiolog ternama, Mochtar Naim tampil sangat kemuka sebagai seorang yang ahli Minangkabau. Mochtar Naim sedari kecil memang sudah ditempa dengan berbagai suka duka kehidupan, yang merupakan ciri  kekerabatan di Alam Minangkabau.  Nama Mochtar Naim itu sendiri dan dunia Minangkabau, seolah bagaikan dua sisi mata uang yang sulit untuk dipisahkan. Karena dalam sejarah telah mencatat jejek rekam Pak Mochtar Naim hampir sejak setengah abad silam, ia menekuni dan menaruh kepedulian yang tinggi terhadap dunia Minangkabau. Beliau adalah sosok yang sangat disegani. Karena kepintaran dan ketekunan seotang Mochtar Naim  melanjutkan studi sarjananya ke tiga universitas sekaligus yaitu di Universitas Gadjah Mada, PTAIN, dan Universitas Islam Indonesia, yang kesemuanya di Yogyakarta. Beberapa kali Mochtar Naim di undang untuk melakukan penelitian dan perkuliahan serta mengikuti seminar di berbagai universitas dalam dan luar negeri.  Sosok Mochtar Naim tidak diragukan lagi, sejauh ini beliau telah menulis sekitar 600 makalah (sekitar 4.300 halaman) untuk berbagai keperluan dan berbagai topik. Tentunya menggunakan bahasa yang sangat mudah dicerna dan dengan pandangan sosiologis dan filosofis-Nya.

  



[1] Wikipedia.Indonesia. https://id.wikipedia.org/wiki/Mochtar_Naim. Di akses pada 29 November 2020.

[2] Mochtar Naim. “Profile Dr. Moctar  Naim.”  30 Agustus 2009. https://mochtarnaim.wordpress.com/2009/08/28/profile-dr-mochtar-naim/. Di akses pada 29 November 2020.

[3]  Afrinaldi dkk. Mochtar Naim: Merantau Sepanjang Masa. Jakarta. 2013. Hal 4-10.

[4] Mochtar Naim. Merantau Pola Migrasi suku Minangkabau. Jakarta. 2013. Hal 3.

  

Daftar Pustaka 

Afrinaldi dkk. 2013. Mochtar Naim: Merantau Sepanjang Masa. Jakarta: Komunitas Baru.

Mochtar Naim.2013. Merantau Pola Migrasi suku Minangkabau. Jakarta: Rajawali Press.

Mochtar Naim. “Profile Dr. Moctar  Naim.”  https://mochtarnaim.wordpress.com/2009/08/28/profile-dr-mochtar-naim/. Di akses pada 29 November 2020.

Wikipedia. “Indonesia.”  https://id.wikipedia.org/wiki/Mochtar_Naim. Di akses pada 29 November 2020.

2 comments:

MINUMAN KHAS MELAYU RIAU

Salsabila Asri Negara Indonesia memiliki berbagai macam masyarakat dengan latar belakang dan keinginan yang berbeda. Indonesia juga memp...